Sabtu, 30 Oktober 2010

Masih Ada Jalan Keluar

MASIH ADA JALAN KELUAR

Sejak saya (RL) masih anak-anak sampai menjadi seorang pemuda, saya
menjalani hidup dengan baik dan nyaris tanpa masalah yang berarti.
Ketika itu, saya belum menjadi orang Kristen.

Pada tahun 1989, tidak begitu lama setelah saya menyelesaikan kuliah
di Universitas Advent, Manado, saya diterima bekerja pada sebuah
perusahaan pelayaran dan dipercaya untuk mengurus kegiatan
operasional yang berkantor di Jakarta. Setelah beberapa bulan hidup
di tengah-tengah kota metropolitan, saya mulai terlibat dengan
kehidupan dunia malam. Pada awalnya hanyalah sebatas menemani tamu
untuk mencari hiburan dan melepaskan dahaga. Tetapi tidak lama
kemudian, saya mulai menikmatinya. Dan akhirnya apabila dalam
semalam tidak dilewatkan dengan berjudi dan mabuk-mabukan bersama
wanita-wanita di diskotik, rasanya malam itu adalah malam yang
hampa.

Pada tahun 1990, ketika saya ditugaskan untuk menangani cabang
perusahaan yang berada di Surabaya, kebiasaan keluyuran pada malam
hari terus berlangsung dengan aman. Bahkan kehadiran saya di
diskotik-diskotik bukan lagi sekadar berjudi atau mabuk-mabukan.
Saya mulai mengonsumsi obat-obatan terlarang. Pertama-tama, saya
hanya menelan pil ekstasi yang diberikan oleh kawan saya secara
gratis. Setelah menelannya, saya mengalami perasaan yang sangat luar
biasa. Dalam waktu sekejap, semua persoalan yang rumit tiba-tiba
hilang dan berubah menjadi suasana indah.

Pada tahun 1995, saya ditugaskan kembali untuk menangani kegiatan
operasional cabang perusahaan di Jakarta. Kegemaran saya
berpetualang di dunia malam dan mengonsumsi obat-obatan terlarang
semakin tidak terbendung lagi. Saat itu, bukan hanya dosis pemakaian
pil ekstasi yang semakin meningkat, saya juga mulai mengonsumsi
putaw.

Judi bukan lagi sekadar hobi. Saya bahkan bersedia keluar dari
perusahaan dan membuat usaha judi sebagai lahan bisnis. Di Jakarta,
saya mengelola judi sepakbola dan judi dari Singapura. Saya merekrut
beberapa anak buah dan menempatkan mereka sebagai agen di berbagai
kota di Indonesia. Dalam waktu singkat, omzetnya bisa mencapai
ratusan juta rupiah. Ketika saya sibuk menikmati "indahnya" dunia
kegelapan tersebut, saya tidak sadar telah menjerumuskan diri ke
dalam dunia perdukunan. Sekalipun hati kecil saya mengatakan bahwa
pekerjaan-pekerjaan yang saya lakukan ini adalah pekerjaan yang
merusak moral masyarakat dan bangsa, tetapi saya tidak berdaya untuk
melepaskan diri dari kegelapan tersebut.

Pada tahun 1997, dalam melakukan kegiatan judi, saya berharap kepada
paranormal, dukun-dukun, dan orang-orang pintar lainnya. Saya
percaya mereka dapat mengatur nomor-nomor yang akan keluar dan
memberikan keuntungan bagi saya. Namun, sering terjadi nomor-nomor
agen sayalah yang keluar sebagai pemenang. Karena dalam setiap
pengundian selalu saja terjadi seperti kejadian di atas, maka
keadaan keuangan saya pun menipis, dan saya tidak mampu lagi
membayar para pemenang. Hal itu tidak hanya mengakibatkan lilitan
utang yang semakin besar, tetapi saya juga sering diancam dan
dikejar-kejar para pemenang judi. Di dalam kehidupan yang penuh
kekosongan dan keputusasaan, saya sempat berpikir untuk bunuh diri.

Bulan Juli 1997, ketika saya sedang berpikir tentang bagaimana cara
yang terbaik untuk bunuh diri, tanpa saya undang, seorang ibu datang
mengunjungi saya. Dia melihat kehidupan saya terguncang oleh begitu
banyak masalah. Dia lalu mengajak saya mengunjungi sebuah pertemuan
gereja di Jakarta. Sebenarnya saya tidak begitu merespons tawaran
tersebut karena yang sangat saya butuhkan saat itu adalah uang untuk
membayar utang-utang saya. Di samping itu, saya berpikir bahwa saya
bukanlah seorang Kristen yang setia. Tetapi karena saya sedang
menghadapi jalan buntu, dan berharap mudah-mudahan akan ada jalan
keluar bagi permasalahan saya, maka saya mengikutinya beribadah ke
gereja dengan sedikit terpaksa.

Ketika saya berada di antara puluhan umat yang hadir di gereja, saya
merasakan seolah-olah saya sendirilah yang sedang tertindih beban
yang sangat berat di punggung saya. Tetapi beberapa menit kemudian,
saya merasakan tangan Tuhan yang ajaib itu mulai mengangkat beban
berat saya, terutama pada saat sebuah ayat dibacakan, bahwa "Tuhan
adalah Tuhan yang cemburu, dan jangan menyembah allah lain di
hadapan-Ku". Firman tersebut ibarat sebuah palu besar yang sedang
dipukulkan ke kepala saya. Bagaimanapun juga, saya harus menerimanya
sebagai konsekuensi dari seluruh perbuatan-perbuatan jahat saya.
Tuhan ingin mengatakan kepada saya bahwa Dialah Tuhan yang nyata dan
bukan khayalan. Sejak pertengahan Juli tahun 1997, saya membuat
komitmen di hadapan Tuhan bahwa saya memutuskan hubungan dengan
paranormal, dukun-dukun, dan berjanji untuk meninggalkan pekerjaan
ilegal tersebut serta berjalan dengan lurus di hadapan-Nya. Pada
suatu hari, kawan baik saya menganjurkan agar saya kembali ke Manado
dan memulai usaha yang baru.

Pada bulan Januari 1998, walaupun kawan-kawan yang lain mengutarakan
rasa pesimis mereka akan keberhasilan saya dalam usaha itu, tetapi
setelah mendapat dukungan dari Tuhan, ternyata Dia tidak hanya
menolong sehingga usaha itu berjalan dengan baik, tetapi Dia juga
memberikan jalan keluar yang terbaik bagi hidup saya. Setelah saya
menikah pada bulan Mei tahun 1998, Tuhan semakin menyatakan
penyertaannya dalam hidup saya. Pengiriman cengkih dari Manado ke
pulau Jawa maupun pengiriman barang-barang dari pulau Jawa ke Manado
yang dipercayakan kepada perusahaan ekspedisi kami semakin
meningkat. Pada tahun 2001 yang lalu, saya bersyukur kepada Tuhan
karena kami telah melunasi seluruh utang-utang pada masa lalu.
Bahkan lebih dari itu, untuk membalas kasih sayang Tuhan yang luar
biasa, saya berjanji memberikan hidup saya untuk membantu
mengembangkan pelayanan di daerah Manado dan memberikan waktu serta
dana bagi perjalanan pelayanan ke daerah-daerah seperti Halmahera,
Tentena, Poso, dan kota-kota lain di Indonesia bagian timur.

Diambil dan disunting dari:
Judul majalah: SUARA, Edisi 69, Tahun 2003
Penulis: KM
Penerbit: Communication Department Full Gospel Business Men's
Fellowship International - Indonesia
Halaman: 13 -- 15
______________________________________________________________________

Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari
kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah,
bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang
sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi
banyak dosa. (Yakobus 5:19-20)
< http://alkitab.sabda.org/?Yakobus+5:20 >
______________________________________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar