Rabu, 20 Oktober 2010

KAU-lah Segalanya

KAU-lah Segalanya



Mazmur 73 : 25–26

73:25Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkautidak ada
yang kuingini di bumi.
73:26Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku danbagianku
tetaplah Allah selama-lamanya.


Dahulusaat penulis tengah duduk di bangku gereja, rasanya hanyut danterbuai
dalam alunan liturgi. Pikiran tertuju dalam perenungan kepada TUHAN. Rasanya
TUHAN adalah segalanya bagi diri penulis saat itu. Tetapi anehnya begitu keluar
dari pintu gereja, semua lenyap. Itu pun terjadi bahkan ketika penulis sudah
mengambil bagian dalam pelayanan gereja. Pernahkah Saudara mengalami hal seperti
ini juga?

Mengucapkan "TUHAN, KAU lah segalanya bagiku," begitu mudah diucapkansaat kita
hanyut dalam penyembahan di gereja atau persekutuan doa. Tetapi pernahkah kita
mendalami lebih jauh, benarkah kita telah menjadikan-NYA segalanya? Mengertikah
kita apa arti kalimat tersebut? Saat keluar dari gereja dan kembali dalam
kegiatan sehari-hari, sering kita tidak menjadikan TUHAN segalanya.

Jika kita sungguh-sungguh menginginkan sesuatu—katakanlah sepeda motorbaru—maka
bayangan sepeda motor tersebut akan terpatri dalam pikiran kita siang dan malam,
dan dalam semua kegiatan harian kita, yang terbayang hanya sepeda motor
tersebut. Demikian juga dengan sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta, siang
dan malam yang teringat hanya wajah si dia. Apa pun jadi nikmat jika bersama si
dia. Kita bisa memperlakukan seseorang atau sesuatu seperti itu, sedangkan
kepada TUHAN rupanya kita tidak memperlakukan-NYA seperti itu. Saat kita
berseru, "TUHAN, aku tidak dapat hidup tanpa ENGKAU!" biasanya yang kita
maksudkan adalah kita tengah dalam keadaan tertekan, krisis kesehatan, perasaan,
atau ekonomi, dan kita hendak meminta TUHAN menolong kita. Apakah itu berarti IA
sungguh-sungguh segalanya bagi kita?

Ya, kita manusia yang mempunyai berbagai kebutuhan, tetapi kita jugaharus
menyadari bahwa dalam diri kita ada rongga kosong yang tidak bisa diisi oleh apa
pun dan siapa pun kecuali oleh DIA, Sang Pencipta. Sudah waktunya kita tidak
menempatkan TUHAN sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan jasmani kita, tetapi
DIA lah kebutuhan kita. Pribadi-NYA lah yang paling kita ingini, bukan
kuasa-NYA, bukan berkat-NYA. Tempatkanlah DIA pada tempat yang terhormat dan
termulia. Seperti Asaf berkata dalam mazmurnya, "Selain ENGKAU tidak ada yang
kuingini di bumi." Sungguh suatu kehormatan bahwa kita bisa mengenal TUHAN
Semesta Alam dan diperkenankan bersekutu dengan-NYA. Dan kemuliaan yang
disediakan-NYA bagi kita di langit dan bumi baru sungguh tiada terkira, apa lagi
yang kita inginkan? Dengan memahami hal ini barulah kita dapat berkata, "KAU lah
segalanya bagiku."


Menjadikan TUHAN segalanya berarti sungguh-sungguh menempatkan TUHANpada tempat
yang terhormat dan termulia dalam kehidupan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar