Jumat, 16 Desember 2011

Makanan Jiwa

Makanan Jiwa

Matius 4:4
4:4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."Apa maksud Tuhan Yesus dengan pernyataan-Nya bahwa manusia hidup bukan saja dari roti, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah? Tentu ini menunjukkan dengan jelas bahwa manusia bukanlah makhluk fisik semata-mata. Manusia juga makhluk rohani, yang membutuhkan konsumsi makanan untuk jiwanya.Kalau makanan jiwanya benar, maka sehatlah jiwanya, tetapi kalau makanan jiwanya salah, maka rusaklah rohaninya. Masalahnya makanan jiwa yang disediakan oleh dunia hari ini sebagian besar justru tidak sehat dan membinasakan. Makanan jiwa yang tidak sehat itu dialirkan melalui berbagai saluran dan media, antara lain budaya dan pergaulan hidup, film, lagu-lagu, Internet dan lain sebagainya. Menyedihkannya, banyak juga yang disajikan dengan bungkusan Kristen. Tidaklah mengherankan jika tidak sedikit orang percaya memiliki pola pemikiran yang salah, karena telah mengonsumsi makanan jiwa yang tidak sehat itu.
Dunia mengatakan apa yang disediakannya baik, dan banyak orang lain juga mengatakan memang makanan jiwa dari dunia itu baik. Ya, memang mungkin itu baik menurut perspektif dunia, namun belum tentu baik menurut perspektif Allah. Inilah sesungguhnya pergumulan hidup yang paling utama yang dihadapi manusia.
Seharusnya manusia memahami apa yang baik dan jahat dari perspektif Allah, tetapi rupanya manusia memilih memahami apa yang baik dan jahat dari perspektif Iblis. Akibatnya manusia memiliki pandangan yang salah dalam segala aspeknya. Sebagai contoh, tatkala manusia memilih cara pandang Iblis, mereka merasa malu dengan ketelanjangan mereka, padahal sebelumnya mereka sudah lama telanjang tanpa malu. Jadi yang membuat malu bukanlah fakta ketelanjangan itu, melainkan pikiran mereka.
Demikian pula dengan kehidupan kita hari ini. Sudahkah kita memandang dunia dan hidup ini melalui cara pandang Tuhan, atau cara pandang anak dunia? Bila kita dikehendaki-Nya agar tidak serupa dengan dunia ini, maksud-Nya agar kita tidak memandang dunia dan hidup sama dengan anak dunia (Rm. 12:2). Untuk itulah kita harus selalu mengalami pembaruan pikiran setiap hari.
Seperti kita memilih apa yang kita makan dan minum agar manusia lahiriah kita sehat, demikian pula
kita perlu memilih apa yang kita baca, dengar, tonton dan percakapkan agar manusia batiniah kita sehat. Pilihlah dengan bijaksana; standarnya adalah Firman Tuhan yang murni.
Tuhan menghendaki kita untuk tidak serupa dengan dunia ini, agar cara pandang kita berbeda dengan anak dunia.Diadaptasi dari
Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 10 Desember 2011

Tersingkapnya Selubung

Tersingkapnya selubung

Mengapa banyak orang takut membaca atau mempelajari kitab Wahyu?
Mereka mengira kitab ini hanya berbicara tentang hal-hal yang
berkaitan dengan penghakiman dan akhir zaman serta sulit
dimengerti karena banyak menggunakan lambang.

Ketakutan ini sebenarnya tidak beralasan. kitab Wahyu, sesuai dengan
artinya ditulis untuk menyingkapkan atau membukakan kebenaran,
bukan untuk menyembunyikan atau menutupinya. Kitab Wahyu dapat
diumpamakan seperti sebuah lukisan yang tadinya terselubung, lalu
selubung itu disingkapkan sehingga lukisan itu tampak jelas.

Perikop yang kita baca merupakan pendahuluan dari kitab Wahyu. Yohanes
memulai dengan kalimat, "Inilah wahyu Yesus Kristus yang
dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada
hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi."(1:1). Ungkapan
"Inilah wahyu Yesus Kristus" bisa berarti wahyu dengan Yesus
sebagai sumbernya, bisa juga wahyu dengan Yesus Kristus sebagai
berita utamanya. Keduanya mengungkapkan kebenaran yang penting.
Ini adalah wahyu dari Yesus Kristus dan wahyu tentang Dia. 'Dari
Yesus Kristus' menegaskan bahwa apa yang Yohanes tulis merupakan
segala sesuatu yang Tuhan Yesus telah nyatakan kepadanya (2).
Sedangkan 'tentang Dia', berarti wahyu ini menyingkapkan pribadi
Yesus Kristus. Dia telah mati, bangkit, dan naik ke Surga serta
karya-Nya di dalam kehidupan gereja (orang percaya) pada masa
kini. 'Tentang Dia' juga menyingkapkan peristiwa-peristiwa yang
akan terjadi berkaitan dengan kedatangan-Nya yang kedua kali.

Inilah keindahan kitab Wahyu. Kitab ini menyingkapkan isi hati Allah
bagi gereja-Nya. Kepada para pembaca kitab ini Dia berjanji,
"Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan
kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di
dalamnya, sebab waktunya sudah dekat" (3). Janji ini berlaku bagi
setiap orang percaya dari segala abad dan tempat. Juga berlaku
bagi Anda yang membaca dan menuruti apa yang tertulis di dalamnya.
Bersyukurlah kepada-Nya!

Wahyu 1:1-3

1 Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya,
supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus
segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah
menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes.
2 Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian
yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah
dilihatnya.
3 Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan
kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di
dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 08 Desember 2011

Kesadaran Baru

Kesadaran Baru

Yohanes 3:1-9
3:1 Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi.3:2 Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya."3:3 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."3:4 Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?"3:5 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.3:6 Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.3:7 Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.3:8 Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."3:9 Nikodemus menjawab, katanya: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?"Oleh karena seseorang tidak akan bisa mengalami perubahan dalam jiwanya secara mendadak, untuk mengalami perubahan, harus ada usaha terus-menerus guna perubahan tersebut. Perubahan jiwa atau pewarnaan jiwa harus terjadi secara bertahap dan berkesinambungan; tidak bisa seketika. Tahapan-tahapan tersebut merupakan proses yang sangat alami, bukan melalui suatu mukjizat.Jangan sampai kita tidak mau mengerti atau tidak mau tahu tentang hal ini, sebab ini berbahaya. Kalau kita puas dengan keberagamaan yang telah kita miliki, padahal kita masih berkedaan jauh dari apa yang diinginkan Tuhan, bisa jadi kita belum mengalami kelahiran baru. Jika kita merasa telah berubah, tetapi perubahannya bukan ke arah yang dikehendaki Allah, kita juga harus mencurigai diri kita sendiri. Jika kita merasa mengalami pembaruan, tetapi di mata Allah sesungguhnya justru pengrusakan, bisa jadi kita membinasakan diri kita sendiri.
"Kamu harus dilahirkan kembali," demikian Yesus berkata kepada Nikodemus (ay. 7). Kalau kita seorang Malaysia yang ingin menjadi warga negara Indonesia, kita harus memenuhi ketentuan hukum Indonesia untuk menjalani naturalisasi. Kalau kita ingin menjadi warga negara Kerajaan Allah, juga ada ketentuan hukum Kerajaan Allah yang harus kita penuhi.
Untuk mengalami kelahiran baru, bukan proses yang instan dan terjadi sekejap mata. Pemikiran bahwa kelahiran baru adalah sesuatu yang ajaib adalah keliru. Ada persyaratannya.
Pemikiran yang salah tentang kelahiran baru yang ajaib dan instan membuat seseorang tidak merasa bertanggung jawab untuk bertumbuh di dalam Tuhan. Mereka merasa sudah mengalami kelahiran baru karena sudah menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, padahal kelahiran baru adalah keadaan baru dari warna jiwanya; cara berpikir atau memandang hidup ini yang baru. Jadi, kelahiran baru pada dasarnya adalah kesadaran baru. Kalau cara pandang seseorang belum berubah, berarti ia belum mengalami kelahiran baru. Dalam hal ini banyak orang Kristen telah tersesat, tidak mengenali dirinya dengan benar. Mereka merasa sudah lahir baru, padahal belum sama sekali.
Jadi apakah persyaratan untuk mengalami kelahiran baru itu? Persyaratannya adalah mengalami pertumbuhan pengertian akan kebenaran, dan mengalami pertobatan terus-menerus sampai cara kita memandang dunia berubah sama sekali, dan menjadi tidak sama dengan dunia ini (Rm. 12:2).
Kelahiran baru adalah kesadaran baru yang memberikan cara pandang yang baru.
Diadaptasi dari
Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 06 Desember 2011

Jalan Yang Benar

 Jalan Yang Benar
Mat 7 : 12 - 14

Di dalam hidup ini setiap kita dihadapkan dengan pilihan, baik atau buruknya hidup kita, masa depan kita, rumah tangga kita, segala kesuksesan yang ingin kita raih, itu semua tergantung pilihan kita.

Sejak awal mula manusia diciptakan Allah memberikan pilihan kepada mereka (Kej 2:16-17). Bangsa Israel yang merupakan umat pilihan harus memilih antara kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan (Ul 30:15-20 ; Yer 21:8). Yosua juga dihadapkan dengan pilihan dan ia dan keluarganya memilih untuk tetap setia beribadah kepada TUHAN!" (Yos 24:15) dan banyak lagi contoh lainnya dalam Alkitab tentang pilihan yang Allah berikan.

Jadi setiap saat kita harus memilih antara jalan luas yang menuju kepada kebinasaan atau jalan sempit yang menuju kepada kehidupan (Mat 7:13-14). Tetapi sayangnya lebih banyak orang yang memilih jalan yang menuju kebinasaan daripada jalan kehidupan.

Mengapa Sedikit Orang Yang Mau Melalui Jalan Benar?

1. Jalan Yang Sukar

- Orang lebih senang jalan yang gampang.

- Harus bertobat melepaskan diri dari yang mengikat & Hidup bukan untuk diri sendiri lagi. Contoh : Orang muda yang kaya (Mat 19:16-26).

- Untuk layak menjadi warga Kerajaan Allah harus tetap beriman, tabah dan kuat dalam segala penganiayaan dan penindasan (2Tes 1:4-5).

2. Jalan Yang Harus Dipikirkan (Luk 14:25-35)

- Menjadi Kristen harus radikal (sungguh-sungguh).

- Menjadi Kristen harus banyak berkorban (Fil 3:8).

- Karena itu harus di pertimbangkan masak-masak tidak asal-asalan, jika tidak berani berkorban dan hidup radikal sia-sia dan percuma saja kita mengikut Kristus.

3. Jalan Yang Penuh Disiplin (Luk 9:57-62)

- Keberhasilan membutuhkan disiplin.

- Mengikut Yesus harus mampu mendisiplin diri.

- Agar tidak terkontaminasi oleh dunia.

- Agar tetap memiliki motivasi sorgawi (Luk 9:57-61).

- Agar tidak menoleh kebelakang (Luk 9:62).

(1Kor 9:27) Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

4. Jalan Penuh Kehancuran Manusia Duniawi

- Kedagingan (duniawi) tidak mendapatkan tempat.

- Harus menyangkal diri dan pikul salib (Mat 16:24-28) .

- Hasilnya Melihat hidup yang kekal.

(Eph 4:22-24) yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.

Sumber : www.misikasih.org


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Pohon Kehidupan
Kejadian 3: 22-24

3:22 Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya."

3:23 Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil.

3:24 Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Edenditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Kita harus memilih salah satunya, tidak mungkin memilih dua-duanya. Ini sebetulnya sejajar dengan pilihan yang harus dipilih oleh manusia pertama, yaitu memilih makan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat atau buah pohon kehidupan.

Mengapa disebut sebagai pohon kehidupan? Pohon kehidupan adalah pohon yang buahnya membuat seseorang tidak mati (ay. 22). Mati di sini maksudnya adalah terpisah dari hadirat Tuhan selamanya. Jadi pohon kehidupan adalah satu dari dua pohon yang merupakan makanan jiwa yang disediakan oleh Allah di Taman Eden.

Itukah sebabnya Tuhan Yesus menyatakan bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah (Mat. 4:4). Tentu pernyataan Tuhan Yesus ini tidak hanya berlaku bagi manusia yang sudah jatuh dalam dosa; yang disebut manusia adalah semua manusia yang pernah hidup, sejak zaman Adam hingga manusia terakhir kelak.

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Allah menempatkan beberapa kerub untuk mencegah manusia mengambil buah pohon kehidupan, sebab mereka sudah memilih untuk mengisi jiwanya dengan hal-hal yang tidak dikehendaki oleh Allah. Pohon kehidupan ini baru akan tersedia kembali bagi orang-orang yang diperkenankan masuk ke dunia yang akan datang (Why. 22:2).

Karena tidak makan buah pohon kehidupan, maka manusia mengalami kematian. Jiwanya tidak dapat diperbaiki, kecuali dengan menghidupkan kembali roh manusia yang mati akibat dosa. Syukur kepada Allah, sebab Ia menganugerahkan Anak-Nya yang tunggal untuk tujuan itu. Tetapi Ia tidak hidup hanya untuk mati di kayu salib; Ia juga mengajar. Ia ingin mendidik kita. Mengapa? Sebab manusia memiliki jiwa, yang kualitasnya tergantung dari apa yang ditanamkan di dalamnya.

Jadi bagi orang yang diselamatkan pun tidak mungkin jiwanya bisa menjadi sempurna dalam sekejap; sebab pada dasarnya pikiran, perasaan dan kehendak manusia baru bisa eksis lengkap melalui pertumbuhan. Sangatlah logis kalau manusia pertama juga diasuh oleh Allah dengan mengisi jiwanya dengan hal-hal yang benar sesuai dengan standar kebenaran-Nya. Kalau seorang anak manusia dibesarkan oleh orangutan, maka ia berperilaku seperti orangutan. Kita yang selama ini sudah dibesarkan oleh dunia ingin menjadi seperti Bapa, tentu tidak instan; kita harus merelakan diri melalui proses pembelajaran yang panjang.

Kita harus menyediakan diri mengalami pembelajaran supaya bisa mencapai kesempurnaan yang diinginkan Bapa.

Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 05 Desember 2011

Rumput Palsu

Rumput Palsu
Yohanes 10:1-5

10:1 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;

10:2 tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.

10:3 Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.

10:4 Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.

10:5 Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal."

Adam dan Hawa di taman Eden masih perlu mengalami peningkatan. Keadaan mereka belum sempurna secara utuh. Kita mengetahui hal ini sebab kalau Adam dan Hawa diciptakan sudah sempurna dan tidak bisa mengalami peningkatan lagi, berarti Allah telah gagal dalam menciptakan manusia, karena mereka jatuh dan memberontak kepada-Nya. Kalau Allah menciptakan manusia yang tidak bisa jatuh, artinya manusia tidak diberi kehendak bebas, sebab tidak diberi pilihan untuk menentukan sendiri. Untuk itu Ia tidak akan memperingatkan manusia untuk tidak makan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

Jadi tatkala Tuhan memperingatkan agar manusia jangan makan buah pengetahuan tentang yang baik dan jahat tersebut, manusia dipanggil untuk tidak mengisi pikirannya dari sumber yang lain. Manusia harus membangun pikiran moral dari sudut pandang Tuhan. Berarti kita melihat bukti bahwa Allah tidak gagal dalam menciptakan manusia; Ia berhasil membuat makhluk yang berkehendak bebas sehingga bisa menaati-Nya dan mengasihi-Nya dari hati mereka sendiri.

Dengan memahami bahwa manusia pertama ternyata juga harus mengalami proses pertumbuhan secara moral, maka kita sebagai umat pilihan lebih menyadari tanggung jawab untuk mengembangkan dan mengenakan kodrat ilahi. Tanggung jawab inilah yang sering diabaikan oleh banyak orang Kristen. Mereka menganggap bahwa menjadi anak Tuhan berarti langsung berkat secara otomatis.

Orang mengira dengan mengaku percaya kepada Kristus, mereka mengantongi tiket untuk memasuki rumput yang hijau dan air yang tenang. Banyak orang tidak teliti memperhatikan, bahwa mereka yang menemukan rumput yang hijau adalah domba yang baik. Domba yang tidak baik, yang tidak mengenal suara gembala, adalah domba yang terhilang. Domba yang hilang mencari rumput lain, sebab tidak puas terhadap rumput yang disediakan oleh gembalanya. Rumput yang disediakan oleh Gembala yang baik dianggap kalah hijau daripada rumput lain yang disediakan oleh gembala yang jahat, sama seperti Hawa yang tergoda untuk memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (Kej. 3:6). Padahal rumput yang lain itu adalah rumput palsu, berwarna hijau tetapi terbuat dari plastik.

Jangan kita mencoba mencari rumput palsu. Kita harus berprinsip bahwa rumput yang benar adalah Tuhan dan Kerajaan-Nya. Itulah satu-satunya kebahagiaan kita. Agar bisa membedakan rumput yang asli dan rumput yang palsu, kita harus terus belajar kebenaran Tuhan.

Kita bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mengenakan kodrat ilahi.

Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jangan takut terhadap pengajar sesat

Jangan takut terhadap pengajar sesat

Anak Tuhan sejati memiliki Roh Kudus di dalam dirinya yang akan
memampukannya mengenali roh jahat atau roh sesat di dalam para
pengajar sesat. Namun Roh Kudus akan berfungsi maksimal kalau kita
sendiri bertekun dalam firman Tuhan karena pada hakikat-Nya tugas
Roh Kudus adalah mengajarkan dan mengingatkan apa yang Tuhan Yesus
sudah ajarkan di dalam firman-Nya.

Petrus sadar, di kalangan jemaat yang ia gembalakan, sudah ada
pengajar-pengajar sesat yang mencoba membodohi anak-anak Tuhan
dengan dongeng-dongeng isapan jempol manusia. Orang Kristen yang
membaca Alkitabnya akan dapat membedakan ajaran sejati dari ajaran
ngawur yang tidak alkitabiah. Ada beberapa kriteria disebutkan
Petrus untuk mengenali ajaran sesat mereka. Pertama, ajaran mereka
menyangkal prinsip kebenaran yang diajarkan Alkitab. Mereka
memutarbalikkan kebenaran (1). kedua, inti pengajaran mereka
sebenarnya mau merangsang hawa nafsu jemaat. Ajaran mereka
menggoda orang untuk tidak melihat Allah, tetapi menikmati dosa.
Ketiga, motivasi mereka yang hanya mencari keuntungan diri sendiri
akan kelihatan (3)

Petrus menasihati jemaat untuk tidak takut terhadap pengajar sesat
maupun ajarannya karena mereka pasti dihukum Tuhan dengan keras.
Petrus memaparkan fakta bahwa dari zaman ke zaman selalu ada
penyesat, dan penyesat itu akhirnya dibinasakan Tuhan (4-8). Tuhan
tahu menyelamatkan umat-Nya dari penyesatan, Tuhan juga tahu
membinasakan para penyesat (9-10). Tuhan berdaulat menentukan
kapan waktunya!

Kita memang harus waspada terhadap ajaran-ajaran di luar gereja,
tetapi juga yang menelusup masuk ke dalam gereja. Caranya adalah
dengan disiplin rohani membaca-gali Alkitab setiap hari, ikut
pembinaan iman yang diselenggarakan gereja kita, dan tentu
mempraktikkan kebenaran itu dalam hidup kita. Jangan takut
terhadap ajaran sesat maupun pengajarnya. Tuhan pada waktu-Nya
akan menghakimi guru palsu dan menghancurkan ajarannya.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

DISELAMATKAN DALAM API

DISELAMATKAN DALAM API

Setiap orang pasti punya masalah kehidupan. Punya anak yang
terlibat narkoba; kesulitan uang kuliah; penghasilan yang pas-pasan;
pernikahan yang tidak rukun; kecelakaan dan penyakit yang tidak
terduga. Daftar ini mewakili persoalan sehari-hari yang dialami
orang kristiani. Dalam situasi seperti ini, bisa muncul keinginan
untuk mencari solusi cepat. Kalau bisa Tuhan turun dari surga dan
melakukan mukjizat. Supaya serta merta semua masalah sirna. Beban
berat selesai dalam sekejap.

Akan tetapi, Tuhan tidak bekerja seperti itu. Dalam kisah Sadrakh,
Mesakh, dan Abednego, Tuhan tidak mencegah terjadinya peristiwa
pembakaran itu, memadamkan api yang menyala-nyala, atau membinasakan
Nebukadnezar sebelum pembakaran. Namun, Tuhan mengizinkan api
menyala-nyala dan mereka dilemparkan ke dalamnya. Justru di situlah
Tuhan menunjukkan kehebatan-Nya. Mereka tidak diselamatkan dari api,
tetapi justru dalam api yang membara itu. Karena di situ Tuhan nyata
menyertai dan meluputkan mereka dari kematian. Dan, inilah kesaksian
yang membukakan mata Nebukadnezar (ayat 28).

Kerap kali demikianlah Tuhan menolong kita dalam hidup ini. "Api
yang membakar" bisa berupa berbagai persoalan yang mengancam
keselamatan atau kebahagiaan kita. Tuhan menolong kita bukan dengan
mengangkat atau menghapus masalah itu. Kita tidak dilepaskan dari
masalah, tetapi ditolong dalam masalah itu. Sebab, Tuhan dapat
menyatakan kebesaran-Nya di situ. Agar melalui masalah kita, orang
bisa melihat kemuliaan Tuhan dan mengenal Tuhan yang hidup.

APABILA "API" KESULITAN TETAP MEMBARA MENANTI KITA
TETAPLAH PERCAYA TUHAN BISA MENOLONG DI DALAM "API" ITU

Daniel 3:13-30

13 Sesudah itu Nebukadnezar memerintahkan dalam marahnya dan
geramnya untuk membawa Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadap.
Setelah orang-orang itu dibawa menghadap raja,
14 berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: "Apakah benar, hai
Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan
tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu?
15 Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi
sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan
berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung
yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan
dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang
menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari
dalam tanganku?"
16 Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar:
"Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal
ini.
17 Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia
akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan
dari dalam tanganmu, ya raja;
18 tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja,
bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan
menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
19 Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah
terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya
supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang
biasa.
20 Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya
dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan
mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu.
21 Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan jubah, celana, topi dan
pakaian-pakaian mereka yang lain, dan dicampakkan ke dalam
perapian yang menyala-nyala.
22 Karena titah raja itu keras, dipanaskanlah perapian itu dengan
luar biasa, sehingga nyala api itu membakar mati orang-orang
yang mengangkat Sadrakh, Mesakh dan Abednego itu ke atas.
23 Tetapi ketiga orang itu, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego,
jatuh ke dalam perapian yang menyala-nyala itu dengan terikat.
24 Kemudian terkejutlah raja Nebukadnezar lalu bangun dengan
segera; berkatalah ia kepada para menterinya: "Bukankah tiga
orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api
itu?" Jawab mereka kepada raja: "Benar, ya raja!"
25 Katanya: "Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan
bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang
keempat itu rupanya seperti anak dewa[1:21832]!"
26 Lalu Nebukadnezar mendekati pintu perapian yang bernyala-nyala
itu; berkatalah ia: "Sadrakh, Mesakh dan Abednego, hamba-hamba
Allah yang maha tinggi, keluarlah dan datanglah ke mari!" Lalu
keluarlah Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari api itu.
27 Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para menteri
raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang
ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka
tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau
kebakaranpun tidak ada pada mereka.
28 Berkatalah Nebukadnezar: "Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh
dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan
hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan
melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena
mereka tidak mau memuja dan menyembah allah manapun kecuali
Allah mereka.
29 Sebab itu aku mengeluarkan perintah, bahwa setiap orang dari
bangsa, suku bangsa atau bahasa manapun ia, yang mengucapkan
penghinaan terhadap Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, akan
dipenggal-penggal dan rumahnya akan dirobohkan menjadi timbunan
puing, karena tidak ada allah lain yang dapat melepaskan secara
demikian itu."
30 Lalu raja memberikan kedudukan tinggi kepada Sadrakh, Mesakh dan
Abednego di wilayah Babel.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Damai Itu Indah

Damai Itu Indah
1 Timotius 6:5-7

Percecokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan (1 Timotius 6: 5).

    

      Dalam ayat yang berikutnya kita membaca apa yang dimaksud dengan "ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan"... "Memang ibadah itu kalau diikuti dengan rasa cukup, memberi keuntungan besar (ayat 6). "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar" (ayat 7). Kita sering mendengar orang bijak mengatakan "Berapa luas tanah yang kita perlukan apabila tiba saatnya kita dipanggil Tuhan? Dan di sana Tuhan tidak akan bertanya berapa banyak rumah, mobil dan harta yang telah engkau kumpulkan selama hidupmu di dunia?"

     Sambil menunggu jemputan, saya berdiri di dekat puing-puing Hotel Anggrek, di tengah Kota Ambon Manise, ditemani Kay R, rekan dari SIL (Summer Institute of Linguistics). Kay mengatakan,

"I was here when they constructed the buildings. It took months. And I was here too when they demolished the buildings by the other group of people who claimed that this area was theirs. What a sad thing, Irene." Saya menandaskan,

"What is even sadder is the broken relationship of these two groups who have been brothers for generation to generation 'gandong', Kay."     Pembicaraan yang sepintas ini kembali teringat pada waktu saya membaca ayat dalam Kitab 1 Timotius 6 tentang percecokan yang membuahkan keporakporandaan fisik maupun mental, moral dan iman kita. Kenyataan membangun dan menghancurkan sebuah bangunan juga merupakan kenyataan yang sering terjadi dalam hubungan antarmanusia, baik sahabat maupun saudara, "gandong", istilah dalam bahasa Melayu Ambon, yang sering diabaikan kalau keserakahan dan emosi sudah menguasai akal sehat kita.

     Lebih menyedihkan lagi kalau percecokan itu terjadi di kalangan orang-orang percaya, anak-anak Tuhan. Berbeda pendapat adalah hal yang wajar, tetapi jangan sampai membawa kita pada percecokan dan kemudian kita saling membuat dinding pemisah satu dengan lain. Gosip, menggunjingkan teman segereja, sesama majelis atau pengurus gereja lainnya bahkan pendeta, dianggap wajar-wajar saja, dan kemudian buntutnya pindah ke gereja lain atau

ngambek ke gereja. Kita kadang-kadang bersifat kekanak-kanakan, yang menunjukkan kita sudah kehilangan akal sehat kita. Kita cenderung lupa bahwa kita selalu dimonitor baik keluarga terdekat, masyarakat sekitar yang di dalamnya ada orang-orang yang belum percaya akan kebesaran dan kebenaran kasih Tuhan melalui perbuatan dan perkataan kita.

     Marilah kita hidup damai dan memeliharakan persekutuan kasih kita dengan sehati sepikir, dalam satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia, sebaliknya dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri (Filipi 2:1-4). Marilah kita menyelesaikan segala masalah dengan damai dan menghindari percecokan dengan mencermati dan mengikuti nasihat Rasul Pulus kepada jemaat di Filipi. Damai itu indah karena ada kasih di dalamnya, dan kasih itu ada di dalam Kristus. —Irene Talakua

 

Bapa, kuatkanlah kami untuk saling mengasihi dan menguatkan satu sama lain dengan firman-Mu yang hidup yang akan menandai segala perbuatan kami, sehingga nama-Mu selalu dimuliakan.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

GAMBARAN INDAH

GAMBARAN INDAH

 

"Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan

ganjaran Allah.  Ia sendiri datang

menyelamatkan kamu!" (Yes 35:4).

 

Pada suatu hari ketika

Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli

Taurat duduk mendengarkan-Nya.  Mereka

datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem.  Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan

orang sakit.  Lalu datanglah beberapa

orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa

dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat

membawanya masuk berhubungdengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke

atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat

tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus

melihat iman mereka, berkatalah

Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni." Tetapi ahli-ahli Taurat dan

orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: "Siapakah orang yang menghujat Allah

ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?"

Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka:

"Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan:

Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? Tetapi

supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa"

-- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Kepadamu Kukatakan,

bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan

seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya

dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah. Semua orang itu takjub, lalu

memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: "Hari ini kami telah

menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan." (Luk 5:17-26).

 

Yesaya

menggambarkan ketika orang bersuka cita dan bersorak sorai saat melihat kemulyaan

Tuhan, juga saat orang menyaksikan bagaimana Allah menyelamatkan manusia.  Sebuah gambaran yang sangat indah yang

diberikan kepada kita tentang pengalaman Allah.  Lalu dalam injil dikisahkan bagaimana orang bergembira karena

menyaksikan karya Yesus menyelamatkan orang sakit.  Pada masa Adven ini, kita juga diundang untuk

menantikan, namun tidak hanya menyaksikan, tetapi juga mengalami bagaimana Allah

begitu peduli terhadap kita, bagaimana Allah menyelamatkan kita.  Maka baiklah kalau hari ini kita mengakui kapan

terakhir kita mengalami kegembiraan dan suka cita karena Allah menyelamatkan

manusia.  Penyelamatan itu dapat kita lakukan

dalam pengalaman hidup kita sehari-hari yaitu pengalaman kita sendiri, ketika

Allah menolong dalam diri pribadi ataupun juga kita menyaksikan Allah menyelamatkan

orang lain, dalam diri orang-orang di sekitar kita.  Melalui pengalaman itu kita mensyukuri sebagaima

juga dilakukan oleh nabi Yesaya dalam memuji Allah, dan juga kita patut bersyukur

karena kita mendapat anugerah hari yang baru.

 


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 04 Desember 2011

"Apakah yang kamu pikirkan dalam hAtimu?"

 "Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu?"

(Yes 35:1-10; Luk 5:17-26)

"Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli

Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan

Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat

menyembuhkan orang sakit. Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang

lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan

meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung

dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar

atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah

orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah

Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni." Tetapi ahli-ahli Taurat dan

orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: "Siapakah orang yang menghujat

Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah

sendiri?" Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada

mereka: "Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? Manakah lebih mudah,

mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah?

Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni

dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Kepadamu

Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"

Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat

tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah. Semua orang itu

takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: "Hari ini

kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan."

(Luk 5:17-26),demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi

atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai

berikut:

·   Penyakit

atau orang sakit erat kaitannya dengan dosa, dengan kata lain orang mudah jatuh

sakit hemat saya karena dosanya. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan

seorang sakit yang dibawa oleh teman-temannya kepada Yesus untuk mohon

penyembuhan, dan Yesus pun menyembuhkannya dengan sabdaNya "Hai saudara, dosamu sudah diampuni". Peristiwa

mujzat penyembuhan orang sakit ini menimbulkan dua reaksi, yaitu para ahli

Taurat dan orang-orang Farisi menuduh Yesus menghujat Allah dan orang

kebanyakan yang takjub dan memuliakan Allah dengan berkata "Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang

sangat mengherankan". Maka kepada orang Farisi dan ahli Taurat Yesus

menanggapi "Apakah yang kamu pikirkan

dalam hatimu?". Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat berpikiran jelek

atau jahat terhadap mujizat, karena mereka tidak percaya bahwa Yesus adalah

Allah yang menjadi manusia. Mungkinkah kita juga seperti orang-orang Farisi

atau ahli-ahli Taurat, yang mudah berpikiran jelek atau jahat atas sesuatu yang

tak masuk akal atau diluar jangkauan pikiran dan harapan kita? Jika kita jujur

mawas diri kiranya sedikit banyak diri kita ada kemiripan dengan orang-orang

Farisi atau ahli-ahli Taurat alias mudah curiga dan berpkiran jahat atau jelek

terhadap aneka pembaharuan atau penyembuhan sebagai karya Allah melalui

saudara-saudari kita. Maka marilah kita sadari dan akui pikiran jahat atau

jelek kita, dan kemudian mohon kasih pengampunan atau penyembuhan dari Allah

dan saudara-saudari kita.

·    "Kuatkanlah

hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan

dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" (Yes

35:4), demikian kata nabi Yesaya, suatu ajakan bagi kita semua untuk tidak

takut meneguhkan yang goyah, meluruskan yang berbelok-belok, menyembuhkan yang

sakit, menolong mereka yang miskin dan berkekurangan, yang memang sering

menimbulkan keraguan dan ketakutan apakah kita mampu melakukannya. Kutipan

diatas juga mengajak dan mengundang kita semua yang sakit, goyah dan tidak

lurus hatinya untuk bertobat atau memperbaharui diri dengan pegangan sabda "Ia sendiri akan menyelamatkan kamu". Perkenankan

dengan rendah hati kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang sedang

menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi dan sakit tubuh,

untuk menyadari dan mengakui kesakitannya serta kemudian siap sedia dengan

rendah hati untuk dibantu penyembuhannya sebagaimana dikisahkan dalam Warta

Gembira hari ini seorang lumpuh digotong oleh empat saudaranya mohon penyembuhan

dari Yesus. Dengan kata lain marilah kita dengan rendah hati membuka diri

terhadap aneka macam nasihat, saran, petunjuk atau arahan baik dari siapapun

yang berkehendak baik sebagai kepanjangan tangan Allah untuk menyembuhkan atau

menyelamatkan kita. Kita sikapi dan hayati aneka sapaan, sentuhan dan perlakuan

siapapun yang berkehendak baik sebagai uluran kasih Allah yang menyembuhkan dan

menyelamatkan. Hendaknya jangan dengan mudah berpikiran jahat atau jelek

terhadap siapapun, karena para umumnya mereka berkehendak baik terhadap kita.

"Kasih dan kesetiaan

akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan

tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan

memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan

berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan" (Mzm 85:11-14)


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kadang Budek Itu Anugerah!

Kadang Budek itu Anugerah!

Yakobus 1:8Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.Suatu saat ada perlombaan panjat tebing yang diikuti oleh para katak dari segala jenisnya. Ketika start semua penonton bersorak mendukung mereka. Tapi di tengah pertandingan, beberapa katak menyerah karena medan perlombaan sangat berat. Hanya ada lima katak terus berjuang mencapai garis akhir. Saat medan bertambah sulit para penonton yang tadinya mendukung para katak itu mulai tidak yakin akan kemampuan mereka. Mereka berteriak agar para katak menyerah saja. Bahkan sebagian memberitahu para katak bahwa medan yang berat itu berbahaya dan bisa membunuh mereka. Akhirnya hanya seekor katak yang bertahan dan memenangkan perlombaan. Setelah diteliti mengapa banyak yang gagal, hasilnya menyebutkan mereka mendengarkan perkataan penonton menjadi takut dan berhenti. Dan bagaimana dengan katak yang bisa terus dan akhirnya memenangkan pertandingan? Ternyata ia adalah seeokr katak yang tuli, ia tidak mendengar apapun yang penonton katakan. Dalam kasus ini, budek itu anugerah.Saat kesulitan hidup meningkat, daripada percaya Tuhan kita seringkali mendengarkan suara negatif orang-orang di sekitar kita dan mempercayainya. Jadi jika anda ingin mencapai tujuan hidupmu, jangan memberi tempat kepada perkataan negatif, intimidasi dari orang lain. Yakinlah akan tujuanmu, tempatkan perkataan Tuhan sebagai panduan, dan percayalah akan jawaban doa-doamu!Tutuplah kuping Anda untuk hal-hal yang negatif!
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rahasia Di Balik Nama Buah

Rahasia Di Balik Nama Buah

Kejadian 2: 9-17

2:9 Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

2:10 Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.

2:11 Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila, tempat emas ada.

2:12 Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu krisopras.

2:13 Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kush.

2:14 Nama sungai yang ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah Efrat.

2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.

2:16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,

2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

Ternyata ada rahasia di balik nama buah yang dilarang Tuhan untuk dikonsumsi oleh manusia pertama di Eden. Menarik sekali untuk mengamati nama buah tersebut, yaitu ×¤ְִּרי ×¢ֵ×¥ ×”ַדַּ×¢ַת ×˜×•ֹב ×•ָרע (perî éts hadda'ath tov wârâ'). Artinya "buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat". Mengapa namanya begitu panjang? Tentu ini bukan sekadar nama, tetapi nama itu sendiri mengandung pesan untuk ditangkap.

Logikanya, nama sebuah buah tentu tidak perlu panjang-panjang dan cukup menunjuk suatu identitasnya, seperti buah zaitun, ara, jeruk, apel dan lain sebagainya. Kalau ada nama buah misalnya "buah kurang tidur membahayakan kesehatan", tentu itu merupakan sebuah gambaran terhadap fakta tertentu. Demikian pula dengan nama buah yang dilarang untuk dimakan oleh Tuhan, adalah buah yang mengandung pengertian atau pengetahuan. Kalau manusia mengonsumsi pengetahuan yang baik dan jahat yang tidak boleh dikonsumsi, berarti ia melanggar kehendak Tuhan.

Ada dua jenis buah di taman Eden, sesuai dengan yang diinformasikan Alkitab. Jenis pertama adalah berbagai buah-buahan yang baik untuk dimakan, dan jenis kedua adalah dari dua pohon yang ditempatkan Tuhan di tengah Taman Eden, yaitu pohon kehidupan dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (ay. 9). Pohon jenis pertama tadi merupakan konsumsi jasmani, atau untuk tubuh manusia. Tetapi pohon jenis kedua tadi tidak dikonsumsi oleh tubuh; kita harus lebih memahaminya sebagai makanan untuk jiwa.

Daud juga memahami dua jenis makanan ini. Dalam Mazmurnya ia menulis tentang rumput yang hijau dan air yang tenang sebagai konsumsi tubuh (Mzm. 23:2), tetapi juga ada hidangan yang disediakan di depan lawan kita (Mzm. 23:5) yaitu makanan jiwa.

Dengan dua buah untuk konsumsi jiwa ini, manusia pertama di Eden diperhadapkan kepada pilihan, apakah mengonsumsi buah pohon kehidupan, yaitu kebenaran yang Tuhan ajarkan, atau mengkonsumsi buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, yaitu kepalsuan yang diajarkan oleh kuasa kegelapan. Luar biasa bahwa pergumulan manusia pertama bukan sekadar makanan jasmani melainkan makanan jiwa. Dalam hal ini pergumulan Adam merupakan pergumulan mengenai apa yang akan mengisi jiwanya. Hari ini kita juga masih mengalami pergumulan yang serupa: buah apa yang kita makan untuk konsumsi jiwa kita?

Pergumulan Adam untuk menentukan apa yang mengisi jiwanyamerupakan gambaran mengenai pergumulan kita sekarang.

Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuntutan Yang Lebih Tinggi

Tuntutan Yang Lebih Tinggi

Matius 5:48
5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."Sebelumnya kita telah melihat bahwa orang-orang non-Kristen juga dapat menjadi orang-orang yang mengalami pembentukan karakter dan perubahan diri untuk menjadi cemerlang (Ayb. 23:10). Itu terjadi bagi mereka yang tidak menerima keselamatan dalam Yesus Kristus.Kalau mereka yang tidak mengenal Kristus dapat memenuhi Taurat, baik yang tertulis sebagai kitab maupun dalam loh hati, dan bisa menjadi baik, terlebih lagi kita. Di dunia yang akan datang, mereka mungkin diperkenankan menjadi anggota masyarakatnya; tetapi kita diperkenankan menjadi anggota kerajaan. Itulah sebabnya standar bagi kita bukanlah sekadar baik, melainkan sempurna.
Untuk ini setiap kita harus menganggap bahwa panggilan untuk menjadi sempurna ini adalah hal yang wajar. Kalau tuntutan ini kita pandang wajar, maka kita akan lebih bersemangat untuk mencapainya. Kita dihindarkan dari mental block, berupa perasaan bahwa kita tidak bisa mencapainya, padahal belum mencobanya. Itu namanya kalah sebelum berperang.
Penjelasan pada hari-hari sebelumnya hanya ingin membandingkan kehidupan orang Kristen yang sejati dengan mereka yang hidup di luar Injil.
Kalau mereka bisa mencapai kesalehan hidup sedemikian tingginya, maka kita harus memiliki kualitas hidup yang jauh lebih tinggi dari kualitas hidup mereka.
Sebagai calon pejabat di Kerajaan Allah, kita dituntut untuk memiliki iman yang sempurna, berbeda dengan mereka yang tidak mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kita dituntut untuk memiliki kasih yang sempurna, yaitu yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus (Flp. 2:5-7) sebab Allah kasih adanya (1Yoh. 4:8).
Dengan hal ini tampaklah betapa tinggi tuntutan yang dikenakan kepada semua orang percaya. Tidak mudah bagi seseorang untuk menjadi orang Kristen yang sejati, sebab mereka harus sempurna seperti Bapa di Surga. Memang bagi orang Kristen yang sejati, yang mau melalui proses sekolah kehidupan untuk mencapai kesempurnaan ini, tidak ada lagi penghukuman (Rm. 8:1). Tetapi kita harus mempertanggungjawabkan kehidupan kita di takhta pengadilan Kristus untuk memperoleh apa yang patut kita terima. Hendaklah dengan renungan ini kita semakin terpacu untuk menjadi orang Kristen yang sejati, dengan lebih serius mengikut Dia.
Sebagai orang percaya, kita dituntut untuk lebih daripada sekadar baik; kita dituntut untuk sempurna.Diadaptasi dari
Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 03 Desember 2011

Tidak Bisa Memaksa

Tidak Bisa Memaksa
Kejadian 4:6-7

4:6 Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?

4:7 Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."

Selama ini banyak orang Kristen berpendirian bahwa orang-orang yang tidak menjadi umat pilihan Allah—baik orang Yahudi, umat pilihan Allah secara jasmani, dan orang Kristen, umat pilihan Allah secara rohani—tidak bisa berbuat baik. Semua orang yang jatuh ke dalam dosa tidak bisa berbuat baik sama sekali. Pandangan ini sangat naif dan picik, sebab kenyataannya Ayub yang bukan orang Yahudi dan bukan orang Kristen pun memiliki kesalehan yang lebih dari orang lain pada zamannya. Dapatkah kita membantah pernyataan Alkitab bahwa Ayub seorang yang saleh dan jujur? Orang saleh seperti Ayub sebagai kekasih Tuhan mustahil tidak masuk dunia yang akan datang. Dunia yang akan datang adalah milik Tuhan yang diperuntukkan bagi semua orang yang tertulis dalam kitab kehidupan.

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, apakah Iblis memaksa mereka untuk berbuat jahat? Perhatikan kisah Kain, anak Adam. Manakala Kain berniat menjahati adiknya, Tuhan tidak tinggal diam. Dengan kesabaran, Ia berkata kepada Kain, "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."

Dari sabda Tuhan ini jelaslah bahwa sekalipun sudah jatuh ke dalam dosa, Kain sebenarnya masih bisa menghindarkan dirinya dari kesalahan fatal, yaitu tindakan pembunuhan. Kain masih bisa berkuasa atas dosa dan memilih untuk melakukan apa yang baik. Namun Kain menolak untuk mendengarkan Tuhan, dan akhirnya membunuh adiknya.

Perbuatan Kain tersebut bukan hasil paksaan Iblis. Sebagaimana Tuhan tidak bisa memaksa Kain untuk berbuat baik, Iblis juga tidak bisa memaksa orang untuk berbuat jahat. Semua perbuatan, baik maupun buruk, merupakan tanggung jawab manusia itu sendiri.

Taurat yang tertulis dalam hati manusia (Rm. 2:12–15) seharusnya menyanggupkan seseorang berbuat yang baik menurut ukuran manusia Perjanjian Lama. Itulah sebabnya di akhir zaman nanti ada penghakiman berdasarkan perbuatan (Why. 20:12). Ini berbeda dengan orang percaya, yang menghadap takhta pengadilan untuk menerima apa yang pantas diterimanya (2Kor. 5:10) berdasarkan standar pengikut Kristus, yaitu kesempurnaan seperti Bapa (Mat. 5:48). Ini berarti setiap orang menetapkan nasibnya sendiri dari tindakan dan pilihannya.

Baik Tuhan maupun Iblis tidak memaksa manusia; setiap manusia bertanggung jawab atas tindakan dan pilihannya sendiri.

Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Do The Right Things

Do The Right Things

Pengkhotbah 8:11Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat.Seorang manajer yang baru diangkat di sebuah perusahaan milik pemerintah bermasalah dengan para bawahannya yang semakin hari semakin menunjukkan ketidakdisiplinan. Seringkali manajer ini mendapati kantornya masih sepi, padahal jam kantor sudah mulai. Ia sendiri selalu datang dan pulang pada waktunya, dan merasa sudah memberikan teladan yang baik. Manajer ini menuturkan sebenarnya awalnya hanya ada seorang karyawan senior di bagian administrasi yang berperilaku kurang disiplin. Hal ini dibiarkannya karena ia merasa sungkan untuk menegur orang yang lebih tua dan telah bekerja lebih lama dari dirinya. Tapi ketika karyawan senior ini diberikan 'sedikit dispensasi', ia bukannya merubah perilakunya malahan karyawan yang lain mengikuti perilakunya yang indisipliner.Dari contoh di atas, kita bisa mempelajari seorang pemimpin tidak hanya memberikan contoh atau panutan. Ketegasan dalam menegakkan disiplin juga diperlukan untuk menjaga keteraturan. Leader bukan hanya mempunyai hak tapi juga kewajiban memberikan hukuman atas pelanggaran aturan. Selama ia bertindak berdasarkan aturan yang disepakati bersama, tidak ada alasan merasa sungkan.Seorang leader adalah penentu arah dari kelompok yang dipimpinnya. Di sinilah diperlukan suatu ketegasan mengenai tujuan dan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Seringkali seorang pemimpin harus mengambil keputusan yang 'tidak populer'. Keputusannya bukan mengikuti selera kebanyakan orang melainkan keputusan yang memastikan tujuan awal tercapai.Lakukan yang terbaik agar target Anda tercapai.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Bertumbuh atau mundur

Bertumbuh atau mundur!

Orang Kristen yang tidak bertumbuh pasti akan mundur imannya. Ibarat
berenang melawan arus di kolam arus. Saat berhenti berenang,
kecuali keluar dari kolam tersebut, pasti kita akan terbawa arus.
Dunia ini berjalan melawan Allah. Anak Tuhan tidak bisa netral
atau statis. Ia harus bergerak maju melayani Allah atau hanyut
oleh arus dunia yang melandanya.

Itulah nasihat Petrus di penghujung khotbah mininya (3-11). Kalau
orang Kristen tidak bertumbuh dalam kebajikan, ia menjadi seperti
orang buta dan picik, tidak sadar sudah menerima anugerah (8-10).
Kita sudah memiliki segala anugerah yang Allah berikan untuk hidup
saleh dan pengenalan yang benar akan Allah (3). Hidup saleh itu
adalah mengambil bagian dari kodrat Ilahi dan luput dari hawa
nafsu dunia yang membinasakan (4). Maka, tanggung jawab kita
adalah bertumbuh menjadi dewasa dalam iman. Hal itu dipaparkan
oleh Petrus di ayat 5-7. Yang Petrus bicarakan di sini bukan
tingkatan iman. Daftar serupa ini ada di Galatia 5:22-23, Roma
5:3-5, Yakobus 1:3-4, juga 1 Petrus 1:6-7. Semua itu adalah "buah
Roh" atau kebajikan yang seharusnya nyata dalam kehidupan anak
Tuhan. Setiap kali kita mengembangkan satu karakter Kristus dalam
hidup kita, hal itu akan memperkuat kebajikan atau karakter lain
yang sudah kita miliki. Itulah yang Petrus hendak sampaikan.

Petrus menyampaikan khotbah mininya di permulaan suratnya karena ia
sadar waktunya tidak lama lagi (12-15). Surat Petrus yang kedua
ini bisa dianggap sebagai surat wasiatnya kepada jemaat yang
selama ini ia gembalakan. Ia mendorong mereka untuk bertumbuh
terus menjadi serupa Kristus. Petrus juga memberi pengharapan
bahwa kalau mereka bertekun dalam panggilan dan bertumbuh, mereka
berhak masuk ke Kerajaan Kekal (11).

Apakah Anda sedang bertumbuh dalam iman? Atau jangan-jangan Anda
sedang hanyut ikut arus dunia yang berdosa ini. Kiranya nasihat
Petrus ini mendorong Anda maju terus dalam iman, semakin hari
semakin serupa Kristus. Ingat satu karakter Kristus terbentuk
dalam diri Anda, berarti karakter lain pun akan diperkuat.


2 Petrus 1:3-15

3 Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala
sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita
akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan
ajaib.
4 Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji
yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh
mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu
duniawi yang membinasakan dunia.
5 Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk
menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan
pengetahuan,
6 dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri
ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan,
7 dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih
akan saudara-saudara kasih akan semua orang.
8 Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah,
kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu
akan Yesus Kristus, Tuhan kita.
9 Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta
dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah
dihapuskan.
10 Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya
panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu
melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.
11 Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk
memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat
kita, Yesus Kristus.
12 Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan
semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh
dalam kebenaran yang telah kamu terima.
13 Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu
akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini.
14 Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku
ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus
Kristus, Tuhan kita.
15 Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu
selalu mengingat semuanya itu.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sisi Gelap

Sisi Gelap
1 Tesalonika 5:1-5

Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri (1 Tesalonika 5:4).

     Setiap orang pasti menyadari ada sisi gelap di balik yang dapat dilihat mata semua orang. Ada yang menyimpannya rapat-rapat, ada yang mau terbuka mengakuinya. Anatoly Moskvina, 45 tahun, adalah ahli sejarah yang menguasai 13 bahasa asing, penulis sejumlah buku. Di balik kejeniusannya, ternyata ia memiliki sisi gelap sebagai kolektor mayat-mayat perempuan yang meninggal rata-rata umur 15-26 tahun di Moskow. Mayat-mayat itu dicuri dari kuburan dan dijadikan mummi lalu diberi pakaian layaknya boneka beruang Teddy Bear di apartemennya (Jawa Pos, 6 November 2011).

     Firman Tuhan berkata bahwa kita adalah anak-anak terang yang tidak lagi hidup dalam kegelapan. Kita bukan orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Benarkah demikian hidup Anda?

      Milikilah hidup yang seimbang, bukan yang pincang. Jika kita sukses, karier menanjak, keluarga bahagia, adakah kita sudah mengimbanginya dengan hidup bersyukur kepada Tuhan dengan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang aneh-aneh dan menjadi batu sandungan? Jangan membuka peluang untuk bias, mencari yang lain. Carilah Tuhan agar ada keseimbangan dalam hidup ini.

     Tetaplah bersinar  di tengah  kegelapan. Sebuah pepatah berkata

, "semakin besar kapal, semakin besar pula ombaknya." Godaan bisa datang ketika kita miskin atau kaya. Berapa banyak keluarga yang terpecah justru ketika karier sedang menanjak, usaha tengah sukses. Pasangan hidup tidak lagi setia dan malah mencari yang lain. Moskvina mengkoleksi 29 mayat perempuan dan akhirnya berurusan dengan polisi. Jika menggabungkan diri dengan kegelapan pasti akan berakhir dengan petaka. Jangan coba-coba!

     Sisi gelap membuat hidup tidak tenang. Menyimpan bangkai, siapa yang tahan baunya? Tetapi Moskvina justru mengangap biasa, dan orang-orang di sekitarnya melihatnya sebagai kelainan jiwa. Apakah Anda masih merasa tenang dengan sisi gelap yang Anda simpan rapat-rapat  sampai saat ini? Tuhan akan datang secara tiba-tiba seperti pencuri untuk membongkar sisi gelap Anda. Oleh karena itu segera bereskan!— Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

 

Kegelapan akan sirna ketika kita berani menampilkan terang Tuhan dengan niat dan iman yang sungguh-sungguh untuk berubah.
 

 

Powered by Telkomsel BlackBerry®

SETENGAH KETAATAN

SETENGAH KETAATAN

Apa akibatnya jika kita tidak melakukan perintah Tuhan dengan
segenap hati? Tentu, apa yang kita lakukan menjadi tidak berkenan di
hadapan-Nya. Suatu ketika, Saul menerima perintah Tuhan untuk
menyerang Amalek dan membinasakan mereka tanpa terkecuali. Saul pun
membunuh semua orang Amalek. Hanya, ia menyisakan satu orang, yaitu
raja Agag (ayat 8). Pula, ia membiarkan rakyat "menyelamatkan"
kambing domba serta lembu yang terbaik dengan alasan hendak
dipersembahkan kepada Tuhan. Apa akibat dari ketaatan Saul yang
setengah-setengah ini? Tuhan menolak Saul menjadi raja dan
memberikan jabatan itu kepada orang lain. Tidak adilkah Tuhan?
Bukankah satu orang saja yang dibiarkan hidup? Apakah artinya satu
orang dibandingkan ribuan orang Amalek yang sudah dibunuh Saul?
Apakah artinya sebuah "dosa kecil" dibandingkan hal spektakuler yang
sudah Saul lakukan untuk membinasakan bangsa Amalek?

Justru di sinilah masalahnya! Ketaatan yang setengah-setengah takkan
pernah berkenan di hadapan Tuhan-sebab itu sama dengan
ketidaktaatan. Jangan berpikir Tuhan terpesona pada keperkasaan Saul
yang telah membinasakan ribuan orang Amalek. Tuhan tidak kenal
istilah kompromi. Tuhan menginginkan ketaatan yang total.

Apakah Tuhan berkenan dengan persembahan kita yang sangat banyak,
pelayanan kita yang spektakuler dan penuh mukjizat, sementara kita
masih menyimpan dosa di hati? Keliru besar kalau kita berpikir bahwa
Tuhan akan mengangguk-angguk senang atas jerih lelah kita dalam
pelayanan. Taatlah secara total dan tinggalkan dosa sekarang juga
--PK

MENAATI TUHAN DENGAN SETENGAH HATI SAMA ARTINYA DENGAN TIDAK MENAATI

Ayat Alkitab: 1 Samuel 15:1-28

1 Berkatalah Samuel kepada Saul: "Aku telah diutus oleh TUHAN
untuk mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya; oleh
sebab itu, dengarkanlah bunyi firman TUHAN.
2 Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang
dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek
menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir.
3 Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah
segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan
kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan,
kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba,
unta maupun keledai."
4 Lalu Saul memanggil rakyat berkumpul dan memeriksa barisan
mereka di Telaim: ada dua ratus ribu orang pasukan berjalan kaki
dan sepuluh ribu orang Yehuda.
5 Setelah Saul sampai ke kota orang Amalek, disuruhnyalah
orang-orang menghadang di lembah.
6 Berkatalah Saul kepada orang Keni: "Berangkatlah, menjauhlah,
pergilah dari tengah-tengah orang Amalek, supaya jangan
kulenyapkan kamu bersama-sama dengan mereka. Bukankah kamu telah
menunjukkan persahabatanmu kepada semua orang Israel, ketika
mereka pergi dari Mesir?" Sesudah itu menjauhlah orang Keni dari
tengah-tengah orang Amalek.
7 Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke
Syur, yang di sebelah timur Mesir.
8 Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi
segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang.
9 Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba
dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan
segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu.
Tetapi segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah
yang ditumpas mereka.
10 Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel, demikian:
11 "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia
telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku."
Maka sakit hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada TUHAN
semalam-malaman.
12 Lalu Samuel bangun pagi-pagi untuk bertemu dengan Saul, tetapi
diberitahukan kepada Samuel, demikian: "Saul telah ke Karmel
tadi dan telah didirikannya baginya suatu tanda peringatan;
kemudian ia balik dan mengambil jurusan ke Gilgal."
13 Ketika Samuel sampai kepada Saul, berkatalah Saul kepadanya:
"Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN; aku telah melaksanakan
firman TUHAN."
14 Tetapi kata Samuel: "Kalau begitu apakah bunyi kambing domba,
yang sampai ke telingaku, dan bunyi lembu-lembu yang kudengar
itu?"
15 Jawab Saul: "Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab
rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik
dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN,
Allahmu; tetapi selebihnya telah kami tumpas."
16 Lalu berkatalah Samuel kepada Saul: "Sudahlah! Aku akan
memberitahukan kepadamu apa yang difirmankan TUHAN kepadaku tadi
malam." Kata Saul kepadanya: "Katakanlah."
17 Sesudah itu berkatalah Samuel: "Bukankah engkau, walaupun engkau
kecil pada pemandanganmu sendiri, telah menjadi kepala atas
suku-suku Israel? Dan bukankah TUHAN telah mengurapi engkau
menjadi raja atas Israel?
18 TUHAN telah menyuruh engkau pergi, dengan pesan: Pergilah,
tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek,
berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan mereka.
19 Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? Mengapa engkau
mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN?"
20 Lalu kata Saul kepada Samuel: "Aku memang mendengarkan suara
TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan
aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu
sendiri telah kutumpas.
21 Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan
lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas
itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di
Gilgal."
22 Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban
bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan
suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada
korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak
domba-domba jantan.
23 Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan
kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim.
Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak
engkau sebagai raja."
24 Berkatalah Saul kepada Samuel: "Aku telah berdosa, sebab telah
kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada
rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka.
25 Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama
dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN."
26 Tetapi jawab Samuel kepada Saul: "Aku tidak akan kembali
bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah menolak firman
TUHAN; sebab itu TUHAN telah menolak engkau, sebagai raja atas
Israel."
27 Ketika Samuel berpaling hendak pergi, maka Saul memegang punca
jubah Samuel, tetapi terkoyak.
28 Kemudian berkatalah Samuel kepadanya: "TUHAN telah mengoyakkan
dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah
memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu.

Apa akibatnya jika kita tidak melakukan perintah Tuhan dengan
segenap hati? Tentu, apa yang kita lakukan menjadi tidak berkenan di
hadapan-Nya. Suatu ketika, Saul menerima perintah Tuhan untuk
menyerang Amalek dan membinasakan mereka tanpa terkecuali. Saul pun
membunuh semua orang Amalek. Hanya, ia menyisakan satu orang, yaitu
raja Agag (ayat 8). Pula, ia membiarkan rakyat "menyelamatkan"
kambing domba serta lembu yang terbaik dengan alasan hendak
dipersembahkan kepada Tuhan. Apa akibat dari ketaatan Saul yang
setengah-setengah ini? Tuhan menolak Saul menjadi raja dan
memberikan jabatan itu kepada orang lain. Tidak adilkah Tuhan?
Bukankah satu orang saja yang dibiarkan hidup? Apakah artinya satu
orang dibandingkan ribuan orang Amalek yang sudah dibunuh Saul?
Apakah artinya sebuah "dosa kecil" dibandingkan hal spektakuler yang
sudah Saul lakukan untuk membinasakan bangsa Amalek?

Justru di sinilah masalahnya! Ketaatan yang setengah-setengah takkan
pernah berkenan di hadapan Tuhan-sebab itu sama dengan
ketidaktaatan. Jangan berpikir Tuhan terpesona pada keperkasaan Saul
yang telah membinasakan ribuan orang Amalek. Tuhan tidak kenal
istilah kompromi. Tuhan menginginkan ketaatan yang total.

Apakah Tuhan berkenan dengan persembahan kita yang sangat banyak,
pelayanan kita yang spektakuler dan penuh mukjizat, sementara kita
masih menyimpan dosa di hati? Keliru besar kalau kita berpikir bahwa
Tuhan akan mengangguk-angguk senang atas jerih lelah kita dalam
pelayanan. Taatlah secara total dan tinggalkan dosa sekarang juga.

MENAATI TUHAN DENGAN SETENGAH HATI SAMA ARTINYA DENGAN TIDAK MENAATI

Ayat Alkitab: 1 Samuel 15:1-28

1 Berkatalah Samuel kepada Saul: "Aku telah diutus oleh TUHAN
untuk mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya; oleh
sebab itu, dengarkanlah bunyi firman TUHAN.
2 Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang
dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek
menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir.
3 Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah
segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan
kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan,
kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba,
unta maupun keledai."
4 Lalu Saul memanggil rakyat berkumpul dan memeriksa barisan
mereka di Telaim: ada dua ratus ribu orang pasukan berjalan kaki
dan sepuluh ribu orang Yehuda.
5 Setelah Saul sampai ke kota orang Amalek, disuruhnyalah
orang-orang menghadang di lembah.
6 Berkatalah Saul kepada orang Keni: "Berangkatlah, menjauhlah,
pergilah dari tengah-tengah orang Amalek, supaya jangan
kulenyapkan kamu bersama-sama dengan mereka. Bukankah kamu telah
menunjukkan persahabatanmu kepada semua orang Israel, ketika
mereka pergi dari Mesir?" Sesudah itu menjauhlah orang Keni dari
tengah-tengah orang Amalek.
7 Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke
Syur, yang di sebelah timur Mesir.
8 Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi
segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang.
9 Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba
dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan
segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu.
Tetapi segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah
yang ditumpas mereka.
10 Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel, demikian:
11 "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia
telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku."
Maka sakit hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada TUHAN
semalam-malaman.
12 Lalu Samuel bangun pagi-pagi untuk bertemu dengan Saul, tetapi
diberitahukan kepada Samuel, demikian: "Saul telah ke Karmel
tadi dan telah didirikannya baginya suatu tanda peringatan;
kemudian ia balik dan mengambil jurusan ke Gilgal."
13 Ketika Samuel sampai kepada Saul, berkatalah Saul kepadanya:
"Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN; aku telah melaksanakan
firman TUHAN."
14 Tetapi kata Samuel: "Kalau begitu apakah bunyi kambing domba,
yang sampai ke telingaku, dan bunyi lembu-lembu yang kudengar
itu?"
15 Jawab Saul: "Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab
rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik
dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN,
Allahmu; tetapi selebihnya telah kami tumpas."
16 Lalu berkatalah Samuel kepada Saul: "Sudahlah! Aku akan
memberitahukan kepadamu apa yang difirmankan TUHAN kepadaku tadi
malam." Kata Saul kepadanya: "Katakanlah."
17 Sesudah itu berkatalah Samuel: "Bukankah engkau, walaupun engkau
kecil pada pemandanganmu sendiri, telah menjadi kepala atas
suku-suku Israel? Dan bukankah TUHAN telah mengurapi engkau
menjadi raja atas Israel?
18 TUHAN telah menyuruh engkau pergi, dengan pesan: Pergilah,
tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek,
berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan mereka.
19 Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? Mengapa engkau
mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN?"
20 Lalu kata Saul kepada Samuel: "Aku memang mendengarkan suara
TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan
aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu
sendiri telah kutumpas.
21 Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan
lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas
itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di
Gilgal."
22 Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban
bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan
suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada
korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak
domba-domba jantan.
23 Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan
kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim.
Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak
engkau sebagai raja."
24 Berkatalah Saul kepada Samuel: "Aku telah berdosa, sebab telah
kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada
rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka.
25 Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama
dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN."
26 Tetapi jawab Samuel kepada Saul: "Aku tidak akan kembali
bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah menolak firman
TUHAN; sebab itu TUHAN telah menolak engkau, sebagai raja atas
Israel."
27 Ketika Samuel berpaling hendak pergi, maka Saul memegang punca
jubah Samuel, tetapi terkoyak.
28 Kemudian berkatalah Samuel kepadanya: "TUHAN telah mengoyakkan
dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah
memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak Bisa Memaksa

Tidak Bisa Memaksa

Kejadian 4:6-7
4:6 Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?4:7 Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."Selama ini banyak orang Kristen berpendirian bahwa orang-orang yang tidak menjadi umat pilihan Allah—baik orang Yahudi, umat pilihan Allah secara jasmani, dan orang Kristen, umat pilihan Allah secara rohani—tidak bisa berbuat baik. Semua orang yang jatuh ke dalam dosa tidak bisa berbuat baik sama sekali. Pandangan ini sangat naif dan picik, sebab kenyataannya Ayub yang bukan orang Yahudi dan bukan orang Kristen pun memiliki kesalehan yang lebih dari orang lain pada zamannya. Dapatkah kita membantah pernyataan Alkitab bahwa Ayub seorang yang saleh dan jujur? Orang saleh seperti Ayub sebagai kekasih Tuhan mustahil tidak masuk dunia yang akan datang. Dunia yang akan datang adalah milik Tuhan yang diperuntukkan bagi semua orang yang tertulis dalam kitab kehidupan.Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, apakah Iblis memaksa mereka untuk berbuat jahat? Perhatikan kisah Kain, anak Adam. Manakala Kain berniat menjahati adiknya, Tuhan tidak tinggal diam. Dengan kesabaran, Ia berkata kepada Kain, "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."
Dari sabda Tuhan ini jelaslah bahwa sekalipun sudah jatuh ke dalam dosa, Kain sebenarnya masih bisa menghindarkan dirinya dari kesalahan fatal, yaitu tindakan pembunuhan. Kain masih bisa berkuasa atas dosa dan memilih untuk melakukan apa yang baik. Namun Kain menolak untuk mendengarkan Tuhan, dan akhirnya membunuh adiknya.
Perbuatan Kain tersebut bukan hasil paksaan Iblis. Sebagaimana Tuhan tidak bisa memaksa Kain untuk berbuat baik, Iblis juga tidak bisa memaksa orang untuk berbuat jahat.
Semua perbuatan, baik maupun buruk, merupakan tanggung jawab manusia itu sendiri.
Taurat yang tertulis dalam hati manusia (Rm. 2:12–15) seharusnya menyanggupkan seseorang berbuat yang baik menurut ukuran manusia Perjanjian Lama. Itulah sebabnya di akhir zaman nanti ada penghakiman berdasarkan perbuatan (Why. 20:12). Ini berbeda dengan orang percaya, yang menghadap takhta pengadilan untuk menerima apa yang pantas diterimanya (2Kor. 5:10) berdasarkan standar pengikut Kristus, yaitu kesempurnaan seperti Bapa (Mat. 5:48). Ini berarti setiap orang menetapkan nasibnya sendiri dari tindakan dan pilihannya.
Baik Tuhan maupun Iblis tidak memaksa manusia; setiap manusia bertanggung jawab atas tindakan dan pilihannya sendiri.Diadaptasi dari
Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Hanya Karena Percaya

Hanya Karena Percaya

2 Korintus 5:7Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.Saat menikah, tanpa disadari sebenarnya Anda telah mempercayakan hidup Anda pada pasangan hidup Anda. Artinya bagaimana hidup Anda kelak sangat bergantung pasangan seperti apa yang Anda percayai. Saya pernah melihat seorang wanita hancur hidupnya karena menikah dengan pria yang salah. Sang suami berselingkuh dan hendak menceraikannya dengan alasan sudah tidak cinta lagi. Padahal usia pernikahan mereka masih sangat muda. Celakanya mereka adalah orang yang mengerti firman Tuhan. Sungguh ironis bukan?Hidup orang percaya adalah hidup karena percaya pada Yesus Kristus. Allah yang berkuasa atas hidup manusia. Di tangan-Nya ada kuasa untuk merendahkan dan meninggikan, menghancurkan dan memulihkan, mematikan dan menghidupkan, mengutuk dan memberkati. Tetapi yang lebih penting, Dia berkuasa menyelamatkan orang berdosa dan memberi kehidupan kekal. Rasul Paulus mengingatkan kehidupan anak-anak Allah adalah hidup karena percaya dan bukan karena melihat. Artinya meskipun Anda melihat hal-hal yang mustahil, percayalah bahwa Allah sanggup melakukannya untuk Anda. Beranilah untuk mempercayakan kehidupan Anda kepada pribadi yang tepat, Yesus Kristus, dan bukan pada manusia. Manusia setiap saat bisa mengecewakan Anda, tapi Allah tidak akan pernah mengecewakan Anda. Rancangan-Nya adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan (Yeremia 29:11).Tuhan tidak pernah mengecewakan Anda, percayalah!
Powered by Telkomsel BlackBerry®

HOPE

 HOPE
1 Raja-raja 17: 7-16

 Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar... Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai (Yesaya 9:1, 5).

 

      Janda ini tahu, hidupnya dan hidup anaknya akan segera berakhir. Betapa tidak? Ia hanya memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak yang tinggal sekali masak. Kekeringan telah melanda daerahnya, Sarfat. Ia memaksakan diri untuk mengumpulkan dua tiga potong kayu api untuk mengolah tepung dan minyak itu (1 Raja-raja 17:12). Dengan getir dia bergumam: "Ini akan menjadi hidangan terakhir bagiku dan anakku." Ternyata dia salah! Dalam ayat-ayat selanjutnya kita ketahui Tuhan menolongnya melalui Nabi Elia.

      Bayangkan situasi janda di Sarfat itu, di mana ia tahu hidupnya akan segera berakhir. Tak ada harapan, ia merasa tak ada jalan keluar. Betapa menyesakkan hidupnya. Wajar jika ia merasa getir dan putus asa.

      Ada banyak di antara kita yang mengalami situasi seperti janda itu. Tak ada lagi harapan. Kondisi finansial yang

morat-marit, dikhianati pasangan hidup, ditelikung teman sendiri, menderita sakit yang tak tersembuhkan, menghadapi kenakalan anak, bisnis mendekati kebrangkutan, situasi kerja yang tidak kondusif, dan masalah-masalah lain yang membuat kita terpuruk dalam keputusasaan. Sungguh asa telah sirna.

     Meminjam istilah Dr. Fred Luskin, pemimpin Proyek Pengampunan Stanford di Stanford University, yang menamakan sebagian dari pekerjaannya dalam proyek itu

HOPE (Healing Our Past Experiences), sesungguhnya masih ada

Hope bagi kita

. Tetapi, benarkah masih ada harapan?

     Inilah kabar baik bagi kita yang sedang terpuruk pada masa Natal ini:

"Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.... Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai" (Yesaya 9:1, 5).

      Sesungguhnya Natal selalu menyemai harapan bagi yang putus asa, membawa damai sejahtera, memulihkan luka hati, menjadi penawar dahaga, menyalakan cahaya yang nyaris atau malah telah padam, membagikan tawa bahagia, menenteramkan jiwa yang gundah gulana, melantunkan pujian syukur.

     Jalan hidup kita mungkin bukan jalan yang mudah, tetapi Tuhan mengizinkan kita melaluinya pasti untuk kebaikan kita. Daripada mengeluh kepada-Nya "mengapa Kau beri aku jalan yang sukar, ya Tuhan," lebih baik kita melaluinya bersama-Nya. Jangan pernah berhenti berharap, sebab di dalam Tuhan selalu ada harapan. Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang (Amsal 23:18). —Liana Poedjihastuti

 

Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab daripada-Nyalah harapanku.

—Mazmur 62:6



Powered by Telkomsel BlackBerry®

BERNYANYILAH!

BERNYANYILAH!

Bernyanyi itu baik untuk kesehatan. Bernyanyi melatih jantung dan
paru-paru, serta melepaskan endorfin yang membuat kita merasa
senang. Bernyanyi juga meningkatkan kapasitas paru-paru, memperbaiki
postur tubuh, dan membersihkan saluran pernapasan dan sinus. Apabila
Anda bernyanyi dengan benar, hal itu dapat menjaga kesehatan perut
dan otot-otot punggung. Menurut sebuah penelitian, bernyanyi juga
dapat meningkatkan jumlah protein dalam sistem kekebalan tubuh.

Pemazmur tentu sepakat dengan hal itu. Bahkan lebih dari itu, bukan
hanya bermanfaat bagi kesehatan tubuh, ia menggarisbawahi bahwa
bernyanyi juga baik bagi kehidupan rohani kita. Dalam bahasa
aslinya, pemazmur menggambarkan bernyanyi sebagai baik,
menyenangkan, dan indah. Baik karena merupakan salah satu bentuk
pujian kepada Tuhan, suatu ibadah. Tuhan sendirilah tujuan dan pusat
seluruh pujian kita (ayat 1, 7). Menyenangkan karena mendatangkan
sukacita; memuji dan mengagungkan Tuhan akan mendatangkan kesenangan
surgawi bagi orang kudus. Indah atau layak karena sudah selayaknya
kita menghormati Sang Pencipta. Sebagai umat yang diciptakan menurut
rupa dan gambar-Nya, ketika kita menghormati Tuhan, sesungguhnya
kita juga sedang menghargai dan mensyukuri kehidupan yang
dikaruniakan-Nya.

Nyanyian pujian tak ayal selalu hadir dalam ibadah bersama umat
Tuhan. Namun, apakah kita secara pribadi juga mengembangkan
kebiasaan untuk menyanyikan pujian bagi Dia? Bagaimana kalau mulai
hari ini kita berkomitmen untuk menyanyikan paling tidak satu lagu
pujian setiap hari?

SUDAHKAH KITA MENAIKKAN BAGI TUHAN PUJIAN YANG LAYAK DIA TERIMA?

Mazmur 147:1-11

1 Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan
indah, dan layaklah memuji-muji itu.
2 TUHAN membangun Yerusalem, Ia mengumpulkan orang-orang Israel
yang tercerai-berai;
3 Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut
luka-luka mereka;
4 Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama
semuanya.
5 Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya
tak terhingga.
6 TUHAN menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, tetapi
merendahkan orang-orang fasik sampai ke bumi.
7 Bernyanyilah bagi TUHAN dengan nyanyian syukur, bermazmurlah
bagi Allah kita dengan kecapi!
8 Dia, yang menutupi langit dengan awan-awan, yang menyediakan
hujan bagi bumi, yang membuat gunung-gunung menumbuhkan rumput.
9 Dia, yang memberi makanan kepada hewan, kepada anak-anak burung
gagak, yang memanggil-manggil.
10 Ia tidak suka kepada kegagahan kuda, Ia tidak senang kepada kaki
laki-laki;
11 TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada
orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Bergumul Dengan Kefanaan

Bergumul dengan kefanaan

Pernah frustasi terhadap diri sendiri? Mungkin karena karakter
tertentu yang kita ingin buang, tetapi sepertinya sulit untuk kita
singkirkan. Mungkin dosa tertentu yang menjerat kita. Kita sadar
hidup kita tidak kudus, namun kita tak berdaya, bahkan doa-doa
kita sepertinya tidak memberi dampak perubahan dalam kerohanian
kita.

Pemazmur sadar akan hidupnya yang fana. Di satu sisi, ia hidup di
tengah-tengah orang fasik. Ia sadar ia tidak sama dengan mereka
dan tidak boleh menjadi sama dengan mereka. Akan tetapi ia sadar
kedagingannya bergejolak. Maka ia memilih berdiam diri (2-3),
tidak mau membalas ajakan orang fasik untuk ikut-ikutan berdosa.
Atau juga terhadap ejekan dari orang fasik yang menertawakan
upayanya untuk hidup kudus. Di pihak lain, ia berhadapan dengan
Allah yang maha kudus yang tidak dapat membiarkan umat-Nya hidup
dalam dosa. Ia sadar kalau Allah bertindak menguduskan umat-Nya
berarti akan ada hajaran, disiplin yang keras! Sungguh ia merasa
tidak sanggup untuk menghadapi-Nya (11-12).

Pergumulan pemazmur di sini senada dengan yang digumuli Paulus di Roma
7:13-24. Tubuh sudah menjadi milik Kristus, tetapi masih
dipengaruhi oleh kedagingan. Suatu paradoks yang menyakitkan!
Rasanya munafik. Di hadapan manusia bisa menyembunyikan diri
dengan topeng-topeng. Di hadapan Allah, semua telanjang, terbuka
apa adanya. Seruan puncak Paulus adalah "Aku manusia celaka!
Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" (Rm.
7:24).

Iman pemazmur ditujukan kepada Tuhan. Ia belajar berserah kepada
Tuhan. Pemazmur bagaikan pendatang atau penumpang yang hanya
berharap keramahtamahan dan belas kasih dari tuan rumah, demikian
pemazmur di hadapan Allah (13). Bersama Paulus kita bisa berseru,
"Syukur kepada Allah, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." (Rm. 7:25).
Dialah yang akan membebaskan kita dari tubuh maut ini.


Mazmur 39

1 Untuk pemimpin biduan. Untuk Yedutun. Mazmur Daud. (39-2) Pikirku:
"Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan
lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang
fasik masih ada di depanku."
2 (39-3) Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang
baik; tetapi penderitaanku makin berat.
3 (39-4) Hatiku bergejolak dalam diriku, menyala seperti api, ketika
aku berkeluh kesah; aku berbicara dengan lidahku:
4 (39-5) "Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas
umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!
5 (39-6) Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku;
bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia
hanyalah kesia-siaan! Sela
6 (39-7) Ia hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan
yang sia-sia dan menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya
nanti.
7 (39-8) Dan sekarang, apakah yang kunanti-nantikan, ya Tuhan?
Kepada-Mulah aku berharap.
8 (39-9) Lepaskanlah aku dari segala pelanggaranku, jangan jadikan
aku celaan orang bebal!
9 (39-10) Aku kelu, tidak kubuka mulutku, sebab Engkau sendirilah
yang bertindak.
10 (39-11) Hindarkanlah aku dari pada pukulan-Mu, aku remuk karena
serangan tangan-Mu.
11 (39-12) Engkau menghajar seseorang dengan hukuman karena
kesalahannya, dan menghancurkan keelokannya sama seperti gegat;
sesungguhnya, setiap manusia adalah kesia-siaan belaka. Sela
12 (39-13) Dengarkanlah doaku, ya TUHAN, dan berilah telinga kepada
teriakku minta tolong, janganlah berdiam diri melihat air mataku!
Sebab aku menumpang pada-Mu, aku pendatang seperti semua nenek
moyangku.
13 (39-14) Alihkanlah pandangan-Mu dari padaku, supaya aku
bersukacita sebelum aku pergi dan tidak ada lagi!"

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 02 Desember 2011

Tuntutan Yang Lebih Tunggu

Tuntutan Yang Lebih Tinggi

Matius 5:48

5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Sebelumnya kita telah melihat bahwa orang-orang non-Kristen juga dapat menjadi orang-orang yang mengalami pembentukan karakter dan perubahan diri untuk menjadi cemerlang (Ayb. 23:10). Itu terjadi bagi mereka yang tidak menerima keselamatan dalam Yesus Kristus.

Kalau mereka yang tidak mengenal Kristus dapat memenuhi Taurat, baik yang tertulis sebagai kitab maupun dalam loh hati, dan bisa menjadi baik, terlebih lagi kita. Di dunia yang akan datang, mereka mungkin diperkenankan menjadi anggota masyarakatnya; tetapi kita diperkenankan menjadi anggota kerajaan. Itulah sebabnya standar bagi kita bukanlah sekadar baik, melainkan sempurna.

Untuk ini setiap kita harus menganggap bahwa panggilan untuk menjadi sempurna ini adalah hal yang wajar. Kalau tuntutan ini kita pandang wajar, maka kita akan lebih bersemangat untuk mencapainya. Kita dihindarkan dari mental block, berupa perasaan bahwa kita tidak bisa mencapainya, padahal belum mencobanya. Itu namanya kalah sebelum berperang.

Penjelasan pada hari-hari sebelumnya hanya ingin membandingkan kehidupan orang Kristen yang sejati dengan mereka yang hidup di luar Injil. Kalau mereka bisa mencapai kesalehan hidup sedemikian tingginya, maka kita harus memiliki kualitas hidup yang jauh lebih tinggi dari kualitas hidup mereka.

Sebagai calon pejabat di Kerajaan Allah, kita dituntut untuk memiliki iman yang sempurna, berbeda dengan mereka yang tidak mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kita dituntut untuk memiliki kasih yang sempurna, yaitu yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus (Flp. 2:5-7) sebab Allah kasih adanya (1Yoh. 4:8).

Dengan hal ini tampaklah betapa tinggi tuntutan yang dikenakan kepada semua orang percaya. Tidak mudah bagi seseorang untuk menjadi orang Kristen yang sejati, sebab mereka harus sempurna seperti Bapa di Surga. Memang bagi orang Kristen yang sejati, yang mau melalui proses sekolah kehidupan untuk mencapai kesempurnaan ini, tidak ada lagi penghukuman (Rm. 8:1). Tetapi kita harus mempertanggungjawabkan kehidupan kita di takhta pengadilan Kristus untuk memperoleh apa yang patut kita terima. Hendaklah dengan renungan ini kita semakin terpacu untuk menjadi orang Kristen yang sejati, dengan lebih serius mengikut Dia.

Sebagai orang percaya, kita dituntut untuk lebih daripada sekadar baik;kita dituntut untuk sempurna.

Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Pergilah ke seluruh dunia...

 "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk

 (Rm 10:8-17; Mat 28:16-20)

"Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil

kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan,

tetpeapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai

orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka

akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang

ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka;

mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan

sembuh." Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka,

terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun

pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan

meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya" (Mrk

16:15-20) demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi

atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St Fransiskus Xaverius, imam

dan pelindung Misi, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai

berikut:

·   "SJ" = Setan Jalanan, alias orang

yang suka pergi, demikian kata plesetan yang sering dikenakan pada

Sahabat-sahabat Yesus atau anggota Serikat Yesus, para pengikut St.Ignatius

Loyola. Fransiskus Xaverius adalah pengikut Ignatius Loyola atau termasuk

anggota Serikat Yesus yang pertama, yang sering disebut sebagai 'primi patres'.

Terpanggil menjadi sahabat Yesus memang akhirnya harus meneladan cara hidup dan

cara bertindak Yesus, antara lain senantiasa berkeliling dari desa/kota ke

desa/kota untuk mewartakan Kabar Baik atau Kerajaan Allah. Maka dalam rangka

mengenangkan pesta St.Fransiskus Xaverius, Pelindung Misi, kami mengajak

segenap umat yang percaya kepada Yesus Kristus untuk setia menjadi

sahabat-sahabatNya juga, "pergi ke

seluruh dunia dan mewartakan Kabar Baik kepada segala makhluk". Dengan kata

lain marilah kita mawas diri apakah di lingkungan hidup kita masing-masing

dalam umat basis kita sungguh menjadi pewarta-pewarta kabar baik, senantiasa

berbuat baik kepada orang lain dan yang terdengar atau tersiar dari diri kita

juga apa-apa yang baik karena kita senantiasa berbuat baik. Percayalah bahwa "Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu

dengan tanda-tanda yang menyertainya", antara lain setan-setan atau aneka

kejahatan minggir atau mundur, yang sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit

akal budi atau sakit tubuh akan menjadi sembuh, dan kita sendiri tahan dan

tabah terhadap aneka macam serangan virus penyakit. Kita dipanggil untuk

mempersembahkan dunia seisinya kepada Tuhan, yang telah menciptakannya dengan

penuh kasih dan kemurahan hati, yang berarti menyelamatkan bagian-bagian dunia

yang tidak selamat, mengatur yang tidak teratur dst..

·   "Bagaimana

mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia?

Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang

Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang

memberitakan-Nya"

(Rm 10:14), demikian pertanyaan reflektif Paulus kepada umat di Roma, kepada

kita semua umat beriman. Iman memang terutama muncul dan lahir melalui

pendengaran, apa-apa yang didengarkan. Kita semua dipanggil untuk memberitakan

apa-apa yang dijiwai oleh iman, entah kata-kata, tindakan, ceritera, pengalaman

dst.. Maka marilah kita senantiasa hidup dan bertindak dijiwai oleh iman kita,

sehingga yang teerberitakan atau terwartakan dari kita apa-apa yang dijiwai

iman, dan dengan demikian siapapun yang mendengarkan cara hidup dan cara

bertindak kita, apalagi melihatnya, semakin beriman, semakin membaktikan diri

seutuhnya kepada Tuhan. Untuk itu kami berharap agar segala usaha atau upaya

pendidikan, entah pendidikan informal maupun pendidikan formal, diselenggarakan

dalam dan oleh iman atau lebih mengedepankan atau mengutamakan agar anak-anak

atau para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dan berbudi

pekerti luhur atau bermoral atau cerdas spiritual. Suasana proses pendidikan

hendaknya hendaknya dijiwai oleh kebebasan dan cintakasih Injili. Ingatlah dan

sadari bahwa masing-masing dari kita diciptakan dalam kebebasan dan cintakasih,

serta dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini juga hanya

dengan kebebasan dan cintakasih. Cintakasih itu bebas alias tak dapat dibatasi

atau dipagari oleh apapun  dan kebebasan

dibatasi oleh cintakasih. Cintakasih antara lain berarti tidak pernah

melecehkan atau menginjak-injak harkat martabat manusia, sebagai ciptaan Allah

terluhur dan termulia di dunia ini,yang diciptakan sebagai citra atau gambar

Allah. Mendidik berarti berpartisipasi dalam karya penciptaan, yang bersifat

menghidupkan, mengembangkan dan menumbuhkan.

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku

bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk

selama-lamanya. Haleluya!" (Mzm 117)


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Proses Kreatif Menulis Renungan

PROSES KREATIF MENULIS RENUNGAN HARIAN

Dalam pengantar untuk buku "Menjadi Penulis", Andar Ismail menegaskan pentingnya isi tulisan. Ia mengatakan, "Menulis bukanlah sekadar merangkaikan kata, melainkan menuliskan hikmat yang mencerahkan dan menumbuhkan pembaca. Sepandai-pandainya kita menuangkan, yang lebih menentukan adalah apa yang dituangkan. Apa gunanya menuang sebuah botol, bila isinya adalah air keruh? Atau apa yang mau dituang dari sebuah botol, bila botol itu masih kosong."

Pengakuan pemazmur menunjukkan proses serupa. Mazmur-mazmurnya tertuang dari perkara-perkara yang memenuhi hatinya. Frasa "kata-kata indah" (Mazmur 45:2), menurut konkordansi Strong, mengacu pada perkara-perkara yang baik, mulia, luhur, dan benar. Ketika hal Itu meluap-luap memenuhi hatinya, ia pun tergerak untuk menggubah sajak. Ia menulis tentang sosok yang sungguh-sungguh luhur dan mulia: Nubuatan tentang Raja yang akan datang, Tuhan Yesus Kristus, dan jemaat-Nya yang berkemenangan.

Dalam artikel "Gereja yang Membaca dan Menulis", Andar Ismail menyoroti pentingnya ketepatan dalam menulis khotbah. Ia menulis, "Berkhotbah adalah memberitakan kebenaran firman Allah secara cermat dan tepat. Syarat menulis khotbah adalah kecermatan dan ketepatan." Rasul Timotius dipesan, "Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu." (2 Timotius 2:15) Dalam Alkitab bahasa aslinya, yang ditekankan bukanlah berterus terang, melainkan cermat dan tepat. Istilah bahasa aslinya adalah "orthotomounta", artinya membelah secara tepat. Kata itu merupakan metafora tentang tukang batu yang membelah batu sedemikian rupa, sehingga belahan itu bisa dipasang pada celah bangunan secara pas. Menulis khotbah bukan hanya merangkai kata, melainkan menalarkan konsep secara cermat dan tepat. Untuk itu, dibutuhkan kemauan membaca dan kemauan menulis. Meskipun konteks kutipan ini adalah penulisan khotbah, namun prinsipnya dapat kita terapkan pada aktivitas menulis renungan.

Penulisan renungan idealnya seperti itu. Berangkat dari perjumpaan dengan Tuhan dan firman-Nya. Memadukan perenungan pribadi dan pengamatan atas kondisi seputar. Membagikan kebaikan, kebenaran, keadilan, dan hikmat Tuhan untuk menggugah pembaca. Mengajak pembaca mengembangkan hubungan yang lebih akrab dengan Tuhan. Mengundang pembaca untuk bersama-sama menjadi pelaku firman.

Selebihnya, proses penulisan renungan tidak banyak berbeda dengan penulisan karya tulis kreatif lainnya. Persoalan menangkap dan memilah ide, kemudian menuangkannya ke dalam format renungan melalui pemilihan kata dan frasa yang tepat, kalimat yang efektif, dan rangkaian alinea yang mengalir.

Tantangan Menulis Renungan

Dalam menulis renungan, tantangan saya ialah mendapatkan ide dan menuangkannya menjadi tulisan pendek. Ada kalanya ide itu berupa kisah inspirasi yang agak panjang, dan tinggal saya bubuhi dua-tiga kalimat perenungan di ujungnya, tanpa betul-betul membahas perikop dan ayat emas yang saya cantumkan. Asalkan bisa saya ringkas menjadi tulisan sepanjang 1.500-an karakter termasuk spasi, jadilah. Seingat saya, naskah-naskah yang saya kirimkan ke media -- dua media, selalu dimuat, tanpa ada revisi signifikan dari redaksi.

Ketika mendapatkan ide, saya bukan hanya harus menuangkannya menjadi tulisan pendek, tetapi harus menata dan mempertimbangkan ide itu dalam format ilustrasi, pembahasan, dan penerapan.

Idealnya, penulisan renungan berangkat dari perenungan firman Tuhan yang dituangkan dalam pembahasan dan penerapan. Kemudian dicarikan ilustrasi yang relevan sebagai pelengkap. Yang kerap terjadi, saya menempuh proses yang terbalik. Biasanya saya mendapatkan suatu ilustrasi yang menarik dan kemudian memikirkan ide utama yang ditawarkan ilustrasi itu, misalnya mengasihi musuh. Lalu, dengan bantuan konkordansi atau daftar topik Alkitab, saya mencari bacaan Alkitab yang meneguhkan ilustrasi itu. Pada saat lain, ketika membaca suatu perikop firman Tuhan, saya diingatkan pada ilustrasi relevan yang pernah saya baca.

Proses di atas mengisyaratkan beberapa hal. Penulis renungan mau tidak mau menguasai dasar-dasar penelaahan Alkitab. Ia juga cukup akrab dengan topik-topik yang terkandung di dalam Alkitab. Jika ia hendak membahas soal aborsi, misalnya, ia bisa menemukan perikop atau ayat yang menyoroti isu tersebut. Selain itu, ia perlu memiliki gudang ilustrasi atau tahu bagaimana mencarinya bila memerlukan.

Menulis renungan juga memaksa kita membatasi diri dengan berfokus pada satu ide dalam satu tulisan. Misalnya, perikop tentang orang Majus. Banyak aspek yang bisa diangkat: Keputusan mereka untuk segera mengunjungi bayi raja yang baru lahir; kepercayaan mereka bahwa bayi yang di rumah itu, bukan di istana, adalah bayi raja yang mereka cari; persembahan mereka; ketaatan mereka pada perintah dalam mimpi, yang berarti melawan pesan Herodes; dan sebagainya. Nah, kita harus memilih menulis satu aspek saja dalam satu renungan, agar renungan kita terfokus.

Ini sebenarnya suatu kesempatan yang baik untuk menggali firman Tuhan dari berbagai sisi. Sebuah renungan bisa berangkat dari kata kunci tertentu ("tinggal"); tokoh yang jarang dibicarakan dalam suatu perikop (Ishak dalam kisah pengorbanan Abraham); atau benda yang mungkin diabaikan (kain lampin), namun memiliki makna istimewa.

Salah satu hal yang berusaha saya hindari ialah membaca renungan orang lain. Alasannya sederhana saja: sedapat mungkin menghindari plagiarisme. Saya lebih suka "berbelanja bahan mentah": membaca buku tafsir Alkitab dan buku pendalaman Alkitab. Adapun ilustrasi, bisa saya dapatkan dari berita, film, novel, dan sebagainya. Saya menyiapkan folder "Aneka Ide" untuk menampung bahan-bahan mentah itu, yang pada waktunya dapat saya olah, saya padu padankan menjadi renungan.

Tantangan lain dalam menulis renungan ialah menghindarkan nada menggurui. Bagaimana kita bisa menggugah pembaca tanpa berlagak lebih tahu, lebih hebat, dan menyuruh-nyuruh. Salah satu kiatnya ialah dengan menggunakan kata ganti "kita", bukan "Anda", dalam bagian penerapan.

Dengan segala tantangan dan keunikannya, saya merasakan penulisan renungan sebagai proses yang relatif berat di antara penulisan jenis lain. Kesulitan utamanya terletak pada perlunya menyelaraskan ilustrasi, pembahasan, dan perenungan, dalam ruang yang sependek itu. Selama ini, saya pernah selama tiga-empat bulan berturut-turut tidak menghasilkan renungan, tetapi pernah juga dalam sebulan mengirimkan 30 renungan.

Yang sangat menolong, redaksi memberikan tanggapan secara konsisten. Setiap naskah yang kita kirimkan akan dipilah dalam empat kategori: layak muat, revisi kecil, revisi besar, dan dikembalikan. Revisi kecil biasanya berkaitan dengan data dan fakta, yang dapat dengan mudah diperbaiki oleh redaksi. Adapun revisi besar diperlukan bila ada kekeliruan yang lebih parah dan perlu melibatkan penulis bersangkutan untuk memperbaikinya. Mungkin ilustrasi yang tidak cocok, pembahasan yang melantur, atau penerapan yang abstrak. Bisa jadi juga karena idenya secara teologis perlu diluruskan. Respons ini termasuk salah satu pendorong untuk terus menekuni dan mengembangkan tulisan renungan sebaik mungkin.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Panduan Peserta Papirus
Judul artikel: Proses Kreatif Menulis Renungan Harian
Penulis: Arie Saptaji
Penerbit: Tidak dicantumkan


POJOK BAHASA: LISAN DAN TULISAN

"Bahasa pada hakikatnya adalah lisan, bukan tulis," kata Lie Charlie dalam kolom Bahasa, edisi Jumat, 11 Juni 2010.

Ini hanya benar secara kronologis. Bahasa berevolusi dari lisan ke tulisan. Budaya bergerak dari "orality" ke "literacy". Dengan percetakan, teks menjadi makin utama. Kini, radio, televisi, dan internet pun hanya bisa ada dan berfungsi dengan tulisan. Tulisan tidak akan ada tanpa lisan. Tetapi, bahasa tulisan bukan sekadar bahasa lisan yang dituliskan. Hakikat bahasa tidak lagi lisan.

Dunia oral maupun literal kaya makna. Tetapi, ciri dan dampaknya pada proses berpikir manusia dan sebagai kekuatan pengaruh evolusi sosial sangat berbeda. Bukan hanya itu, sejak tulisan pertama lahir -- lebih dari 5.000 tahun lalu di Sumeria (Irak Selatan), disusul Mesir, China, dan sampai detik ini, sejarah mencatat bahwa bangsa bertulisan lebih unggul daripada bangsa berlisan saja. Nyatanya, sejarah adalah tulisan. Tulisan adalah cikal bakal peradaban. Tulisan tinggal, lisan tanggal.

Tulisan jauh lebih akurat, tahan lama, dan efisien dalam melahirkan, menyimpan, memproses, dan mengembangkan gagasan, sampai yang serumit-rumitnya dan seluas-luasnya. Dari gagasan ke tindakan hanya selangkah. Tanpa tulisan, tidak ada dunia modern, ilmu pengetahuan lambat berkembang, teknologi sebatas sederhana, komunikasi sejauh teriakan, transportasi sekuat tungkai selebar layar. Buta tulisan, biarpun kaya lisan, adalah resep kemiskinan dan ketidakberdayaan.

Filsuf Yesuit dan pakar ilmu bahasa, Walter Ong, mendaftarkan beberapa ciri oralitas yang kontras dengan budaya tulisan. Karena ingatan adalah satu-satunya alat memelihara pengetahuan, maka dalam dunia lisan, kosakata sedikit, tata bahasanya sederhana, kata dan konsep diulang-ulang, dan gaya formula umum dipakai, ciri-ciri yang memang masih kental dalam bahasa Indonesia. Formula seperti pantun dan syair misalnya, sangat terkenal di dunia Melayu, yang tidak asing dengan pidato, pepatah-petitih, dan silat lidah.

Guru-guru yang hidup dalam dunia lisan selalu menuntut murid-murid menghafal, bahkan menghafal mati, sampai hal-hal yang seremeh-remehnya. Dalam dunia tulisan, hanya hal-hal mendasar yang perlu dihafal. Yang perlu adalah mengasah pemahaman, ketajaman berpikir, kemampuan analitis, abstraksi, dan seterusnya. Dalam lisan, yang penting adalah data. Dalam tulisan, yang utama adalah olah-data. Akibatnya, lisan itu statis menoleh ke belakang, tulisan itu dinamis menatap masa depan.

Dunia oralitas juga penuh dengan ungkapan-ungkapan ekspresif, seperti adil makmur, aman sentosa, dan lain-lain. Klise memang berkembang dalam dunia lisan. Dengan tulisan, kata-kata dalam ungkapan-ungkapan seperti itu bisa dipecah dan dianalisis, sehingga timbul kompleksitas yang merombak dan memperkaya makna. Yang perlu bukan hanya kemampuan baca tulis, melainkan memfungsikan tulisan sebagai instrumen berpikir. Misalnya, hanya dengan tulisanlah bisa dikembangkan daftar, tabel, dan statistik. Bukan berpikir lalu menulis, melainkan menulis sebagai bagian dari proses berpikir canggih.

Tulisan meningkatkan pikiran. Pikiran meningkatkan tulisan. Pemikir adalah penulis.

Diambil dari:
Nama situs: Rubrik Bahasa
Alamat URL: http://rubrikbahasa.wordpress.com/2010/06/18/lisan-dan-tulis
Penulis artikel: Samsudin Berlian
Tanggal akses: 25 Juli 2011


Powered by Telkomsel BlackBerry®