Selasa, 05 Oktober 2010

Alkitab Harus Menjadi Primadona

Alkitab Harus Menjadi Primadona

2 Timotius 3 : 1-9

3:1. Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
3:2 Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan
membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan
berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan
agama,

3:3 tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak
dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,

3:4 suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa
nafsu dari pada menuruti Allah.

3:5 Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya
mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!

3:6 Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah orang
lain dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai
oleh berbagai-bagai nafsu,

3:7 yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal
kebenaran.

3:8 Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka
menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji.

3:9 Tetapi sudah pasti mereka tidak akan lebih maju, karena seperti dalam hal
Yanes dan Yambres, kebodohan merekapun akan nyata bagi semua orang.

Kehidupan iman orang percaya menghadapi tantangan yang semakin berat pada abad
ini. Tantangan itu adalah kehidupan dunia yang semakin fasik, filosofi yang
memancarkan spirit tidak takut TUHAN dan tidak memedulikan hukum-NYA. Filosofi
itu antara lain materialisme (materi sebagai nilai tertinggi kehidupan),
humanisme (menganggap manusia lebih penting daripada segalanya),
antroposentrisme (kehidupan yang berpusat kepada diri sendiri), serta berbagai
pemikiran modern lainnya yang menggiring orang Kristen semakin jauh dari pola
berpikir yang Alkitabiah.

Dunia seperti ini telah menenggelamkan kehidupan iman banyak orang percaya.
Banyak perilaku pasangan hidup yang merusak hakikat perkawinan, sehingga angka
perceraian dan ketidaksetiaan semakin meningkat tajam. Kondisi ini membuat
keluarga-keluarga Kristen tidak memberi perhatian kepada pendidikan rohani
karena disibukkan oleh hal-hal tesebut. Nilai-nilai spiritual menjadi
terabaikan. Jikalau nilai-nilai spiritual tidak dihargai lagi maka praktik
hidup yang tidak sesuai dengan kebenaran TUHAN mewarnai kehidupan, yang pada
akhirnya justru dianggap normal dan wajar. Menyedihkan hal yang jahat dan
merusak justru dianggap wajar.

Tidak bisa dibantah, dewasa ini banyak orang lebih tertarik kepada layar
lebar, tayangan olah raga, sinetron, gaya hidup konsumtif, chatting, hiburan di
Internet dan sebagainya, daripada memburu pengenalan akan TUHAN yang tertulis
di dalam Alkitab. Orangyang giat menggali kebenaran Firman TUHAN dianggap aneh,
ekstrem, kuno, korban indoktrinasi dan sebagainya. Ini terjadi sebab banyak
orang Kristen akhir-akhir ini tidak memperlakukan Firman TUHAN secara
proporsional. Mereka tidak mengasihi TUHAN, terbukti dengan tidak mengasihi
Firman-NYA.

Jadi sekalipun kita anggota jemaat biasa, kita tidak boleh mengabaikan
pelajaran Alkitab. Alkitab harus menjadi primadona bacaan bagi kita. Dengan
pemahaman mengenai kebenaran TUHAN yang mendalam, kita akan senantiasa waspada
sehingga tidak akan menjadi mangsa empuk bagi para pengajar palsu yang
sebenarnya sedang menipu jemaat dengan mengatasnamakan "Firman TUHAN" atau
"suara TUHAN". Sebagai orang Kristen, kita harus terus mempelajari kebenaran
yang murni dan bertumbuh dewasa di dalam TUHAN. Intelektualitas bukan hanya
dikembangkan dalam ilmu-ilmu sekuler, tetapi juga dalam kerohanian kita.
Belajar Firman TUHAN harus dilakukan terus-menerus sampai kita menutup mata.
Untuk itu kita tidak boleh berpuas diri dengan pemahaman kita saat ini, tetapi
kita harus berkembang terus dalam kebenaran.

Jadikan Alkitab primadona bacaan bagi kita agar kita menjadi cerdas.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
http://virtuenotes.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar