Jumat, 15 Oktober 2010

Fungsi Doa Syafaat

FUNGSI DOA SYAFAAT (1)

Saluran-Saluran Belas Kasihan

Doa syafaat dimulai dengan belas kasihan supernatural yang sama.
Kepedulian seperti itu adalah suatu karunia yang datangnya hanya
dari Tuhan. Dia memberikannya kepada siapa saja dan kepada semua
orang percaya yang mau menyediakan dirinya. Karena hanya Tuhan yang
dapat memberikan perasaan ini, maka kita harus mendekat kepada Dia
untuk mendapatkannya.

Paulus berkata kepada orang percaya untuk "hidup di dalam kasih"
(Efesus 5:2), atau dalam terjemahan lain "hendaklah penuh dengan
kasih". Karena Tuhan adalah kasih, hidup di dalam kasih atau
"hendaklah penuh dengan kasih" artinya dipenuhi dengan Tuhan. Ini
berarti kita harus banyak meluangkan waktu untuk berada dalam
hadirat-Nya dan bersekutu dengan Dia. Jadi, belas kasihan adalah
jantung hati doa syafaat.

Belas kasihan itu lebih dari sekadar mengasihani. Belas kasihan
adalah kasih yang dinamis, yaitu kasih yang dinyatakan melalui
perbuatan. Belas kasihan adalah suatu kehidupan yang terlibat dalam
pergumulan orang lain.

Kristus telah memberikan kepada kita ungkapan sepenuhnya dari belas
kasihan yang aktif pada waktu Ia mati di atas kayu salib untuk
menyingkirkan penderitaan umat manusia yang disebabkan oleh dosa.
Yesus tidak menjadi seorang pendoa syafaat hanya ketika Ia berdoa,
seperti yang telah kita lihat; tetapi Ia menjalani kehidupan seorang
pendoa syafaat. Yesus adalah belas kasihan. Ketika Ia berdoa, doanya
adalah doa yang penuh belas kasihan. Melihat Kristus berdoa adalah
melihat Kasih yang bertumpu pada lutut.

Bagaimana seseorang hidup akan menentukan bagaimana orang itu
berdoa. Seperti Andrew Murray menulis, "Kehidupan doa seseorang
ditentukan oleh bagaimana ia menjalani hidupnya. Kehidupan itulah
yang berdoa." Jadi seorang pendoa syafaat tidak dibentuk mulai
dengan suatu beban untuk berdoa, melainkan dengan suatu beban untuk
mengasihi -- suatu beban yang pada akhirnya akan memimpin pendoa
syafaat itu kepada suatu kegiatan doa penuh belas kasihan yang
sangat dalam yang mengalir ke luar dari tujuh fungsi doa syafaat.

Pada edisi kali ini, kita akan membahas dua dari tujuh fungsi
tersebut.

1. Panggilan untuk Melayani

Doa syafaat adalah pelayanan. Doa syafaat adalah penyediaan diri.
Pikirkan teladan yang diberikan oleh Yesus, Pendoa Syafaat utama
kita. Ia berkata, "dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka
di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena
Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang." (Markus 10:44-45)

Pelayanan adalah denyut jantung dari doa syafaat. Tidak ada
seorang pun yang dapat berdoa dengan efektif bagi orang lain
kalau ia tidak memiliki roh pelayan dari Kristus. Dalam bahasa
Yunani, kata untuk melayani dalam Markus 10:45 adalah "doulos"
yang artinya "terikat karena pilihan". Yang artinya menyerahkan
diri secara sukarela ke dalam pelayanan kepedulian.

2. Panggilan Untuk Berperang

Doa syafaat adalah peperangan. Doa syafaat berarti terlibat dalam
peperangan rohani. Sekilas hal ini sepertinya keluar dari fungsi
melayani. Namun dengan jelas suatu roh peperangan mewarnai doa
syafaat yang sungguh-sungguh. Hal ini adalah lukisan yang paling
baik digambarkan oleh Kristus dalam pengalaman "peperangan
rohani" Getsemani-Nya (Lukas 22:39-44). Karena Lukas adalah
seorang dokter, maka terutama sangat berharga sekali untuk
mempelajari kesungguhan dari pernyataannya: "Dan ketika berada
dalam penderitaan yang mendalam, Dia semakin bersungguh-sungguh
berdoa. Dan peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang
jatuh ke tanah." (Lukas 22:44, ILT) Kata "penderitaan yang mendalam"
yang dipakai Lukas di sini berasal dari kata Yunani "agonia",
yang menunjukkan "suatu tempat untuk bertanding" atau suatu medan
pertempuran. Akar katanya adalah "agon", yang menggambarkan suatu
tempat orang Yunani berkumpul untuk merayakan pertandingan-
pertandingan mereka yang paling khidmat.

Puji Tuhan -- Yesus keluar dari taman Getsemani dalam keadaan
hidup, menang dalam peperangan rohani yang begitu dahsyat yang
dapat membunuh-Nya bahkan sebelum Ia sampai pada kayu salib. Dan
bahkan kematian-Nya di atas kayu salib, ketika Kristus menjadi
perwujudan hidup dari doa syafaat, bukanlah merupakan kekalahan
seperti yang diyakini oleh Setan, tetapi merupakan suatu
kemenangan yang dimeteraikan oleh mukjizat kebangkitan. Sekali
lagi Kristus keluar dengan hidup! Paulus memakai tema peperangan
ini ketika ia memohon doa-doa dari orang-orang percaya di Roma:
"Tetapi demi Kristus, Tuhan kita, dan demi kasih Roh, aku
menasihatkan kamu, saudara-saudara, untuk bergumul bersama-sama
dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku." (Roma 15:30) Di
sini kata untuk "bergumul" dalam bahasa Yunani adalah
"sunagonizomai", di mana akar kata "agonia" tampak lagi, yang
merupakan kata yang sama yang diterjemahkan dengan "penderitaan
yang mendalam (sangat ketakutan)" dalam penjelasan Lukas mengenai
peperangan rohani Kristus di taman Getsemani. Yang ingin Paulus
katakan adalah, "Apabila engkau sedang berdoa, masuklah dalam
peperangan rohani melawan kuasa-kuasa kegelapan yang akan
menghalangi keberhasilanku memberitakan Injil." Ketika kita
berdoa syafaat untuk orang lain, kita terlibat dalam pertempuran
demi mereka. Yang paling menarik, kadang-kadang kemenangan yang
kita raih dalam doa bagi orang lain sesungguhnya membawa berkat
untuk kita!

Selama bertahun-tahun saya memunyai kebiasaan untuk menuliskan nama
hamba-hamba Tuhan yang saya jumpai di dalam daftar doa saya. Tentu
saja, daftar doa ini menjadi semakin panjang dengan berjalannya
waktu, yang membuat saya cenderung untuk memilih-milih dalam
menambahkan nama-nama tersebut. Standar penilaian utama saya adalah
saya pernah bertemu dengan orang itu dan Roh Kudus mendorong saya
untuk mencantumkan nama tersebut. Jadi, apabila seorang mahasiswa
sekolah Alkitab datang kepada saya dalam suatu pertemuan dan minta
kepada saya untuk menambahkan nama seorang temannya yang baru saja
pindah ke Arab Saudi dalam daftar doa saya, maka hal itu kemungkinan
besar tidak dapat saya lakukan. Pertama, temannya itu bekerja di
perusahaan sekuler dan kebijakannya adalah saya hanya mencantumkan
hamba-hamba Tuhan pada daftar saya, dan kedua, saya tidak bertemu
muka dengan muka dengan temannya itu ataupun dengan istrinya.
Sebelum saya dapat mengemukakan keberatan saya, mahasiswa itu
berkata, "Namanya adalah George Puia dan istrinya adalah Lynn." Ia
mengeja nama itu dengan cepat dan menjelaskan walaupun George
bekerja di perusahaan sekuler, kerinduannya adalah untuk memulai
suatu kelompok doa kecil dan juga bersaksi kepada Kaum Mayoritas
bila ada kesempatan.

Sambil mengingat nama itu dalam hati, saya katakan kepadanya dengan
jujur, "Saudaraku, saya harus mengatakan kepadamu bahwa saya hanya
akan melakukan ini jika Roh Kudus mendorong saya." Mahasiswa
tersebut setuju dan membenarkan hal ini. Pada waktu ia pergi
meninggalkan saya, secara jujur saya menyingkirkan masalah tersebut
dari pikiran saya, antara lain karena pasangan itu tidak sesuai
dengan standar penilaian daftar doa saya. Tetapi, 2 hari kemudian
terjadilah suatu hal yang aneh. Ketika saya sedang berdoa untuk pria
dan wanita yang ada dalam daftar doa saya hari itu, nama George dan
Lynn Puia timbul dalam pikiran saya. Suatu kesan yang lembut timbul
dalam hati saya: Aku ingin engkau masukkan nama mereka dalam daftar
doamu. Dua atau tiga tahun telah berlalu ketika saya terus berdoa
untuk George dan Lynn Puia. Saya selalu ingin tahu bagaimana rupa
mereka dan pekerjaan apa yang dilakukan George. Lalu pada suatu hari
saya sampai pada nama mereka dalam daftar doa saya dan saya
bertanya-tanya apakah doa-doa saya menghasilkan perubahan. Saya
berpikir, "Saya tidak mengetahui sedikit pun siapa mereka
sebenarnya." Saya sepertinya mendengar dalam roh bahwa waktunya
telah tiba bagi saya untuk berhenti berdoa syafaat bagi mereka.
Tanpa pikir panjang lagi saya meraih pena dan mencoret nama mereka
dari daftar doa saya.

Beberapa minggu kemudian saya berada di Chicago untuk tampil dalam
sebuah acara televisi Kristen. Dalam perjalanan menuju studio, saya
berjalan menyusuri suatu tikungan dan bertabrakan dengan seseorang
yang berjalan tergesa-gesa dari arah yang berlawanan. Saya minta
maaf dan demikian pula orang itu yang memerhatikan saya dengan
teliti. Lalu ia berkata' "Hei, saya mengenalmu! Saudara adalah Dick
Eastman. Engkau telah mendoakan saya dan istri saya. Saya adalah
George Puia." Yang mengherankan saya adalah bahwa George dan Lynn
ternyata kembali ke Amerika kira-kira pada hari ketika saya mencoret
nama mereka dari daftar doa saya. Rupanya Tuhan ingin saya berdoa
syafaat bagi keluarga Puia selama mereka berada di Arab Saudi.
Tetapi yang sungguh membangkitkan semangat saya adalah ketika George
menerangkan bahwa buku dan kaset kami merupakan sarana yang dipakai
oleh dia dan istrinya untuk memulai suatu kelompok doa di negeri
yang keras itu. Hal ini menarik sekali karena hukuman bagi mereka
yang memasukkan bahan bacaan seperti itu ke negara seperti Arab
Saudi sangat berat.

Tetapi sekali lagi, di sini kita melihat bahwa doa-doa pendukung
dari orang-orang yang berdoa syafaat bagi George dan Lynn telah
membuat suatu perbedaan dalam praktiknya. Suatu hari ketika harus
melalui pemeriksaan imigrasi, George merasakan suatu dorongan aneh
dalam hatinya yang menyebabkan ia melangkah mundur dan membiarkan
seorang Arab yang berada di belakangnya untuk mendahuluinya.
Tiba-tiba terjadilah suatu keributan di meja panjang untuk melayani
para pendatang. Polisi yang bersenjata maju ke depan. Orang Arab
yang mendahului George dan Lynn tertangkap basah menyelundupkan
kaset video pornografi yang merupakan suatu pelanggaran yang harus
segera ditindak dengan menahan orang yang bersangkutan. "Oleh karena
adanya keributan tersebut", kata George, "maka pejabat imigrasi
hanya mengisyaratkan kepada Lynn dan saya untuk mengambil
barang-barang kami dan pergi."

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Kasih yang Bertumpu pada Lutut
Judul buku asli: Love on Its Knees
Penulis: Dick Eastman
Penerjemah: Liana Kosasih
Penerbit: Nafiri Gabriel, Jakarta 2000
Halaman: 27 -- 34
______________________________________________________________________
TOKOH DOA

MUSA: MEMPERJUANGKAN NASIB RAKYAT

Doa merupakan pilar keberhasilan hidup dan pelayanan
sang pemimpin yang harus dibangun dengan kokoh.

Nama Musa ditulis sebanyak 806 kali di dalam Alkitab kita, bisa
ditemukan dalam 31 kitab di Perjanjian Lama dan Baru. Sejarah
mencatatnya sebagai pemimpin besar yang membebaskan bangsa Israel
dari perbudakan di Mesir, membawa bangsa ini keluar dan berjalan
menuju tanah yang dijanjikan Tuhan.

Musa menghadap Firaun bukan dengan modal keberanian atau strategi
politik, melainkan dengan kuasa Tuhan. Ia sendiri tidak fasih
berbicara (Keluaran 4:10). "Biarkan umat Tuhan pergi", kata Musa
dengan lantang. Ketika Firaun menolak, Musa memerintahkan sepuluh
tulah turun atas bangsa Mesir hingga akhirnya mereka takluk.

Jutaan umat Israel berjalan menyemut menyusuri padang gurun. Pekik
kemenangan dan sorak kegirangan terdengar, tetapi tentara Mesir
mengejar mereka dari belakang. Musa tampil sebagai pemimpin bangsa
yang diurapi. Di bawah otoritas ilahi ia membelah laut Teberau
menjadi jalan pintas bagi bangsa Israel, menutupnya kembali untuk
menenggelamkan pasukan berkuda Mesir yang memburu mereka.

Musa jelaslah bukan pemimpin biasa. Tuhan bekerja melalui hamba-Nya
ini secara supernatural. Tuhan mengadakan mukjizat, keajaiban, dan
rupa-rupa tanda heran -- tiang awan, tiang api, manna turun dari
surga, air pahit menjadi tawar, mata air memancar dari gunung batu,
dan seterusnya.

Tuhan juga memberi otoritas khusus sehingga Musa dapat membangun
tatanan sosial politik bangsa Israel, meskipun itu atas masukan
Yitro, mertuanya (Keluaran 18:17-24). Musa memilih orang-orang cakap
dan mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi
pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh
orang, dan pemimpin sepuluh orang (Keluaran 18:25).

Musa menetapkan sistem norma bagi bangsa Israel, hukum yang berdasar
pada firman Tuhan (Keluaran 20:1-17). Musa juga membangun tatanan
kehidupan religius bangsa ini yang berpusatkan pada ibadah di bait
suci (tabernakel). Seluruh tatanan sosial-politik-religius bangsa
ini bersumber dari pewahyuan yang diterimanya dari Allah.

Satu lagi keberhasilan kepemimpinan Musa, ia mempersiapkan
penerusnya dengan baik. Sehebat-hebatnya seorang pemimpin, belum
bisa dikatakan sukses jika tidak berhasil melakukan regenerasi.
Adapun Musa, sejak awal ia mempersiapkan Yosua. Ketika Musa mati,
Yosua menggantikannya, dan bangsa Israel semakin maju.

Kehidupan Doanya

Musa mengenyam pendidikan Mesir yang modern untuk ukuran pada masa
itu (Kisah Para Rasul 7:22). Mentalitas dan karakternya juga telah
tergembleng selama 40 tahun ketika menjadi seorang gembala di Midian
(Keluaran 3:1). Tetapi, otoritas dan keberhasilan kepemimpinannya
berasal dari Tuhan.

Pelayanan Musa sebagai pemimpin dimulai dari hubungan pribadinya
dengan Tuhan di padang stepa. Ketika muda, Musa memang sangat
terbeban untuk menolong bangsanya yang terjajah di Mesir. Ia bahkan
berani membunuh orang Mesir demi belas kasihannya atas bangsa Israel
(Keluaran 2:11-12). Tetapi, jika Musa tidak bertemu dengan Tuhan
secara pribadi (Keluaran 3:2), ia takkan pernah menerima panggilan
untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir itu.

Banyak pemimpin Kristen memulai pelayanannya dengan sebuah ide,
gagasan, pemikiran, rasa belas kasihan, tetapi bukan pewahyuan
ilahi. Visi kepemimpinan yang sejati haruslah berasal dari Tuhan.
Jangan menjadi pemimpin karena terbeban atau -- lebih buruk lagi --
terpaksa, tetapi karena panggilan Tuhan. Untuk itulah kita perlu
memulai dengan doa, pertemuan pribadi dengan Tuhan.

Kehidupan doa Musa, dalam arti hubungan akrabnya dengan Tuhan,
terlihat jelas dari setiap kali ia mendengar suara Tuhan. Segala
keputusan yang diambil selalu mengacu pada perkataan Tuhan.
Demikianlah seharusnya pemimpin Kristen, tidak berjalan menurut
pikirannya sendiri, tetapi dengar-dengaran dulu dengan Roh Kudus.
Yesus berjanji bahwa Roh Kudus akan selalu memimpin kita (Yohanes
16:13).

Musa pastilah seorang pendoa yang karib dengan Tuhan. Bayangkan,
Tuhan senantiasa memberi petunjuk yang sangat rinci (detail).
Pemimpin Kristen masa kini kadang hanya mendengar Roh Kudus berkata,
"Anakku, dirikanlah yayasan bagi-Ku!" Atau kita mendapat penglihatan
sebuah bangunan gereja dan kesaksian batin bahwa Tuhan menyuruh kita
menggembalakan jemaat. Lain dengan Musa, petunjuk Tuhan begitu
lengkap sampai pada hal yang kecil-kecil. Hal itu terlihat jelas
ketika Tuhan menyuruh Musa membangun kemah sembahyang (tabernakel),
petunjuk Tuhan sangat rinci sampai pada hal-hal yang kecil (Keluaran
25-30).

Banyak pemimpin Kristen kekurangan ide karena kurang berdoa. Padahal
seringkali kesalahan-kesalahan kecil berakibat fatal. Pemimpin harus
teliti dan cermat, serta melibatkan Tuhan dalam segala perkara.
Untuk itulah kita perlu menambah jam doa, tidak hanya berdoa lima
menitan!

Musa adalah tipe pendoa yang senang menyendiri bersama Tuhan. Ia
pergi naik ke gunung Sinai dan berdoa berhari-hari di sana, lalu
pulang dengan urapan penuh dan membawa pesan-pesan Tuhan. Pemimpin
Kristen perlu berdoa secara khusus, misalnya menyendiri di bukit
doa. Jangan hanya berdoa secara sambil lalu!

"Hapuskanlah Kiranya Namaku!"

Musa adalah seorang pemimpin yang berani bersikap tegas terhadap
para pengikutnya, tetapi juga berbelas kasih untuk mendoakan mereka.
Kadang kita hanya bersikap keras, tetapi tidak pernah mendoakan anak
buah kita. Ketika karyawan kita bersalah, kita memarahi mereka dan
bahkan mengutuki mereka. Sebaliknya, ada pemimpin yang sangat murah
hati, mengasihi jemaatnya, mendoakan mereka, tetapi tidak berani
menegor dan menempelak ketika mereka bersalah dan berdosa.

Pada waktu bangsa Israel jatuh berdosa karena menyembah patung anak
lembu emas, Musa marah dan menghukum mereka (Keluaran 32:25-29).
Tetapi, keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Kamu
ini telah berbuat dosa besar, tetapi sekarang aku akan naik
menghadap Tuhan, mungkin aku akan dapat mengadakan perdamaian karena
dosamu itu." (Keluaran 32:30)

Dalam doanya, Musa membela rakyatnya di hadapan Allah. Karena
kasihnya kepada Israel, Musa mau mengorbankan dirinya sendiri.
Demikian doanya: "Kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu -- dan
jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah
Kautulis." (Keluaran 32:32) Itu merupakan karakteristik kepemimpinan
Kristus. Ia tidak bersalah, tetapi mau berkorban dan menerima
hukuman untuk menebus dosa manusia. Kitalah yang seharusnya dihukum
oleh karena dosa kita, tetapi justru Yesus yang mati di kayu salib.

Doa Musa bukan basa-basi. Itu merupakan permohonan yang keluar dari
hati yang penuh kasih. Apa yang kita ucapkan keluar dari dalam lubuk
hati kita (Lukas 6:45). Banyak pemimpin Kristen yang sepertinya
bersikap ramah dan baik terhadap para karyawan, mengampuni
kekurangan dan kesalahan mereka, tetapi di dalam hatinya tersimpan
kepahitan, kemarahan, dongkol. Dalam doanya ia berkata, "Oh Tuhan,
hukumlah dia. Buatlah dia tidak kerasan dan keluar dari perusahaan
ini. Kirimkan pekerja yang baru, ya Tuhan!" Munafik!

Kesimpulan

1. Semua pemimpin Kristen yang berhasil pastilah anak-anak Tuhan
yang tekun berdoa
2. Pemimpin harus menjadi penggerak atau motivator doa umat
3. Apabila para pemimpin bersatu untuk berdoa, perkara-perkara ajaib
Tuhan nyatakan dengan dahsyat

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Mezbah Doa Para Pemimpin
Penulis: Haryadi Baskoro
Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008
Halaman: 9 -- 14, 123
______________________________________________________________________
STOP PRESS

SITUS GUBUK: SITUS RESENSI BUKU KRISTEN
DAN GUDANG BUKU-BUKU KRISTEN ONLINE

Situs GUBUK ini merupakan situs kristiani yang cukup lama
berada di dunia maya. Sejak dibuat pada tahun 2005, situs GUBUK
ini mengalami perkembangan baik dari segi isi maupun
tampilan. GUBUK berisi banyak informasi tentang buku mulai
dari resensi buku, kesaksian buku, artikel, tips yang berkaitan
dengan literatur dan renungan. Kategori resensi sendiri sangat
variatif, mulai dari Alkitab, biblika, pendalaman Alkitab, teologia,
penginjilan leadership, konseling, pelayanan anak, remaja, pemuda,
dsb. Selain itu GUBUK juga menampilkan beberapa buku online
yang bisa dibaca langsung maupun diunduh dengan mudah dan bebas
biaya. Bagi pengunjung yang mencari bahan dan beberapa situs-situs
YLSA maupun situs-situs Kristen lainnya yang terkait, Anda tidak
perlu kesulitan karena situs ini memiliki links dengan situs-situs
tersebut. Anda bingung mencari referensi buku? Silakan kunjungi
GUBUK ini. Untuk lebih mengetahui seperti apakah GUBUK
ini silakan Anda bisa mengakses di alamat:

==> http://gubuk.sabda.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar