Jumat, 30 September 2011

Peta Kehidupan

 
Roma 1: 16-17

1:16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.

1:17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari imandan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

Pelayanan pekerjaan Tuhan adalah usaha untuk membuka pengertian manusia untuk melihat kawasan-kawasan hidup baru yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus. Itulah Injil, yang oleh karenanya Tuhan Yesus tidak cukup mati di kayu salib, tetapi juga harus bertahun-tahun mengajar di Palestina. Pengajaran dan kehidupan Tuhan Yesus seperti peta yang membawa manusia kepada tujuan yang dikehendaki oleh Allah.

Alkitab menyatakan bahwa Injil adalah kekuatan Allah untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya (ay. 16). Jadi untuk memperoleh keselamatan secara utuh, tidak cukup kita hanya percaya dan menerima kematian Yesus di kayu salib, tetapi harus juga percaya pada ajaran-Nya, yaitu memahami dan melakukannya.

Jika dianalogikan dengan perjalanan, kematian Tuhan Yesus di kayu salib adalah ongkos perjalanannya, tetapi ajaran yang disampaikan-Nya adalah peta yang harus dijelajahi. Tanpa peta atau tuntunan perjalanan, sia-sialah ongkos perjalanan tersebut sudah dibayar. Banyak orang Kristen merasa bahwa pembayaran tersebut sudah sekaligus otomatis membawanya ke tujuan perjalanan. Pengertian ini menyesatkan sehingga orang tidak menemukan Kekristenan yang sejati. Mereka merasa sudah sampai tujuannya tanpa perlu berjuang mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12).

Tuhan Yesus tegas berkata, "Ikutlah Aku." Mengikut Tuhan Yesus adalah pergumulan memasuki kawasan yang juga telah dijelajahi oleh Tuhan Yesus. Kawasan itu antara lain: meninggalkan kemuliaan, hidup sederhana (tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya), hidup dalam perjuangan menggenapi rencana Bapa, memperhatikan orang tertindas dan lemah, menjadi seperti anggur yang tercurah dan roti yang terpecah, memikul salib, dan mati bagi kemuliaan Allah sehingga ada keselamatan bagi banyak orang.

Seperti Dia memikul salib, sebagai orang percaya, kita pun harus memikul salib kita masing-masing. Tanpa memikul salib, berarti ia tidak mengikut Tuhan Yesus (Mrk. 8:34). Tidak mengikut Tuhan Yesus berarti tidak selamat. Maka kehidupan Tuhan Yesus adalah peta yang harus dijelajahi setiap orang Kristen. Tanpa peta ini kita tidak akan menemukan kehidupan yang berkualitas. Kita bersyukur kepada Tuhan bukan hanya karena kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya, tetapi juga peta kehidupan yang diperjuangkan oleh Tuhan untuk keselamatan kita—dikembalikan kepada rancangan Allah semula. Peta kehidupan ini sangat penting.

Kehidupan Tuhan Yesus adalah peta yang harus kita jelajahi untuk memperoleh keselamatan.

Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 29 September 2011

www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®
SUARA HATI

Arl Weisman mewawancarai 1.036 orang yang telah bercerai untuk
meneliti penyebabnya. Ternyata 80% menyatakan bahwa sebelum menikah,
sudah muncul keraguan dalam hati mereka untuk bisa bertahan hidup
bersama pasangannya. Ada yang terasa mengganjal di hati. Namun,
perasaan itu ditutupi rasa optimis bahwa sesudah menikah semuanya
akan berubah. Atau, sudah telanjur memastikan tanggal pernikahan.
Weisman, dalam bukunya, Serious Doubts (Keraguan Serius) berkata:
"Jika Anda sangat ragu menikahi seseorang, jangan nekat! Dengarkan
suara hati agar jangan salah jalan."

Hati adalah pusat kehidupan batin. Tempat diolahnya perasaan dan
pikiran terdalam. Dari hati muncul penilaian jujur pada diri
sendiri. Suara hati membisikkannya kepada kita, terutama jika ada
yang tak beres. Kita bisa saja mengabaikannya dan lebih menuruti apa
kata orang. Namun, hati akan merana (ayat 10, 13). Orang bijak tak
akan bertindak berdasarkan apa kata orang (ayat 15). Ia akan
berhati-hati melangkah; peka mendengar suara hati. Ia tak akan
ceroboh mengambil jalan yang disangka lurus. Ia tidak akan
menjalaninya sebelum yakin bahwa jalan itu benar-benar lurus.

Salah jalan memang bukan akhir. Tuhan bisa membuat
keputusan-keputusan keliru yang kita buat menjadi sesuatu yang
berakhir baik. Anda, dengan pertolongan Tuhan, bisa kembali menempuh
jalan yang benar. Namun, prosesnya menghabiskan waktu dan tenaga.
Menguras pikiran dan perasaan. Anda akan mengalami kesusahan yang
tak perlu terjadi. Jadi, sebelum mengambil keputusan penting,
datanglah kepada Tuhan. Mintalah kepekaan untuk mendengar
pimpinan-Nya, bahkan lewat suara hati Anda --JTI

SUARA HATI ADALAH SOBAT YANG PALING BERANI BICARA
IA BERANI BERKATA "TIDAk" SAAT SEMUANYA BERKATA "YA"

Amsal 14:10-16

10 Hati mengenal kepedihannya sendiri, dan orang lain tidak dapat
turut merasakan kesenangannya.
11 Rumah orang fasik akan musnah, tetapi kemah orang jujur akan
mekar.
12 Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju
maut.
13 Di dalam tertawapun hati dapat merana, dan kesukaan dapat
berakhir dengan kedukaan.
14 Orang yang murtad hatinya menjadi kenyang dengan jalannya, dan
orang yang baik dengan apa yang ada padanya.
15 Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan,
tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya.
16 Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, tetapi orang
bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman.

www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Danau Toba Adalah Kawah Gunung Api Raksasa yang Sedang Tidur

Share
Sejarah SuperVolcano Toba yang MeLegenda dan Letusan MAHADAHSYATnya

Indonesia ternyata masih menyimpan satu cerita besar. Sebuah cerita yang hampir menghapus peradaban di permukaan bumi, mengawali zaman es terakhir, dan menyisakan makhluk-makhluk yang beruntung masih hidup hingga jaman ini (bahkan bisa nyantai di rumah nungguin visitor ngeklik adsense ;-p )

Danau Toba, yang dikenal sebagai salah satu danau air tawar terbesar di dunia, dengan pulau Samosir yang elok, dalam sejarah vulcanology adalah sisa dari letusan kaldera mahadashyat yang paling besar hingga detik ini (skala 8 VEI - Vulkanic Explotion Index). Letusan Toba dapat disamakan dengan 2000 kali letusan Gunung Helena atau 20000 kali letusan bom atom Hiroshima (ref : wikipedia)

Efek dari letusan itu adalah lubang besar dengan luas hampir 200 ribu hektar (panjang 100 km dan lebar 30 km) atau dua setengah kali negara Singapura dimana lubang itu kini terisi air dan disebut dengan Danau Toba. Letusan itu memuntahkan material vulkanis ke seluruh penjuru dunia dan batuan yang sama ditemukan di beberapa negara oleh geologist. Awan debu yang dimuntahkan menutupi permukaan bumi dari sinar matahari sehingga menurut para ahli suhu bumi turun hingga lebih dari 15 derajat Celcius hingga beberapa dekade, awal dari jaman es yang terakhir (ref:Kompas.com)

Kejadian itu menyebabkan kematian dan kelaparan di seluruh permukaan bumi, dan diperkiraan manusia yang hidup tinggal 10000 hingga 40000 orang saja. Manusia yang tersisa bermigrasi dari Afrika, menyebar ke Arab, Eropa, Asia dan Indochina. Dan dengan kecepatan replikasi hamster, kini manusia menghuni seluruh daratan di dunia.

Danau Toba yang besar itu (luasnya kira2 100 x 30 km) sebenarnya berdiri di atas reruntuhan 3 kaldera besar. Di selatan terdapat Kaldera Porsea, berbentuk ellips dengan dimensi 60 x 40 km, terbentuk oleh letusan gigantik 800 ribu tahun silam. Kaldera ini meliputi sebagian selatan danau Toba dari Pulau Samosir, hingga ke daratan wilayah Parapat – Porsea dan "teluk" yang menjadi outlet ke Sungai Asahan. Wajah kaldera Porsea ini 'dirusak' oleh kaldera Sibadung yang terbentuk kemudian. Sementara di sebelah utara, di utara Pulau Samosir terdapat kaldera Haranggaol yang nyaris bulat dengan diameter 'hanya' 14 km. Haranggaol terbentuk pada 500 ribu tahun silam. Keberadaan kaldera-kaldera besar ini menunjukkan Danau Toba adalah kompleks vulkanik nan luar biasa.

Kita fokuskan ke Kaldera Sibadung. Inilah kaldera yang terbentuk dalam erupsi gigantik 71.500 +/- 4.000 tahun silam dan dinobatkan sebagai letusan terdahsyat di muka Bumi dalam 2 juta tahun terakhir setelah banjir lava di Yellowstone (AS). Bentuk kaldera mirip kacang (peanut-like) dan secara kasar memiliki panjang 60 km dengan lebar 30 km. Bentuk unik ini mengesankan bahwa kaldera Sibadung dulunya kemungkinan adalah gunung api kembar yang meletus secara bersamaan, seperti halnya gunung Danan dan Perbuwatan dalam erupsi katastrofik Krakatau 1883. Kaldera Sibadung mencakup seluruh bagian Pulau Samosir dan perairan selatan Danau Toba, kecuali "teluk" di sebelah tenggara yang menjadi outlet ke Sungai Asahan.

Letusan Toba 71 – 75 ribu tahun silam memang sungguh luar biasa. Gunung ini melepaskan energi 1.000 megaton TNT atau 50 ribu kali lipat ledakan bom Hiroshima dan menyemburkan tephra 2.800 km kubik berupa ignimbrit, yakni batuan beku sangat asam yang memang menjadi ciri khas bagi letusan-letusan besar. 800 km kubik tephra diantaranya dihembuskan ke atmosfer sebagai debu vulkanis, yang kemudian terbang mengarah ke barat akibat pengaruh rotasi Bumi sebelum kemudian turun mengendap sebagai hujan abu. Sebagai pembanding, erupsi paroksimal Tambora 1815 (yang dinyatakan terdahsyat dalam sejarah modern) 'hanya' menyemburkan 100 km kubik debu dan itupun sudah sanggup mengubah pola cuaca di Bumi selama bertahun-tahun kemudian, yang salah satunya menghasilkan hujan lebat yang salah musim di Eropa dan berujung pada kekalahan Napoleon pada pertempuran besar Waterloo.

Sebuah penelitian terbaru menyatakan sebuah ledakan besar vulkanik di Indonesia mengguncang planet Bumi pada 73.000 tahun yang lalu, bertanggungjawab terhadap pendinginan suhu global dan menghancurkan populasi nenek moyang manusia. Dibutuhkan heck dari sebuah bencana untuk menyeka pohon dari India.

Tapi 73.000 tahun yang lalu, letusan titanic Gunung Toba (the great Toba) di Indonesia melakukan hal itu, menyapu bersih daerah itu hampir dalam semalam seperti menendang planet ke lemari es yang akan dingin bertahan selama hampir 2.000 tahun. Letusan Toba mungkin merupakan peristiwa vulkanik yang paling penting dalam sejarah manusia, derita leluhur penduduk manusia di Afrika turun secara drastis, hanya yang menyisakan sekitar 30.000 orang yang selamat.

Tetapi para ilmuwan berdebat apakah semua bencana itu sebegitu buruk dengan beberapa berpendapat bahwa hanya ada penyimpangan kecil dalam iklim pada saat itu. Sebelumnya, peneliti Jihong Cole-Dai, kimiawan lingkungan dari South Dakota State University di Brookings menganalisis penurunan suhu global sekitar tahun 1810 sebagai dampak dari letusan Gunung Tambora

Kini, sebuah penelitian baru yang dipimpin oleh Martin Williams dari University of Adelaide di Australia membuktikan sebuah lingkungan yang dilemparkan ke dalam kondisi chaos, setidaknya terjadi di India. Serbuk sari dan sampel tanah yang dikumpulkan dari Teluk Bengal dan India tengah menunjukkan sebuah pohon tanah lembab yang tertutup material hancur oleh letusan vulkanik. Musim hujan terhenti dan dingin, musim kering memunculkan rumput savana.

Studi baru yang dipublikasikan baru-baru ini di jurnal Paleogeography, Paleoclimatology, Paleoecology merupakan bukti langsung pertama dari sebuah kehancuran ekosistem akibat letusan. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa abu Gunung Toba itu meluas melalui ke India dan Samudera Hindia, bahwa belerang dari letusan terakumulasi abadi dalam jumlah besar membeku di lapisan es Greenland, Kutub Utara.

Stanley Ambrose dari University of Illinois di Urbana-Champaign, mengatakan bahwa studi terbaru menunjukkan garis panjang bukti yang menyatakan Toba sebagai peristiwa destruktif massal. "Model iklim memperkirakan bahwa suhu turun 16 derajat Celcius (29 derajat Fahrenheit) selama 50 tahun di Afrika. Hari ini suhu rata-rata di Nairobi adalah 25 derajat Celcius (77 Fahrenheit). Anda bisa bayangkan saja apa yang akan terjadi," kata Ambrose.

Namun, Michael Petraglia dari University of Oxford menyatakan bahwa para peneliti telah berpikir dengan membesar-besarkan kasus. "Dua dari tiga sampel di India berasal dari lembah sungai yang sama. Apa yang mereka sampling adalah situasi lokal dan mereka membuat lompatan besar penafsiran bahwa seluruh Asia selatan seperti ini," kata Petraglia. Selain itu penelitian manusia purba sendiri sudah di India pada waktu itu, dan selamat dari letusan.

"Saya tidak menyangkal super letusan Toba memiliki efek ekologis, saya kira itu memang benar. Tapi interpretasi mereka tentang evolusi manusia dan genetika memiliki kelemahan. Keterkaitan antara letusan dan genetika belum terbukti secara kuat," kata Petraglia.

Kerikil (lapili) produk letusan Toba ditemukan hingga di India, yang berjarak 3.000 km dari pusat letusan. Keseluruhan permukaan anak benua India ditimbuni abu letusan dengan ketebalan rata-rata 15 cm. Bahkan di salah satu tempat di India tengah, ketebalan abu letusan Toba mencapai 6 meter. Debu vulkanik dan sulfur yang disemburkan ke langit dalam letusan dahsyat selama 2 minggu tanpa henti itu membentuk tirai penghalang cahaya Matahari yang luar biasa tebalnya di lapisan stratosfer, hingga intensitas cahaya Matahari yang jatuh ke permukaan Bumi menurun drastis tinggal 1 % dari nilai normalnya. Kurangnya cahaya Matahari juga menyebabkan suhu global menurun drastis hingga 3 – 3,5º C dari normal dan memicu terjadinya salah satu zaman es. Rendahnya intensitas cahaya Matahari membuat tumbuh2an berhenti berfotosintesis untuk beberapa lama dan tak sedikit yang bahkan malah mati, seperti terekam di lembaran2 es Greenland.

Bagaimana dengan manusia? Ambrose (1998) berdasar jejak DNA manusia purba menyebut saat itu terjadi situasi "genetic bottleneck" yang ditandai dengan berkurangnya kelimpahan genetik dan populasi manusia. Bahkan dikatakan jumlah individu manusia saat itu (tentunya dari generasi homo sapiens awal seperti homo sapiens neanderthalensis dan rekan-rekannya) merosot drastis hingga tinggal 10 % saja dari populasi semula.

Bencana lingkungan akibat erupsi Toba ini diduga membuat homo neanderthalensis berevolusi menghasilkan individu yang lebih lemah. Sehingga ketika katastrofik berikutnya terjadi, yakni pada 12.900 tahun silam di ujung zaman es tatkala asteroid/komet berdiameter 5 km jatuh ke Bumi dari ketinggian awal yang rendah (mendekati horizon) sehingga benda ini meledak pada ketinggian 60 km di atas Eropa – Amerika sembari melepaskan energi 10 juta megaton TNT, neanderthal tak sanggup lagi bertahan dan punahlah ia bersama kawanan mammoth sang gajah raksasa zaman es.

Danau Toba sekarang ini, apakah masih aktif? Ya. Bekas letusan berskala kecil dan kubah lava baru pasca erupsi hebat itu masih dapat dijumpai di kerucut Pusukbukit di sebelah barat dan kerucut Tandukbenua di sebelah utara. Terangkatnya Pulau Samosir hingga 450 meter dari elevasi semula (yang dapat dilihat dari lapisan2 sedimen danau di pulau ini) juga menunjukkan bahwa reservoir magma Toba telah terisi kembali, secara parsial. Studi seismik menunjukkan di bawah danau Toba terdapat sedikitnya dua reservoir magma di kedalaman 40-an km dengan ketebalan 6-10 km.

Bertahan dari Letusan Mahadahsyat

Sekelompok peneliti internasional menyatakan, manusia India yang hidup pada saat letusan gunung api Toba-yang kini menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Utara-74.000 tahun lalu, relatif masih bisa bertahan hidup. "Meski mengalami masa-masa yang sulit," kata antropolog Michael Petraglia dari Universitas Cambridge Inggris, kepada Tempo melalui surat elektronik pada Senin pekan lalu.
Petraglia adalah pemimpin penelitian yang dilakukan di Lembah Jwalapuram, Distrik Kurnool, India, itu. Petraglia dan timnya menemukan ratusan artefak berupa alat-alat batu serpih yang sama tipenya dari atas dan bawah lapisan debu vulkanik Gunung Api Toba.
"Artefak kami temukan di bawah dan di atas lapisan debu, oleh sebab itu kami menyimpulkan adanya keberlanjutan populasi di kawasan tersebut setelah letusan terjadi" ujar Petraglia.
Letusan Gunung Api Toba yang wujudnya hanya bisa direka-reka dari kawasan Danau Toba kini, adalah letusan mahadahsyat dan tiada bandingnya. Sejarah mencatat, itulah letusan terbesar di dunia selama dua juta tahun terakhir.
Gunung itu melontarkan sekitar 3.000 kilometer kubik material perut bumi, termasuk gas vulkanis dan asam sulfur ke langit. Gas dan asam sulfur menyelubungi lapisan stratosfer di atmosfer bumi selama 6 tahunan.
Adapun material gunung terlempar sampai ke kawasan Greenland di utara bumi. Di India, di mana Petraglia dan timnya meneliti, tebal lapisan debu vulkanisnya mencapai 15 sentimeter.
Selubung material dan gas dari gunung itu membuat temperatur muka bumi menurun antara 3 sampai 5 derajat celsius. Dunia pun mengalami musim dingin vulkanik yang sama seperti zaman es. "Itu adalah masa-masa yang sangat berat dan menantang," kata Will Harcourt-Smith, palentolog dari Museum Sejarah Alam Amerika di New York.
Di tengah masa sulit itulah manusia India pada saat yang sama, menurut Petraglia, bisa bertahan hidup. Padahal, teori yang didasarkan penelitian DNA dan genetik, menyatakan bahwa populasi manusia di bumi nyaris tersapu bersih akibat letusan tersebut.
Sebuah teori dari Stanley H. Ambrose dari Universitas Illinois di Urbana-Champaign Amerika Serikat, menyatakan bahwa populasi manusia yang hidup saat ini berasal dari antara 1.000 sampai 10.000 jiwa manusia yang bertahan hidup dari letusan gunung Toba itu.
Menurut Petraglia, artefak-artefak yang mereka temukan dari lapisan bawah debu vulkanis, memiliki kesamaan tipe dengan artefak di lapisan atasnya. "Semuanya diidentifikasi dari masa Paleolitik Tengah, antara tahun 150.000 sampai 38.000 Sebelum Masehi," katanya.

Tapi Ambrose meminta Petraglia dan timnya tak buru-buru menarik kesimpulan sebelum menemukan bukti lebih lanjut. "Satu-satunya cara untuk membuktikan adalah menemukan kerangka manusia di bawah lapisan debu yang sama dengan manusia Afrika," katanya.
Petraglia setuju bahwa penemuan kerangka akan memberikan bukti yang lebih kuat, tapi dia tetap kukuh pada pendiriannya. "Ada ribuan artefak lagi yang tidak kami presentasikan di jurnal yang mendukung klaim kami," katanya.
Artefak-artefak yang ditemukan Petraglia mengindikasikan kesamaan morfologi dengan alat-alat batu yang dibuat manusia modern di Afrika bagian selatan.
Petraglia dan timnya pun menduga bahwa manusia yang hidup di India itu sama modernnya dengan manusia Afrika. Manusia India itu berasal dari Afrika yang bermigrasi dan tiba di kawasan tersebut sebelum letusan Toba menyelimuti kawasan itu dengan debu.

Tapi dugaan ini ditentang Will Harcourt-Smith, palentolog dari Museum Sejarah Alam Amerika di New York. Menurutnya, manusia modern Afrika yang hidup pada masa yang sama dengan letusan Gunung Toba, sudah hidup dengan simbolisme, perilaku pembuatan alat yang kompleks, demikian pula kehidupan sosialnya. "Memang perilaku mereka tak seperti manusia sekarang, tapi mereka sudah tergolong manusia modern," kata dia.
Chris Clarkson, arkeolog dari Universitas Queensland, Australia, yang terlibat dalam tim Petraglia mengatakan, dugaan mereka didukung temuan sejumlah besar oker di bawah lapisan debu, bersamaan dengan alat batu. Oker adalah zat warna terbuat dari tanah, yang digunakan oleh manusia awal untuk seni, simbol, atau mengelem alat batu dengan pegangan kayunya.

"Semua ini potensial sebagai penanda akan perilaku yang lebih komplek daripada yang sebelumnya dicantelkan kepada spesies hominid awal yang sudah punah," kata Clarkson.

"Penggalian lebih lanjut akan membantu kita menyimpulkan apakah alat-alat itu milik manusia modern atau tidak."
Adapun Petraglia mengatakan bahwa penemuan mereka pun mengklarifikasi hipotesis persebaran bagian selatan. Teori itu menyatakan bahwa manusia Aborigin Australia sekarang bermigrasi dari Afrika melalui Samudera Hindia.
Lantaran kaum aborigin Australia tiba di benua itu pada 45.000 sampai 60.000 tahun lalu, "Kami pikir mereka mestinya berangkat dari Afrika ke semenanjung Arab, subkontinen India lalu ke Asia Tenggara," ujarnya.

Petraglia menyatakan kesimpulan mereka memang dapat saja diperdebatkan dan sah-sah saja. "Ada saja orang yang mempertahankan teori mereka sendiri dan tak menyukai kesimpulan kami, tapi ada pula yang setuju," katanya.


Footnote : Missing link anthropology adalah fenomena ketika banyak ditemukan fosil spesies manusia selain homo sapiens namun pada suatu periode tertentu spesies ini tidak ditemukan lagi dan menyisakan hanya homo sapiens yang hidup hingga saat ini (setidaknya yang mendominasi, manusia pigmi berukuran kurang dari 1 meter homo sapiens atau bukan belum diketahui). Ada satu kejadian besar yang memutus sejarah, yang menurut teori Toba Catasthopic diakibatkan oleh letusan Toba.

Back Again - Why it always connected with 2012

Kapan Toba akan kembali meletus dahsyat? Kita tidak tahu. Namun dilihat dari historinya butuh waktu sedikitnya 300 ribu tahun pasca letusan besar Toba untuk kembali menghasilkan letusan katastrofik. Memang sempat muncul kekhawatiran Toba akan kembali menggeliat pasca guncangan gempa megathrust Sumatra Andaman 2004 yang mencapai 9,15 Mw itu dengan episenter hanya 300 km di sebelah barat danau, namun sejauh ini belum terbukti. Kekhawatiran ini bukannya tanpa alasan. Krakatau bangkit dari tidur panjangnya selama 200-an tahun tatkala gempa besar mengguncang kawasan Selat Sunda di awal 1883 dimana getarannya terasakan hingga ke Australia.
Dalam perhitungan kalender Maya, 74000 tahun yang lalu adalah awal dari penanggalan siklus dunia yang keempat atau akhir dari siklus penanggalan dunia yang ketiga. Kapankah siklus keempat berakhir? Tentu saja 21 Desember 2012.
www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Guru: Sahabat dalam Belajar

oleh: Akhmad Muhaimin Azzet


Guru yang dicintai oleh anak didiknya adalah yang bisa menjadi sahabat dalam belajar. Guru yang menjadi sahabat ini adalah hal baru dan penting untuk diperhatikan. Berbeda dengan zaman dahulu yang beragam informasi tidak mudah diakses dengan kecanggihan teknologi sebagaimana saat ini. Saat itu, guru seakan menjadi satu-satunya sumber ilmu. Peran seorang guru adalah memberikan ilmu kepada anak didiknya. Oleh karena itu, seorang guru akhirnya juga bisa menjadi penguasa tunggal di dalam kelas.

Sebagai penguasa tunggal di dalam kelas, seorang guru di zaman dahulu bebas melakukan apa saja, termasuk dalam memberikan hukuman kepada murid-muridnya. Apabila ada murid sedikit saja tidak menunjukkan perhatian ketika pelajaran diterangkan, maka seorang guru bisa melemparkan penghapus kepada murid yang tidak perhatian tersebut. Ada juga seorang guru yang mempunyai kebiasaan mencubit anak didiknya sampai sang anak menjerit-jerit, bahkan bekas cubitannya pun menghitam hingga beberapa hari baru hilang. Sang anak pun enggan mengadukan perlakuan sang guru tersebut ke orangtuanya. Sebab, orangtuanya pun biasanya malah menyalahkan anak yang menuduh tidak patuh sama gurunya.

Namun, pada saat iklim keterbukaan, demokrasi, dan mudahnya akses pengetahuan sebagaimana sekarang, seorang guru yang disenangi anak didik adalah yang bisa menjadi sahabat dalam belajar dan memahami kehidupan yang terus berkembang. Guru yang menempatkan diri sebagai seorang sahabat akan membuat anak didik merasa dekat dan nyaman. Kedekatan dan rasa nyaman ini sungguh penting kaitannya dengan motivasi dan semangat anak didik dalam proses pembelajarannya.

Anak didik yang merasakan hubungan dengan gurunya yang tidak kaku, dekat, dan penuh persahabatan akan merasakan bahwa belajar di sekolah itu adalah hal yang menyenangkan. Bila anak didik telah merasakan kesenangan dalam belajar tentu ia akan bersemangat ketika berada di sekolah; demikian pula ketika belajar di rumah yang biasanya dilakukan untuk membaca kembali pelajaran di sekolah atau mengerjakan PR dari gurunya di sekolah. Bila hal ini telah terjadi, maka tujuan dari proses balajar mengajar akan lebih mudah tercapai.

Sebaliknya, apabila pada zaman yang ternyata ilmu pengetahuan dapat diakses oleh anak didik melalui banyak media, termasuk radio, televisi, maupun internet ini seorang guru masih berlagak sebagai satu-satunya orang yang paling pandai di depan kelas, tentu tidak akan disenangi oleh anak didiknya.

Ada sebuah cerita dari seorang guru yang mengajar di salah satu SMU di Yogyakarta. Berdasarkan beberapa laporan mengatakan bahwa di dalam telepon genggam (HP) anak didiknya berisi gambar dan situs porno. Pada hari tertentu maka disepakatilah operasi HP yang dimiliki para siswa oleh beberapa guru yang telah ditunjuk. Apa yang terjadi pada saat operasi tengah berlangsung. Pada kelas pertama yang dituju, ternyata beberapa guru yang ditunjuk untuk mengoperasi HP para siswa tersebut merasa kesulitan untuk membuka-buka isi HP siswanya karena rata-rata model baru dibanding HP milik para gurunya. Guru-guru tersebut merasa malu dan akhirnya tidak melanjutkan operasi pada kelas berikutnya.

Kejadian sebagaimana di atas hanyalah sekadar satu contoh saja; ternyata seorang guru di zaman sekarang bukanlah satu-satu sumber ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, menjadikan anak didik sebagai sahabat adalah pilihan cerdas bagi seorang guru yang ingin dicintai oleh anak didiknya. Seorang guru yang tampil sebagai sahabat bagi anak didiknya tentu akan menjadikan pribadinya hangat dan penuh keakraban dengan anak didiknya.

Seorang guru yang tampil penuh persahabatan dengan anak didiknya tentu bukanlah guru yang begitu mudah menjatuhkan hukuman bagi anak didik yang melanggar. Apalagi tanpa bertanya sebelumnya kepada anak didiknya mengapa melakukan perbuatan yang tidak baik atau melanggar aturan sekolah, tapi langsung saja melemparkan penghapus, mencubit, menjewer, atau bahkan memukul dengan penggaris kayu.

Seorang guru yang menjadikan dirinya sahabat bagi anak didiknya dalam belajar bukan berarti tidak mengenal hukuman. Jika ada di antara anak didiknya melakukan pelanggaran, tentu tidak boleh dibiarkan begitu saja. Pada suatu hari, penulis berkesempatan berkunjung ke sebuah sekolah. Pada saat melihat proses belajar mengajar, ada beberapa siswa yang duduk di jendela. Bahkan, ada dua anak didik yang naik mimbar yang berada dalam ruang belajar tersebut; tidak hanya naik, tapi duduk di atas mimbar. Penulis prihatin ketika dalam ruang belajar tersebut ada seorang guru yang sedang membimbing mereka dan tidak menegur sama sekali beberapa anak didiknya yang naik jendela dan duduk di atas mimbar. Menurut penulis, bagaimanapun juga seorang guru perlu mempunyai perhatian apabila ada di antara didiknya yang tidak fokus terhadap kegiatan belajar, apalagi sampai melakukan hal yang tidak sepatutnya dalam proses belajar mengajar.

Hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru apabila anak didiknya melakukan pelanggaran semestinya tidak langsung memberikan hukuman. Atau, jika bisa, tidak perlu memberikan hukuman. Namun, mengajak bicara secara baik-baik anak tersebut dalam rangka untuk menanyai alasannya atau mengapa ia melakukan perbuatan tersebut. Lebih baik lagi, jika pembicaraan dengan anak didik tersebut dilakukan dengan empat mata atau berdua saja dengan sang anak didik. Sebab, bagaimanapun juga, meski masih anak-anak, ia tidak ingin dipermalukan dengan dihukum di hadapan teman-temannya.

Pembaca yang budiman, dari pengalaman penulis, ternyata mengajak bicara secara empat mata dengan anak didik yang melakukan penggaran, mempunyai pengaruh yang sangat positif dalam mengubah perilaku negatif anak didik. Dengan mengajaknya bicara secara empat mata akan membuat anak didik diperlakukan sebagai sahabat yang dilindungi kehormatannya di hadapan teman-temannya. Sungguh, melindungi kehormatan teman, namun di saat yang sama juga memperbaiki hal tidak baik yang dilakukannya, adalah bentuk persahabatan yang luar biasa. Bukan malah mempermalukan teman di hadapan orang lain atau membiarkan begitu saja seorang teman yang melakukan kesalahan. Bentuk persahabatan yang semacam ini juga perlu diterapkan seorang guru terhadap anak didiknya.

Sistem belajar yang memosisikan seorang guru sebagai sahabat bagi anak didiknya sesungguhnya melawan sistem belajar yang menempatkan guru pada posisi yang paling berkuasa di dalam kelas. Sebab, jika guru secara terus-menerus memaksakan diri untuk menjadi penguasa tunggal di dalam kelas, justru akan membuat proses pendidikan berjalan lambat dan sulit maju. Hal ini disebabkan posisi seorang guru yang sangat dominan sehingga menjadikan murid mempunyai ketergantungan yang besar kepada gurunya. Siswa yang demikian ketika kelak memasuki dunia kerja pun sangat tergantung pada pimpinan atau bos. Mereka sulit memunculkan inovasi dan kreativitas. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, yakni anak didik ternyata banyak menyerap ilmu pengetahuan-terutama dari media informasi yang berkembang pesat di zaman modern ini-sementara gurunya tidak melakukan hal yang sama, tentu akan menjadikan guru yang tetap memaksakan diri sebagai satu-satunya sumber informasi yang utama bagi anak didiknya akan tidak berkesan lagi bagi anak didiknya.

Dengan demikian, guru yang menjadikan anak didiknya sebagai sahabatnya maka akan memosisikan diri setara dengan anak didiknya. Guru seperti inilah yang akan mampu menciptakan atmosfir belajar yang hangat, menyenangkan, membangkitkan semangat, dan membangun kepercayaan diri yang besar dalam diri anak didik. Jika sudah demikian, maka guru yang bisa menjadi sahabat bagi anak didiknya akan dicintai oleh mereka, sehingga hal ini akan berbanding lurus dengan keberhasilan dalam mewujudkan tercapainya tujuan belajar mengaja.
www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Pemalsuan Peta

Bacaan: Galatia 1: 8-9

1:8 Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. 

1:9 Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.

Iblis dalam kelicikannya berhasil memalsukan peta wilayah-wilayah dalam kawasan hidup yang baru, sehingga banyak orang merasa sudah memasuki wilayah-wilayah tersebut, padahal mereka tersesat di wilayah lain. Itulah sebenarnya yang dimaksud oleh Rasul Paulus sebagai Injil yang sebenarnya bukan Injil. Itulah Injil palsu yang hanya menyenangkan telinga manusia.

Demi Injil yang benar, Paulus mengajar, walaupun ajarannya tidak menyenangkan manusia. Injil yang benar memang tidak mudah diterima oleh manusia yang ingin hidup nyaman. Sebaliknya, Injil palsu menyenangkan orang, sebab mengajarkan bahwa manusia tidak perlu harus bergumul berat untuk mengenakannya.

Misalnya, pertama, menyangkal diri dipahami sebagai sekadar meninggalkan perbuatan-perbuatan tercela di mata orang pada umumnya, yaitu yang membuat seseorang malu, miskin dan terasing di masyarakat. Ini bukan sesuatu yang sulit, sebab agama-agama lain mengajarkan hal yang sama. Padahal menyangkal diri yang diajarkan oleh Alkitab menuntut perjuangan yang sangat berat, yaitu langkah hidup untuk meninggalkan semua pola berpikir yang dimiliki manusia pada umumnya, menujukan pikiran ke Kerajaan Surga dan mencapai kesucian seperti Anak Allah.

Kedua, mengikut Yesus diajarkan sebagai sekadar menjadi orang beragama Kristen dan pergi ke gereja.

Ketiga, damai sejahtera dianggap dapat dinikmati tanpa harus menanggalkan kecintaan dengan dunia. Kita mengerti bahwa fasilitas barang-barang dunia memang dibutuhkan, tetapi itu bukan sesuatu yang menjadi kebahagiaan utama. Bila kita masih memiliki hati yang menghargai dunia lebih dari Tuhan, sesungguhnya kita belum mengerti dan menikmati damai sejahtera Tuhan.

Kemudian, hidup berkemenangan terlampau disederhanakan dengan "Pokoknya menang, karena Yesus sudah menang," tanpa ada pergumulan menyangkal diri dengan membuang percintaan dengan dunia dan mematikan keinginan-keinginan daging yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Ajaran-ajaran yang tidak memenuhi standar Kekristenan ini bagai obat palsu yang membuat seseorang bukannya sehat atau sembuh, tetapi kebal sampai tidak bisa diobati lagi. Tetapi ironis sebab obat palsu itu juga mempunyai efek placebo yang membuat mereka merasa sembuh dan sehat. Itulah sebabnya mereka tidak benar-benar mau bergumul menggali kekayaan Injil. Waspadalah dengan Injil palsu ini. Injil yang asli mengajarkan kita untuk berjuang sekuat tenaga.

Peta palsu Iblis membuat orang merasa di wilayah yang benar, padahal tersesat.

Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

"Sekolah Dosa"
By. Julianto Simanjuntak


Siapapun Lulus dengan gelar tinggi akan puas bahagia. Apalagi jika gelar itu didapat dengan susah payah, kerja keras dan biaya mahal (bukan gelar 'aspal').

Tapi ada satu "sekolah" yang harus kita lewati bersama. Mengejar gelar "Tamat SD". SD Alias "Sekolah Dosa", adalah "Sekolah" yang kita sedang ikuti dan tidak mudah untuk dilewati dan prosesnya panjang. Bukan sekolah untuk berbuat dosa, tetapi sekolah untuk menang atas dosa.

Semua kita telah berdosa, dan hilang kemuliaan Allah serta patut dibuang dari hadiratNya. Namun karena anugerahNya kita boleh diselamatkan, dan bukan karena bukan perbuatan baik. Kuasa dan sengat dosa telah dihancurkan oleh Kristus di Kayu Salib. Oleh darahNya kita disucikan dan diangkat menjadi anak-anakNya.

Keinginan Dosa dan Daging

Namun selama di bumi ini kita masih menghadapi keinginan daging, keinginan Mata dan keangkuhan hidup. Dalam "sekolah" ini kita bekerjasama dengan Roh Kudus untuk menaklukkan keinginan dosa tersebut. Tidak mudah, kadang kala kita menyerah, jatuh dan berbuat salah. Namun Tuhan sabar, Dia membaharui kita sedikit demi sedikit.

Puji syukur, Dia sendiri sudah menanggung semua dosa dan kesalahan kita. Dia menyembuhkan luka dosa kita karena Dia yang pernah ditusuk dan terluka. Dialah satu satunya yg bisa menyembuhkan dosa dan luka kita.

Semua kita rapuh dan mudah jatuh. Bejana tanah liat. Marilah kita melewati "Sekolah Dosa" ini dengan mata yang tertuju kepada Yesus. Menanggalkan semua beban dan dosa yang merintangi kita di kakiNya.

Banyak Dosa, Limpah Anugerah

Beberapa orang yang pernah hidup berlimpah dalam dosa justru bersaksi, mendapatkan anugerah yang limpah juga. Limpah pengampunan . Seperti Rasul Paulus bersaksi, "diantara orang berdosa akulah yang paling berdosa. Saya bersyukur kepada Tuhan yang berkenan menggunakan aku menjadi saksiNya"

Semua kita sudah berdosa, namun anugerahNya telah menyelematkan kita bukan karena perbuatan baik. Mari kita bersyukur, dengan hidup menang atas dosa. Semoga kita lulus dari "Sekolah Dosa", menjadi manusia baru yang diperbaharui dari hari ke sehari agar semakin serupa dengan gambarNya.

Penutup

Semua kita sudah berdosa. Kita bertemu dan bersekutu dengan sesama yang juga manusia berdosa. Konflik tida bisa dihindari, mereka bisa berbuat salah. Awasi diri, agar Jangan kita tergoda d merendahkan saudara kita yang jatuh dalam dosa. Kita dipanggil mendoakan, bukan menghakimi.

Siapakah kita yang layak menghakimi? Kita dipanggil menguatkan saudara-saudara kita. Andaipun ada beban menegur, tegurlah dalam kasih, sambil berjaga-jaga agar kita sendiri jangan jatuh ke dalamnya.


Salam konseling
Julianto Simanjuntak, Pelikan
www.pedulikonseling.or.id


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 28 September 2011

RAMADHAN & MEWAHNYA RASA CUKUP
(Julianto Simanjuntak)"Rasa cukup adalah barang mewah. Kita membutuhkan perasaan cukup terutama di jaman yang  kerap menggoda kita merasa  tidak  puas. Rasa tidak cukup menggoda banyak orang korupsi, mencuri dan melakukan perbuatan jahat dan tidak terpuji."Seluruh masa kecil Penulis dihabiskan di asrama Polisi di sebuah kota kecil Tanjung Balai, Sumatera Utara. Event hari raya Idul Fitri selalu meninggalkan kesan indah dan sulit terlupakan.Tetangga kami yang beragama Muslim selalu mengirimkan makanan. Meski hanya sedikit dan jenis makanannya juga sederhana, namun silaturahmi kebersamaan di masa Ramadhan sangat memberkati hati. Sulit menyembunyikan rasa bahagia saat mendapat perhatian seperti itu. Bukan terletak pada makanannya, tapi kebersamaan.Ditambah pula kami saling berkunjung, dari satu rumah pindah ke rumah tetangga lainnya. Kadang tidak cukup dua hari saling berkunjung. Ah…betapa ceria dan indahnya setiap kali bulan Ramadhan datang. Inilah yang Penulis nikmati dan syukuri sebagai warga Indonesia. Negara yang  berdasarkan Pancasila, kita diajarkan saling toleransi, saling menghargai, dan peduli. Meski beda agama, bisa saling bersilaturahmi saat hari raya masing-masing. Sayangnya, setelah penulis tinggal di kota besar Medan lalu pindah ke Jakarta, suasana itu sulit didapatkan.Selanjutnya baca : http://sosbud.kompasiana.com/ 2011/08/27/ramadhan-kemewahan- rasa-cukup-by-js/ via @kompasiana

www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®
• KUALITAS HIDUP •


Seorang pemain biola yg telah diakui dunia internasional pernah diwawancarai tentang menjaga kualitas penampilannya. Ia pun berkata bahwa tetap fokus & latihan dgn disiplin adalah kuncinya. Ia tdk pernah melewatkan waktu2 berlatihnya. Kelelahan mungkin saja bisa menurunkan kualitas bermain musiknya, tapi ia tetap berlatih terus menerus demi menjaga penampilannya.


Prinsip yg sama pun dpt kita terapkan dlm kualitas iman kita. Kolose 1:23 sebab itu kamu hrs BERTEKUN dlm iman, TETAP TEGUH & TDK BERGONCANG dan jangan mau digeser dari PENGHARAPAN INJIL yg telah kamu dengar. Jika 3 hal ini dilakukan dgn FOKUS & DISIPLIN maka akan menghasilkan Iman yg berkualitas.


Kata BERTEKUN berbicara tentang usaha yg hrs dilakukan secara terus menerus. Sekalipun ditengah perjalanan hidup, kita mungkin menghadapi berbagai tantangan & tekanan, tapi justru disitulah ketekunan dlm kepercayaan kita kpd TUHAN dipupuk.


Dimanapun dlm hal apa pun seorg yg mampu lebih lama bertahan adl yg akan melihat & mengalami lebih banyak hal dlm hidupnya, termasuk kemenangan2 yg bisa ia raih dari proses pembelajaran itu.


Albert Einstein pernah berkata, "Sebenarnya prestasi yg saya peroleh bukan krn saya cerdas, tapi krn saya LEBIH TAHAN dlm berkutat mengatasi masalah yg sama".


Apalagi TUHAN juga telah memberikan bahan bakar agar kita bisa bertekun, yaitu PENGHARAPAN dalam Firman TUHAN & persekutuan yg erat dgn-NYA. Di dlm TUHAN kita tdk punya alasan utk kita menyerah...



MESKI HIDUP PENUH DGN PENDERITAAN, TAPI HIDUP JUGA PENUH DGN CARA MENGATASINYA.


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®
"Malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia"

(Why 12:7-12a; Yoh 1:47-51)

" Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia." (Yoh 1:47-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta St.Gabriel, Mikael dan Rafael, Malaikat Agung , hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Allah menganugerahi setiap manusia malaikat, yang disebut malaikat pelindung, yang bertugas mendampingi hidup manusia di dunia ini. Pendampingannya dapat berupa nasihat, peringatan, dukungan, informasi gembira dst…demi keselamatan dan kebahagiaan manusia, terutama kebahagiaan atau keselamatan jiwanya. Malaikat pelindung menjadi kepanjangan para malaikat agung, Gabriel, Mikael dan Rafael, yang bertugas menyampaikan warta gembira, membantu manusia dalam perang melawan setan dan menemani manusia dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusannya. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak segenap umat beriman dan beragama untuk mengimani dan menghayati pendampingan malaikat pelindung bagi kita masing-masing. Ketika ada warta gembira dan menyelamatkan marilah kita sebarluaskan kepada saudara-saudari kita, ketika menghadapi godaan atau rayuan setan marilah kita lawan bersama malaikat pelindung kita, dan ketika sedang melaksanakan tugas, kewajiban dan

perutusan marilah kita bekerja bersama malaikat pelindung. Hendaknya kita tidak takut dan gentar dalam hidup ini, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, karena malaikat Allah 'turun naik kepada kepala kita masing-masing', sehingga kita senantiasa berpikir  sesuai dengan kehendak Allah. Marilah kita ingat dan sadari bahwa apa yang akan kita lakukan sangat tergantung dari apa yang sedang kita pikirkan, maka semoga pikiran kita senantiasa meneladan apa yang dipikirkan oleh Allah, yaitu keselamatan dan kebahagiaan umat manusia di dunia ini, sehingga apapun yang kita lakukan menyelamatkan dan membahagiakan diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa. Kita juga dipanggil untuk jujur terhadap diri sendiri dan tiada kepalsuan sedikitpun dalam diri kita.

·    "Sekarang telah tiba  keselamatan dan kuasa  dan pemerintahan Allah kita,  dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya,  karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba,  dan oleh perkataan kesaksian mereka.  Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut." (Why 12:10-11).  "Keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah" telah tiba dalam diri kita dan kebersamaan hidup kita sebagai umat beriman. Sebagai umat beriman kita dikuasai dan diperintah oleh Allah, dan karena Allah adalah maha segalanya maka mau tak mau kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan perintahNya. Semua perintah Allah kiranya dapat dipadatkan ke dalam perintah untuk saling mengasihi satu sama lain dalam hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun. " Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan

diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1Kor 13:4-7), demikian ajaran Paulus perihal kasih. Yang baik kita renungkan dan hayati pada masa kini hemat saya adalah "tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain", mengingat dan memperhatikan masih banyak orang suka menyimpan kesalahan orang lain, yang menjadi sumber kemarahan, yang kemudian berkembang menjadi permusuhan dan perpecahan, sehingga hidup bersama tidak harmonis sebagaimana didambakan atau dirindukan oleh banyak orang. Hemat saya menyimpan kesalahan orang lain dan marah merupakan bentuk pelanggaran harkat martabat manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Kami

berharap saling mengasihi dan mengampuni dididikkan dan dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga oleh orangtua, entah dengan nasihat, saran maupun teladan.

"Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab"(Dan 7:9-10)


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

WUJUD IMAN

Sebuah pepatah mengatakan, "life begins at forty" (hidup dimulai
pada usia 40). Salah satu artinya ialah: sebelum umur 40, seseorang
masih boleh bereksperimen; berganti-ganti karier dan profesi. Namun
setelah umur 40, ia harus sudah mantap di satu tempat, menekuni
kariernya. Sebab, jika di usia itu ia masih berpindah tempat tinggal
dan berganti profesi, ia akan cenderung tak meraih apa-apa.

Namun, lihatlah keberanian Abram menjawab panggilan Tuhan. Yakni
ketika Tuhan memintanya meninggalkan tanah kelahiran, sanak
keluarga, dan hidup yang sudah mapan di Haran. Waktu itu Abram
berusia 75 tahun. Sudah usia senja. Tapi inilah responsnya:
"pergilah Abram seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya". Walau
ia belum tahu negeri mana yang dijanjikan Tuhan! Bagaimana ia dapat
bersikap demikian? Pertama, Abram sadar benar siapa Tuan atas
hidupnya. Kedua, Abram sadar hidupnya milik Tuhan dan ia menghidupi
kesadaran ini secara nyata. Ketiga, bila hidupnya milik Tuhan, Abram
percaya bahwa masa depan dan hidup matinya ada di tangan Tuhan. Itu
sebabnya Abram diberi gelar bapak orang beriman (Galatia 3:7). Iman
bukan dogma indah dengan dukungan argumen filsafat yang sulit. Iman
itu sederhana dan nyata, yaitu ketaatan melakukan kehendak dan
panggilan Bapa.

Dalam hidup kita pribadi; benarkah Yesus menjadi Tuan atas hidup
kita? Adakah kita menaati dan meyakini bahwa Dia sanggup menuntun
dan memelihara? Beranilah melangkah untuk menjawab panggilan-Nya.
Ambillah bagian dalam pelayanan-Nya. Arahkan hidup kepada tanah
perjanjian di surga, dan jangan melekat pada harta duniawi. Mari
beriman!

BERIMAN ADALAH MENANGGALKAN KEYAKINAN PADA KEMAMPUAN SENDIRI
DAN MENYANDARKANNYA KEPADA TUHAN YANG KASIH-NYA TERBUKTI

Kejadian 12:4-9

4 Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya,
dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh
puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.
5 Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan
segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang
diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan,
lalu sampai di situ.
6 Abram berjalan melalui negeri itu sampai ke suatu tempat dekat
Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu orang Kanaan
diam di negeri itu.
7 Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman:
"Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Maka
didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan
diri kepadanya.
8 Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur
Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai
di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN
dan memanggil nama TUHAN.
9 Sesudah itu Abram berangkat dan makin jauh ia berjalan ke Tanah
Negeb.

www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

WUJUD IMAN

Kejadian 12:4-9
Yoel 1-3
Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya ...

Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran

(Kejadian 12:4)

Sebuah pepatah mengatakan, "life begins at forty" (hidup dimulai pada usia

40). Salah satu artinya ialah: sebelum umur 40, seseorang masih boleh

bereksperimen; berganti-ganti karier dan profesi. Namun setelah umur 40, ia

harus sudah mantap di satu tempat, menekuni kariernya. Sebab, jika di usia

itu ia masih berpindah tempat tinggal dan berganti profesi, ia akan

cenderung tak meraih apa-apa.

Namun, lihatlah keberanian Abram menjawab panggilan Tuhan. Yakni ketika

Tuhan memintanya meninggalkan tanah kelahiran, sanak keluarga, dan hidup

yang sudah mapan di Haran. Waktu itu Abram berusia 75 tahun. Sudah usia

senja. Tapi inilah responsnya: "pergilah Abram seperti yang diperintahkan

Tuhan kepadanya". Walau ia belum tahu negeri mana yang dijanjikan Tuhan!

Bagaimana ia dapat bersikap demikian? Pertama, Abram sadar benar siapa Tuan

atas hidupnya. Kedua, Abram sadar hidupnya milik Tuhan dan ia menghidupi

kesadaran ini secara nyata. Ketiga, bila hidupnya milik Tuhan, Abram percaya

bahwa masa depan dan hidup matinya ada di tangan Tuhan. Itu sebabnya Abram

diberi gelar bapak orang beriman (Galatia 3:7). Iman bukan dogma indah

dengan dukungan argumen filsafat yang sulit. Iman itu sederhana dan nyata,

yaitu ketaatan melakukan kehendak dan panggilan Bapa.

Dalam hidup kita pribadi; benarkah Yesus menjadi Tuan atas hidup kita?

Adakah kita menaati dan meyakini bahwa Dia sanggup menuntun dan memelihara?

Beranilah melangkah untuk menjawab panggilan-Nya. Ambillah bagian dalam

pelayanan-Nya. Arahkan hidup kepada tanah perjanjian di surga, dan jangan

melekat pada harta duniawi. Mari beriman!

BERIMAN ADALAH MENANGGALKAN KEYAKINAN PADA KEMAMPUAN SENDIRI DAN

MENYANDARKANNYA KEPADA TUHAN YANG KASIH-NYA TERBUKTI


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®
www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®
TERANG ORANG PERCAYA AFRIKA UTARA

Kekristenan sedang menyebar di dunia "lain", khususnya di pegunungan-pegunungan Afrika Utara. Orang-orang Berber -- utamanya orang Kabyle -- datang kepada Kristus dalam jumlah yang besar. Sebagian besar orang Berber di Algeria dan Maroko adalah suku pengembara, penggembala, dan petani. Mengapa pertumbuhan yang fenomenal ini terjadi di antara orang-orang ini? Seorang kontak kami yang melayani di antara suku Kabyle mengatakan bahwa itu disebabkan oleh keberanian mereka bersaksi. Yang lain berkata itu disebabkan oleh internet dan televisi satelit yang sedang membawa pemikiran-pemikiran dan sukacita ke dalam rumah-rumah orang "agama lain".

Tidak peduli apa pun, orang Kristen Kabyle yang apa adanya, berpikiran mandiri, membagikan iman mereka dengan yang lain walaupun penganiayaan yang hebat menimpa mereka. Seperti Harun di Imamat 24:2-3, mereka tahu bahwa mereka harus menjaga lampu-lampu itu tetap menyala sebagai kesaksian bagi Tuhan. Firman Allah, pendorong, pertolongan, dan persekutuan adalah minyak yang menjaga lampu mereka tetap menyala terang.

Bulan ini, kami memperkenalkan Anda kepada beberapa anggota keluarga kami di seluruh Afrika Utara. Kami akan memulainya di Mesir, pusat salah satu gereja tertua di kerajaan Kristen, dan berakhir di pantai barat di Algeria, dengan gereja-gerejanya yang baru bertumbuh. Mereka adalah orang-orang percaya yang berani, dan walaupun risiko dan bahaya yang besar, lampu mereka bercahaya layaknya mercusuar di atas sebuah bukit, mengatasi kegelapan di Afrika Utara.

Dibebaskan dari Kegelapan Orang Mesir

Beberapa penganiayaan terburuk terhadap orang-orang percaya berlatar belakang "agama lain" di Afrika Utara sedang datang dari anggota keluarga mereka sendiri. Pemerintah atau pihak yang berwajib biasanya membiarkan penyerangan-penyerangan tersebut karena mereka berpihak pada para penyerang.

L (berusia 19 tahun), dibesarkan di keluarga "agama lain" yang taat. Ia diajarkan untuk membenci orang-orang Kristen. Suatu hari, seorang teman satu sekolah yang "beragama lain" meminta L untuk ikut dengan dia mendengarkan program-program radio Kristen. Mereka berkirim surat kepada pembawa acara untuk memprovokasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang mereka yakin orang-orang Kristen tidak dapat menjawabnya.

L mengirimkan sepucuk surat menjelaskan ia adalah seorang gadis "agama lain" yang tidak akan pernah "tergoyahkan dari imannya." Ia ingin tahu apakah "Kristus adalah Allah, utusan, atau Anak Allah."

Ia terkejut ketika pembawa acara membalas surat pertanyaannya dengan surat kasih.

"Ia tidak menyerangku dan aku menemukan diriku menyukai apa yang dia tulis. Aku membaca suratnya beberapa kali setiap hari." Akhirnya L bertemu dengannya; ia memberikan kepada L sebuah Alkitab dan memperkenalkan Yesus kepada L.

"Aku menerima Tuhan di dalam hidupku. Aku merasa Allah sedang memutar jalanku," kata L.

L memasuki kedamaian dan terang Kristus, tetapi ia mengalami penentangan dari mereka yang memutuskan untuk membawanya kembali ke dalam kegelapan. Untuk pertama kalinya, ayahnya memukulinya dengan brutal. Anggota keluarganya menganggapnya seorang kafir.

Mereka tidak memperbolehkan L makan semeja dengan mereka atau mencampur pakaiannya dengan mereka. Mereka takut peralatan makan mereka dan pakaian mereka terkontaminasi oleh kafir.

Suatu malam, ayah L mengusirnya keluar rumah ketika ayahnya menemukan dia sedang mendengarkan program radio Kristen. Keesokan paginya, ia menelepon ayahnya memohon untuk boleh pulang ke rumah.

"Aku mengatakan kepada ayahku aku tidak punya uang, ke mana aku dapat pergi? Ia memperingatkan aku untuk tidak menghubunginya lagi. Ia berkata putrinya sudah mati."

L melewati malam-malamnya dengan tinggal di gerbong kereta api karena dia tidak punya dan tidak tahu harus tinggal di mana. Akhirnya, Ia memperoleh pekerjaan di sebuah toko buku Kristen. Suatu hari, seorang pembeli yang berpakaian rapi datang ke toko dan meminta bantuan pada L. Ketika L mengikuti pria tersebut ke luar, tiba-tiba ia mendorong L masuk ke dalam vannya dan menutup pintunya. Ia membawa L ke kantor Keamanan Nasional, tempat ia menahan L selama 3 hari.

"Seandainya aku berteriak di tempat itu, tidak ada seorang pun yang akan mendengar suaraku," kata L. "Lantainya sangat kotor, dan aku tidak mau duduk di situ."

Orang itu mendesak L untuk memberitahu siapa orang yang membaptisnya. L adalah orang yang baru percaya dan ia masih belum mengetahui mengenai baptisan. "Aku berkata kepadanya aku tidak tahu apa yang ia sedang tanyakan. Ia memukul aku dengan brutal dan bahkan menggunduli kepalaku. Ia mematahkan kakiku dan aku jatuh ke lantai."

Pria tersebut meninggalkan L seorang diri. L takut orang itu akan kembali dan memerkosa L. Ia berseru kepada Tuhan dari kegelapan, "Tuhan, apakah aku bukan anak-Mu? Mengapa Engkau membiarkan orang tersebut melakukan hal ini padaku?"

Penganiaya tersebut kemudian kembali dan bertanya mengapa ia tidak mau bekerja sama. L berkata, "Bapak akan mengerti sekali Tuhan menyadarkan Bapak." Orang itu menjadi marah dan menghantamkan kepala L ke tembok hingga ia jatuh pingsan. Ketika L terbangun, ia kembali berada di dalam perlindungan orang tuanya. Orang tua L dan polisi Keamanan Negara mencoba berkali-kali untuk membawanya kembali ke "agama lain". L menolak, ia meninggalkan rumah dan sekali lagi bersembunyi dari mereka.

"Aku sedang dalam bahaya besar, tetapi aku percaya Tuhan karena Dia hidup," kata L. "Di bumi, hidup kita hanya sebentar, tetapi akan ada waktu yang panjang yang aku akan habiskan bersama dengan Dia."

L bertemu dengan anak-anak muda Kristen yang dengan berani membagikan Kabar Baik kepada yang lainnya; mereka menguatkan satu sama lain dan menatap ke masa depan. Lampu-lampu mereka diisi dengan minyak kesukaan (Ibrani 1:9) dan bercahaya dengan terang di Mesir.

L berkata kepada kami, "Kami tahu akan ada waktunya ketika tidak ada lagi kesedihan atau penderitaan. Ini adalah harapan kami di dalam Kristus."

Pelayanan kami mendukung program-program Kristen melalui radio dan televisi di seluruh dunia mereka, dan juga menolong orang-orang percaya baru seperti L ketika mereka membutuhkan uang, makanan, dan tempat untuk bersembunyi. Di Mesir, kami juga mendukung toko-toko buku Kristen seperti salah satu toko di mana L dipekerjakan. Toko-toko ini adalah mercusuar di negara mereka.

L dan orang Kristen berlatar belakang "agama lain" memohon dukungan doa dan pertolongan Anda.

Diambil dari:
Nama buletin: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Mei - Juni 2008
Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Penulis: Tidak dicantumkan
Halaman: 3 -- 4
www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

TERANG ORANG PERCAYA AFRIKA UTARA

Kekristenan sedang menyebar di dunia "lain", khususnya di pegunungan-pegunungan Afrika Utara. Orang-orang Berber -- utamanya orang Kabyle -- datang kepada Kristus dalam jumlah yang besar. Sebagian besar orang Berber di Algeria dan Maroko adalah suku pengembara, penggembala, dan petani. Mengapa pertumbuhan yang fenomenal ini terjadi di antara orang-orang ini? Seorang kontak kami yang melayani di antara suku Kabyle mengatakan bahwa itu disebabkan oleh keberanian mereka bersaksi. Yang lain berkata itu disebabkan oleh internet dan televisi satelit yang sedang membawa pemikiran-pemikiran dan sukacita ke dalam rumah-rumah orang "agama lain".

Tidak peduli apa pun, orang Kristen Kabyle yang apa adanya, berpikiran mandiri, membagikan iman mereka dengan yang lain walaupun penganiayaan yang hebat menimpa mereka. Seperti Harun di Imamat 24:2-3, mereka tahu bahwa mereka harus menjaga lampu-lampu itu tetap menyala sebagai kesaksian bagi Tuhan. Firman Allah, pendorong, pertolongan, dan persekutuan adalah minyak yang menjaga lampu mereka tetap menyala terang.

Bulan ini, kami memperkenalkan Anda kepada beberapa anggota keluarga kami di seluruh Afrika Utara. Kami akan memulainya di Mesir, pusat salah satu gereja tertua di kerajaan Kristen, dan berakhir di pantai barat di Algeria, dengan gereja-gerejanya yang baru bertumbuh. Mereka adalah orang-orang percaya yang berani, dan walaupun risiko dan bahaya yang besar, lampu mereka bercahaya layaknya mercusuar di atas sebuah bukit, mengatasi kegelapan di Afrika Utara.

Dibebaskan dari Kegelapan Orang Mesir

Beberapa penganiayaan terburuk terhadap orang-orang percaya berlatar belakang "agama lain" di Afrika Utara sedang datang dari anggota keluarga mereka sendiri. Pemerintah atau pihak yang berwajib biasanya membiarkan penyerangan-penyerangan tersebut karena mereka berpihak pada para penyerang.

L (berusia 19 tahun), dibesarkan di keluarga "agama lain" yang taat. Ia diajarkan untuk membenci orang-orang Kristen. Suatu hari, seorang teman satu sekolah yang "beragama lain" meminta L untuk ikut dengan dia mendengarkan program-program radio Kristen. Mereka berkirim surat kepada pembawa acara untuk memprovokasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang mereka yakin orang-orang Kristen tidak dapat menjawabnya.

L mengirimkan sepucuk surat menjelaskan ia adalah seorang gadis "agama lain" yang tidak akan pernah "tergoyahkan dari imannya." Ia ingin tahu apakah "Kristus adalah Allah, utusan, atau Anak Allah."

Ia terkejut ketika pembawa acara membalas surat pertanyaannya dengan surat kasih.

"Ia tidak menyerangku dan aku menemukan diriku menyukai apa yang dia tulis. Aku membaca suratnya beberapa kali setiap hari." Akhirnya L bertemu dengannya; ia memberikan kepada L sebuah Alkitab dan memperkenalkan Yesus kepada L.

"Aku menerima Tuhan di dalam hidupku. Aku merasa Allah sedang memutar jalanku," kata L.

L memasuki kedamaian dan terang Kristus, tetapi ia mengalami penentangan dari mereka yang memutuskan untuk membawanya kembali ke dalam kegelapan. Untuk pertama kalinya, ayahnya memukulinya dengan brutal. Anggota keluarganya menganggapnya seorang kafir.

Mereka tidak memperbolehkan L makan semeja dengan mereka atau mencampur pakaiannya dengan mereka. Mereka takut peralatan makan mereka dan pakaian mereka terkontaminasi oleh kafir.

Suatu malam, ayah L mengusirnya keluar rumah ketika ayahnya menemukan dia sedang mendengarkan program radio Kristen. Keesokan paginya, ia menelepon ayahnya memohon untuk boleh pulang ke rumah.

"Aku mengatakan kepada ayahku aku tidak punya uang, ke mana aku dapat pergi? Ia memperingatkan aku untuk tidak menghubunginya lagi. Ia berkata putrinya sudah mati."

L melewati malam-malamnya dengan tinggal di gerbong kereta api karena dia tidak punya dan tidak tahu harus tinggal di mana. Akhirnya, Ia memperoleh pekerjaan di sebuah toko buku Kristen. Suatu hari, seorang pembeli yang berpakaian rapi datang ke toko dan meminta bantuan pada L. Ketika L mengikuti pria tersebut ke luar, tiba-tiba ia mendorong L masuk ke dalam vannya dan menutup pintunya. Ia membawa L ke kantor Keamanan Nasional, tempat ia menahan L selama 3 hari.

"Seandainya aku berteriak di tempat itu, tidak ada seorang pun yang akan mendengar suaraku," kata L. "Lantainya sangat kotor, dan aku tidak mau duduk di situ."

Orang itu mendesak L untuk memberitahu siapa orang yang membaptisnya. L adalah orang yang baru percaya dan ia masih belum mengetahui mengenai baptisan. "Aku berkata kepadanya aku tidak tahu apa yang ia sedang tanyakan. Ia memukul aku dengan brutal dan bahkan menggunduli kepalaku. Ia mematahkan kakiku dan aku jatuh ke lantai."

Pria tersebut meninggalkan L seorang diri. L takut orang itu akan kembali dan memerkosa L. Ia berseru kepada Tuhan dari kegelapan, "Tuhan, apakah aku bukan anak-Mu? Mengapa Engkau membiarkan orang tersebut melakukan hal ini padaku?"

Penganiaya tersebut kemudian kembali dan bertanya mengapa ia tidak mau bekerja sama. L berkata, "Bapak akan mengerti sekali Tuhan menyadarkan Bapak." Orang itu menjadi marah dan menghantamkan kepala L ke tembok hingga ia jatuh pingsan. Ketika L terbangun, ia kembali berada di dalam perlindungan orang tuanya. Orang tua L dan polisi Keamanan Negara mencoba berkali-kali untuk membawanya kembali ke "agama lain". L menolak, ia meninggalkan rumah dan sekali lagi bersembunyi dari mereka.

"Aku sedang dalam bahaya besar, tetapi aku percaya Tuhan karena Dia hidup," kata L. "Di bumi, hidup kita hanya sebentar, tetapi akan ada waktu yang panjang yang aku akan habiskan bersama dengan Dia."

L bertemu dengan anak-anak muda Kristen yang dengan berani membagikan Kabar Baik kepada yang lainnya; mereka menguatkan satu sama lain dan menatap ke masa depan. Lampu-lampu mereka diisi dengan minyak kesukaan (Ibrani 1:9) dan bercahaya dengan terang di Mesir.

L berkata kepada kami, "Kami tahu akan ada waktunya ketika tidak ada lagi kesedihan atau penderitaan. Ini adalah harapan kami di dalam Kristus."

Pelayanan kami mendukung program-program Kristen melalui radio dan televisi di seluruh dunia mereka, dan juga menolong orang-orang percaya baru seperti L ketika mereka membutuhkan uang, makanan, dan tempat untuk bersembunyi. Di Mesir, kami juga mendukung toko-toko buku Kristen seperti salah satu toko di mana L dipekerjakan. Toko-toko ini adalah mercusuar di negara mereka.

L dan orang Kristen berlatar belakang "agama lain" memohon dukungan doa dan pertolongan Anda.

Diambil dari:
Nama buletin: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Mei - Juni 2008
Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Penulis: Tidak dicantumkan
Halaman: 3 -- 4
www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

awasan Hidup Baru

Bacaan: 1 Petrus 1: 18-19

1:18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmuyang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,

1:19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Ketika Tuhan Yesus berkata, "Akulah jalan, kebenaran dan hidup" (Yoh 14:6), sebenarnya Ia hendak membawa murid-muridnya kepada kawasan hidup yang baru. Kawasan hidup ini belum mereka kenal sebelumnya, dan tidak dikenal oleh orang lain. Kawasan hidup tersebut tidak boleh tidak dilalui oleh orang-orang yang akan dilayakkan menjadi keluarga Kerajaan Surga. Orang yang menjadi murid Yesus pasti melaluinya; tanpa melaluinya seseorang tidak menjadi murid Yesus. Berarti ia juga tidak akan pernah dilayakkan menjadi anggota keluarga Kerajaan.

Pada umumnya orang belum merasa perlu memasuki kawasan hidup baru itu, sebab mereka sudah terbelenggu gaya hidup lama yang sudah mengikat kehidupannya. Cara hidup ini hendak meningkatkan kualitas hidupnya di dunia, agar memperoleh hidup yang layak di mata manusia lain. Mereka menganggapnya suatu kewajaran dan bukan suatu hal yang buruk, serta sama sekali tidak berbahaya. Apalagi sebab mereka tidak merugikan sesama, tentu gaya hidup ini tidak tercela di mata orang lain; terlebih lagi karena orang lain pun memiliki gaya hidup yang serupa.

Namun gaya hidup itu tidak menyenangkan dan tidak memuaskan hati Tuhan. Orang-orang yang melestarikan gaya hidup seperti ini bahkan memanfaatkan Tuhan demi mencapai kebesaran dunia ini. Seolah-olah Tuhan ada hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani mereka; mata mereka tertutup, seperti katak dalam tempurung yang mengira kawasan hidup hanyalah di bawah tempurung itu. Mereka tidak menyadari ada kawasan lain yang mestinya bisa dikenali dan bisa dijelajahi.

Melalui pemberitaan ajaran Injil yang murni, mata pengertian orang Kristen hendak dibuka untuk melihat adanya kawasan hidup yang lebih luas. Inilah yang dimaksud oleh Petrus, bahwa Yesus menumpahkan darah-Nya agar bisa menebus kita dari cara hidup yang sia-sia, yang diwarisi dari nenek moyang kita.

Dengan meninggalkan cara hidup yang sia-sia, kita belajar hidup dalam kawasan hidup yang baru. Kawasan baru tersebut seperti wilayah luas yang memiliki bagianbagian yang namanya antara lain mengikut Yesus, salib, menyangkal diri, lebih dari pemenang, damai sejahtera tidak seperti yang diberikan dunia, sukacita penuh, baptisan air, baptisan api, menyembah Tuhan, berbakti kepada Tuhan, kelahiran kembali, dipenuhi Roh Kudus dan lain sebagainya. Wilayah-wilayah ini tidak menyenangkan bagi kedagingan dan watak dosa yang sudah mengakar dalam diri manusia. Bila kita berminat untuk selamat, mari belajar kebenaran Firman yang murni untuk menemukan kawasan baru tersebut dan hidup di dalamnya.

Yesus menumpahkan darah-Nya untuk menebus kita dari cara hidup yang sia-sia agar kita dapat memasuki kawasan hidup yang baru


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 27 September 2011

BUYUNG AIR RIBKA

Gadis cantik itu memberi minum seorang asing dari buyung airnya.
Tidak berhenti di situ, ia juga memberi minum unta orang itu.
Tampaknya tidak terlalu istimewa, ya? Tetapi, marilah kita
berhitung. Untuk memuaskan seekor unta yang haus diperlukan air
hampir empat buyung. Nah, unta orang itu bukan hanya seekor tetapi
sepuluh! Jadi, berapa kali gadis itu harus bolak-balik menimba air?
Ah, Anda tentu mulai melihat sesuatu yang istimewa di sini.

Anda tentu tahu, gadis cantik itu bernama Ribka. Tampaknya ia
menerapkan hikmat yang dituliskan Pengkhotbah sekian abad kemudian.
Apakah ia melakukannya karena membayangkan hendak dipersunting
seorang pangeran tampan idaman? Apakah ia melakukannya hanya untuk
pamer, hendak memikat hati orang asing itu, siapa tahu ia dapat
memperoleh keuntungan dari kebaikannya? Jelas tidak. Ia sama sekali
belum mengenal hamba Abraham itu. Justru kemungkinan besar Ribka
sudah terbiasa melakukannya, memberi minum orang-orang asing lain.
Ia melakukannya karena memang ia pekerja keras dan murah hati. Dan,
pada petang yang tak terduga itu, sikap tersebut membuatnya terhisab
dalam kisah penebusan agung yang tengah ditenun Tuhan.

Apa pun tugas yang ada di tangan kita, marilah kita menerapkan
hikmat Salomo serta meneladani sikap Ribka. Mungkin hasilnya tidak
sedramatis yang dialami oleh Ribka. Akan tetapi, sepanjang kita
melakukannya dalam penyertaan Tuhan dan bagi kemuliaan-Nya, kita
dapat mengambil bagian dalam kreativitas Sang Pencipta dan turut
memelihara serta memperindah ciptaan-Nya --ARS

TIDAK TERLALU PENTING TUGAS ATAU PEKERJAAN APA YANG KITA LAKUKAN
YANG TERUTAMA ADALAH SIKAP HATI KITA DALAM MELAKUKANNYA

e-RH Situs: http://renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2011-09-28
e-RH
arsip web: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2011/09/28/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2011/09/28/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ayat Alkitab: http://alkitab.sabda.org/?Kejadian+24:10-21

Kejadian 24:10-21

10 Kemudian hamba itu mengambil sepuluh ekor dari unta tuannya dan
pergi dengan membawa berbagai-bagai barang berharga kepunyaan
tuannya; demikianlah ia berangkat menuju Aram-Mesopotamia ke
kota Nahor.
11 Di sana disuruhnyalah unta itu berhenti di luar kota dekat suatu
sumur, pada waktu petang hari, waktu perempuan-perempuan keluar
untuk menimba air.
12 Lalu berkatalah ia: "TUHAN, Allah tuanku Abraham, buatlah
kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih
setia-Mu kepada tuanku Abraham.
13 Di sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan
penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air.
14 Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata:
Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang
menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi
minum--dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak;
maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah
menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu."
15 Sebelum ia selesai berkata, maka datanglah Ribka, yang lahir
bagi Betuel, anak laki-laki Milka, isteri Nahor, saudara
Abraham; buyungnya dibawanya di atas bahunya.
16 Anak gadis itu sangat cantik parasnya, seorang perawan, belum
pernah bersetubuh dengan laki-laki; ia turun ke mata air itu dan
mengisi buyungnya, lalu kembali naik.
17 Kemudian berlarilah hamba itu mendapatkannya serta berkata:
"Tolong beri aku minum air sedikit dari buyungmu itu."
18 Jawabnya: "Minumlah, tuan," maka segeralah diturunkannya
buyungnya itu ke tangannya, serta diberinya dia minum.
19 Setelah ia selesai memberi hamba itu minum, berkatalah ia:
"Baiklah untuk unta-untamu juga kutimba air, sampai semuanya
puas minum."
20 Kemudian segeralah dituangnya air yang di buyungnya itu ke dalam
palungan, lalu berlarilah ia sekali lagi ke sumur untuk menimba
air dan ditimbanyalah untuk semua unta orang itu.
21 Dan orang itu mengamat-amatinya dengan berdiam diri untuk
mengetahui apakah TUHAN membuat perjalanannya berhasil atau
tidak.
www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jerat Dunia

1 Yohanes 2: 15
2:15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya.Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.

Harus kita pertanyakan ketika kita bangun pagi mempersiapkan diri untuk bekerja dan melakukan segala kegiatan: untuk apakah dan untuk siapakah semua itu? Apakah kita melakukannya hanya karena kita merasa sedang menjalani tugas kehidupan rutin seperti manusia lain? Jika demikian, kita telah terpenjara oleh tugas kehidupan yang tidak jelas tujuannya, sebab akhirnya akan bermuara pada kematian dan semua akan ditinggalkan dengan sia-sia. Wajarnya manusia hidup adalah menikah, mempunyai anak, membesarkan anak, menemukan menantu, mengasuh cucu dan mengakhiri hidup.

Atau mungkin juga kita melakukannya karena ada suatu hasrat dalam diri kita untuk mencapai suatu kualitas kehidupan yang dimiliki juga oleh orang lain, bahwa manusia sewajarnya mempunyai uang cukup, memiliki rumah, mobil dan berbagai fasilitas lainnya. Idealnya memiliki uang dalam jumlah besar, rumah mewah, mobil mewah dan berbagai fasilitas kelas atas.

Demikianlah pada umumnya manusia hidup. Ini adalah  latría, yaitu ibadah atau kebaktian kepada obyek yang bukan Tuhan. Orang-orang seperti ini bukannya tidak bergereja. Mereka bergereja juga, dan mengandalkan Tuhan juga. Dengan berani mereka berkata kepada Tuhan bahwa Ia adalah segalanya. Kenyataannya, ada berhala dalam hatinya. Ia telah terjerat oleh dunia, melalui persahabatan dengan dunia. Tidak banyak orang yang menyadari dirinya bersahabat dengan dunia ini, tetapikalau ia masih mencari kualitas hidup seperti orang lain, ia sejatinya memberhalakan dunia ini. Takhta dalam hatinya yang seharusnya hanya diduduki oleh Tuhan telah diserahkan kepada duplikat atau berhala. Itu sama saja dengan menghina Tuhan.

Bila kondisi seperti ini tidak diubah dengan serius melalui pembaruan pikiran, maka kita akan terjerat sampai selama-lamanya dan tidak pernah bisa lepas. Kalau Tuhan masih memberikan peringatan-Nya kepada kita melalui renungan ini, berarti Ia masih mempunyai belas kasihan dan memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat. Maka kalau hari ini kita masih belum menempatkan Tuhan di tempat yang seharusnya, dan menggantikannya dengan Mamon atau kekayaan dunia, mari segera bertobat. Jika tidak, kita bisa terhilang selama-lamanya karena tidak menghormati Tuhan sepantasnya. Mari beri makan pikiran kita dengan kebenaran Firman yang memadai, sehingga dalam hidup kita, kita bisa memahami apa artinya melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Tuhan (1Kor. 10:31).

Lepaskan diri dari belenggu jerat dunia dan kenakan kebenaran yang memadai agar kita bisa melakukan segalanya untuk kemuliaan Tuhan saja.

Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 26 September 2011

 • BATAS PANDANG •

Negarawan Jerman pernah berkata "Kita semua hidup ‎​di bawah langit yg sama, tetapi tdk semua org mempunyai cakrawala yg sama". Artinya, meskipun kita diperhadapkan dgn situasi & kondisi yg sama, namun CARA PANDANG kita bisa berbeda.

Ada yg memiliki "cakrawala" atau BATAS PANDANG yg pendek & sempit, tapi ada juga yg memiliki BATAS PANDANG yg luas & besar. Apa ÿÄŸ membedakan diantara keduanya & bagaimana kita memiliki CARA PANDANG yg luas?

Yang membedakan BATAS PANDANG tsb adl tempat kita berada saat ini. Semakin RENDAH tempat kita maka semakin TERBATAS penglihatan kita. Misalnya kita terjebak kemacetan panjang, kita tdk akan tahu penyebab kemacetan yg didepan sana, krn pandangan kita dterhalang oleh banyaknya mobil didepan kita. Namun jika kita naik helikopter & berada ditempat yg tinggi maka kita dgn mudah bisa melihat seberapa panjang kemacetan itu & apa penyebabnya. Semakin TINGGI tempat kita melihat, semakin LUAS kita bisa memandang.

Jika kita naik semakin tinggi & lebih dekat dgn TUHAN, maka tentunya akan semakin luas pula batas pandang kita terhadap suatu masalah yg TUHAN ijinkan terjadi dlm hidup kita. Dengan itu, kita akan menjadi org Kristen yg tetap bersyukur kpd YUHAN sebab kita tahu bahwa ALLAH turut bekerja dlm segala perkara utk mendatangkan kebaikan kpd kita. Kita tahu bahwa dibalik masalah ÿÄŸ sdg kita hadapi hari ini, DIA sudah menyediakan berkat bagi kita.

Sebaliknya, jika kita melekat kpd dunia ini, maka akan semakin sulit bagi kita utk melihat rencana & maksud TUHAN dlm hidup kita. Tdk heran kalau kita sll mengeluh & memiliki cara pandang yg negatif terhadap masalah yg sdg kita hadapi.



SEBERAPA TINGGI TEMPAT KITA BERADA SANGAT MENENTUKAN SEBERAPA JAUH BATAS PANDANG KITA... DEKAT DGN TUHAN YG MAHA TINGGI MAKA YG LAIN AKAN TERLIHAT KECIL.


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®
WES MOORE

Pada Desember 2000, surat kabar Baltimore Sun memuat berita
tentang Wes Moore, siswa teladan penerima beasiswa Rhodes. Uniknya,
dalam koran yang sama, termuat pula berita lain tentang anak-anak
muda yang menjadi buronan karena membunuh polisi. Dan, salah satu
pemuda pembunuh itu juga bernama Wes Moore sama namanya, tetapi beda
orangnya. Kini Wes Moore yang pertama terus berprestasi di
masyarakat dan menjadi pemimpin bisnis yang berhasil. Tragisnya, Wes
Moore yang kedua kini menjalani hukuman seumur hidup karena
kejahatannya. Nama dua orang ini persis sama; mereka berasal dari
kota yang sama, lingkungan yang sama kerasnya, dan sama-sama
kehilangan ayah sejak kecil.



Dua kehidupan yang sangat mirip ketika muda, tetapi bisa sangat
berbeda di masa depan. Ini karena keluarga Wes Moore yang pertama
berusaha memilihkan "jalan kehidupan" baginya. Kakek-neneknya
merelakan rumah mereka dijual agar Moore dapat disekolahkan di
sekolah militer yang mengasah karakter dan kepribadiannya.



Tragedi dalam kehidupan bisa terjadi ketika orang mengabaikan hikmat
dari Tuhan tentang bagaimana menjalani hidup. Ketika orang
"berpaling dan tidak mau mendengar" Tuhan, bahkan "mau disesatkan"
untuk mengikut jalan yang di luar kehendak Tuhan (ayat 17). Sebab di
hidup ini ada dua pilihan besar yang harus diputuskan: kehidupan dan
keberuntungan atau kematian dan kecelakaan (ayat 15). Orang yang
memilih untuk mengasihi Tuhan dan hidup menurut jalan-Nya, sudah
jelas masa depannya: "supaya engkau hidup, baik engkau maupun
keturunanmu" (ayat 19). Mari memilih jalan kehidupan!

HIDUP MANUSIA BUKAN BERGANTUNG PADA NASIB
TETAPI PADA PILIHANNYA UNTUK BERPAUT KEPADA TUHAN ATAU TIDAK
www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®
 PERSAINGAN

 " Maka timbullah pertengkaran di
antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka.  Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka.  Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan

menempatkannya di samping-Nya, dan berkata kepada mereka: "Barangsiapa

menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut

Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu

sekalian, dialah yang terbesar." Yohanes berkata: "Guru, kami lihat

seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan

pengikut kita." Yesus berkata kepadanya: "Jangan kamu cegah, sebab

barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu." (Luk 9:46-50).

 

Banyak orang

mengatakan  pada masa sekarang bersiap

persaingan dalam hidup ini semakin sengit, persaingan dalam pekerjaan, persaingan

dalam bisnis dll.  Kalau kita mencermati

dan merenungkan injil di atas, ternyata persaingan sudah ada sejak dulu 2.000

tahun yang lalu, digambarkan suasana persaingan antar para murid Yesus, mereka

ingin disebut atau diakui untuk menjadi yang terbesar. 

 

Bagian kedua, lalu

muncul persaingan Yohanes melarang seseorang yang mengusir setan dalam nama

Yesus, itu muncul karena persaingan, mereka tidak mau terkalahkan oleh orang

lain dan bahkan Tuhan pemimpin Yesus.  Ditengah-tengah cara orang melihat hidup sebagai arena persaingan, Yesus

justru melahirkan paradigma yang lain, di mana orang berlomba melatih diri untuk

menjadi yang terbesar.  Yesus mengingatkan

mereka, justru persatuanlah yang dipilih.  Di sini Yesus menawarkan paradigma lain untuk mengatasi persaingan, Ia mengajak

kita melihat yang baik dan tidak ada persaingan, semestinya kita satu sama lain

bergandengan tangan bekerja sama, berkomunikasi, dan bukan kompetisi.  Kalau dilihat bagian yang kedua, yang menjadi

perhatian Yesus, juga bukan siapakah yang mengusir setan, apakah dia murid-murid

Yesus,  atau bukan. Yesus mengingatkan

kita, Yesus menawarkan solusi bahwa bagaimana orang tersebut terbantu

terselamatkan. 

 

Apabila kita sendiri menghadapi

keadaan seperti itu, apakah kita mau dan mampu menanggapi dan mengedepankan

kerja sama?

 

Tuhan Yesus memberkati

kita semua.  Amin

 

Nita Garo


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

 "Apakah Engkau mau supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?"

(Za 8:20-23; Luk 51-56)

"Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain." (Luk 9:51-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Beerrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Vinsensius de Paul, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setia pada hidup beriman atau beragama tidak akan terlepas dari aneka tantangan, hambatan atau masalah, entah itu bersifat vocal atau phisik. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan bahwa Yesus mengarahkan pandanganNya serta murid-muridNya ke Yerusalem, yang berarti harus melewati daerah orang-orang Samaria yang memusuhiNya, dengan kata lain harus berhadapan dengan orang-orang yang akan mempersulit atau menghambat perjalananNya. Menuju ke Yerusalem berarti memenuhi kewajiban, tugas atau perutusan dengan paripurna. Kita semua kiranya mendambakan pemenuhan penghayatan iman kita atau dambaan, kerinduan dan cita-cita yang baik. Ada godaan ketika sedang berusaha mewujudkannya menghadapi orang-orang yang mempersulit atau menghambat maka kita akan berdoa "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" . Tantangan, hambatan atau masalah yang muncul dari kesetiaan dan ketaatan pada iman, panggilan dan

tugas pengutusan merupakan wahana atau jalan menuju kesempurnaan hidup beriman, terpanggil atau terutus, maka hendaknya dihadapi dengan rendah hati serta bantuan rahmat Tuhan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti akan mampu menghadapi dan mengatasi aneka tantangan, hambatan dan masalah tersebut. St.Vinsensius de Paul yang kita kenangkan hari ini kiranya dapat menjadi teladan dalam menghadapi tantangan, masalah dan hambatan, terutama dalam pelaksanaan tugas pengutusan untuk memperhatikan dan melayani mereka yang miskin dan berkekurangan. Entah mereka miskin dan berkeurangan secara phisik, social, psikis, emosional, intelektual maupun spiritual, marilah kita perhatikan.   

·   "Beginilah firman TUHAN semesta alam: "Masih akan datang lagi bangsa-bangsa dan penduduk banyak kota. Dan penduduk kota yang satu akan pergi kepada penduduk kota yang lain, mengatakan: Marilah kita pergi untuk melunakkan hati TUHAN dan mencari TUHAN semesta alam! Kami pun akan pergi!" (Za 8:20-21). "Mencari Tuhan semesta alam", itulah kiranya dambaan atau kerinduan semua umat beriman atau beragama yang baik dan benar. Tuhan hadir dan berkarya terus menerus dalam seluruh ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya, dan karyaNya dalam diri manusia antara lain dapat menjadi nyata dalam kehendak baik. Saya percaya bahwa orang yang berkehendak baik lebih banyak daripada yang berkehendak jahat atau tidak baik, dan yang berkehendak tidak baik hanya sedikit atau segelintir saja. Maka marilah kita cari Tuhan dalam diri sesama kita yang berkehendak baik, dengan kata lain marilah kita saling membagikan

kehendak baik kita untuk disinerjikan dalam rangka menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Marilah kita bergotong-royong, saling menolong dan mendukung dalam penghayatan iman serta pencarian Tuhan. "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh", demikian kata sebuah pepatah. Kita sama-sama beriman dan beragama alias percaya kepada Tuhan, sama-sama ber-Tuhan, maka marilah kita perdalam dan teguhkan kebersamaan kita sehingga terjadilah kesatuan hidup yang handal, mempesona dan menarik. Kita hayati apa yang sama di antara kita sehingga apa yang berbeda akan fungsional untuk memperdalam dan memperkembangkan persatuan. Para suami-isteri, laki-laki dan perempuan, yang berbeda satu sama lain kiranya memiliki pengalaman bahwa perbedaan tidak menjadi hambatan untuk bersahabat dan bersatu, maka kami berharap pengalaman tersebut diperdalam dan disebarluaskan dalam kehidupan bersama, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, beriman dan

beragama. Tuhan kita adalah Tuhan semesta alam, maka selayaknya kita berusaha agar semua yang ada di alam raya ini bersatu dan bersahabat satu sama lain, terutama manusia, ciptaan terluhur dan termulia di alam raya ini.

"Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya: TUHAN lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub. Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah." (Mzm 87:1-3)


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Latria

Roma 12: 1

12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

Kata lainnya yang sangat penting untuk dibedah adalah latría. Kata ini terdapat di beberapa ayat dalam Alkitab. Rasul Paulus menggunakannya untuk menasihati kita untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang yang hidup, yang kudus dan yang dikenan Allah. Itu adalah ibadah yang sejati. Kata ibadah dalam teks ini adalah latría.

Kata latría berarti penggunaan semua potensi jasmani dan rohani seseorang untuk suatu tujuan atau maksud. Ini pengertian yang berbeda dengan sebuah kata lain untuk ibadah yaitu lituryía. Lituryía merupakan akar kata liturgi, yang bermakna tata cara ritual keagamaan.

Maka kita tidak boleh merasa sudah berbakti kepada Tuhan hanya karena telah pergi ke gereja atau melakukan suatu kegiatan dalam lingkungan pelayanan gereja. Berbakti yang sesungguhnya adalah menggunakan seluruh potensi dalam kehidupan ini untuk kepentingan Tuhan sepenuhnya. Ingat, orang tidak bisa mengabdi kepada dua tuan (Mat. 6:24). Dengan demikian yang disebut ibadah atau kebaktian adalah seluruh kegiatan hidup yang dilakukan seseorang. Hendaknya kita mengerti bahwa bisnis bagi pedagang, tugas medis bagi seorang dokter dan perawat, mengajar bagi seorang guru atau dosen dan segala aktivitas adalah kebaktian kita yang sesungguhnya. Mempersembahkan tubuh kita dalam segala aktivitas itu hanya kepada Allah adalah ibadah yang sejati.

Dengan demikian, rumah ibadah bukan hanya gereja atau tempat lain yang sering disebut rumah ibadah. Rumah ibadah yang sesungguhnya adalah semua tempat di mana seorang anak Tuhan memaksimalkan potensi untuk tugas kehidupan ini. Tugas kehidupan adalah mengembangkan potensi atau bakat, mencari nafkah untuk memenuhi tanggung jawab bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara dan pekerjaan Tuhan. Gereja adalah rumah ibadah yang sesungguhnya untuk fulltimer atau mereka yang bekerja sepenuh waktu di gereja, karena di sana merekalah yang menggunakan potensi jasmani dan rohani. Tetapi bagi jemaat, gereja hanya "tempat pertemuan". Ini bukan berarti gereja bukan rumah ibadah bagi jemaat; tetapi itu hanya bagian kecil dari ibadah atau kebaktiannya.

Jadi, betapa malangnya kalau kita merasa sudah beribadah atau berbakti hanya karena rajin ke gereja. Ibadah yang sejati kita lakukan di segala tempat dan di setiap saat kita beraktivitas. Apakah kita sudah menjadi persembahan yang hidup, kudus dan menyenangkan-Nya dalam seluruh aktivitas kita?

Ibadah yang sejati kita lakukan di segala tempat dan di setiap saat kita beraktivitas.

Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 25 September 2011

KEPEMIMPINAN BIBLIKA

Secara tradisional, Ezra dipandang sebagai pencetus Yudaisme. Dengan memberi penekanan pada peranan penting Taurat dalam hidup masyarakat, Ezra telah memberi fondasi yang solid dan kukuh terhadap Yudaisme. Inilah salah satu alasan mengapa bangsa Israel dapat bertahan di kemudian hari, ketika menghadapi pengaruh Helenisasi (pengaruh kebudayaan Yunani termasuk dalam tata cara hidup sangat dominan pada zaman itu, Red.) dan pengaruh budaya dan agama penguasa asing. Saat sejarah bangsa Israel yang kritis, Ezra tampil ke panggung sejarah dengan mendorong umat kembali kepada kitab suci. Gerakan reformasi yang dicetuskan Ezra berkaitan erat dengan munculnya rumah-rumah ibadat (sinagoge) di luar dan di dalam Palestina, yang berperan penting dalam reformasi tersebut. Peranan sinagoge sebagai pusat pendidikan Taurat berlangsung hingga masa pelayanan Yesus. Dalam Injil cukup sering Yesus diberitakan berada di sinagoge mengajar orang banyak. Bahkan sinagoge kemudian hari berfungsi sebagai tempat penyebaran Injil. Paulus selalu memulai pemberitaan Injil di tiap kota dengan mengunjungi sinagoge. Ibadah di sinagoge tidak hanya dihadiri warga Yahudi, melainkan juga warga bukan Yahudi. Berbagai etnis bukan Yahudi yang datang ke sinagoge terbagi dalam dua kelompok yakni proselit (Pengikut agama Yahudi baru, Red.) dan phobos tou Theou (orang yang takut akan Tuhan, Red).

Reformasi berhasil menempatkan hukum Taurat sebagai pusat kehidupan bangsa Israel. Hukum Taurat ditafsirkan secara akurat untuk diterapkan secara ketat. Usaha demikian menyebabkan bangsa terbagi menjadi beberapa golongan. Reformasi yang dibawa Ezra, meski satu tujuan, melahirkan beberapa gerakan yang bersifat keagamaan seperti Farisi [Penganut aliran agama Yahudi zaman dahulu, yang terkenal sangat fanatik pada ajaran agama dan tradisi mereka, Red.], Saduki [Suatu golongan pemimpin agama Yahudi, yang sebagian besar terdiri dari imam-imam. Mereka mendasarkan pengajarannya pada kelima kitab Musa dan menolak segala adat istiadat yang ditambahkan kemudian. Mereka tidak percaya kepada kebangkitan dan adanya malaikat. Terhadap kebudayaan Yunani golongan ini sangat terbuka, Red.], Eseni [Sebuah mazhab Yahudi dengan kecenderungan melakukan askese secara keras, Red], dan Zelot [Golongan orang-orang Yahudi yang mati-matian menentang kuasa penjajah Romawi, sering berupa gerakan di bawah tanah. Nama itu berarti: orang yang giat berjuang untuk kebebasan politik, Red.] [1]. Pada masa pelayanan Yesus, keberadaan berbagai aliran Yudaisme sebagai hasil perbedaan tafsiran tidak dipersoalkan Yesus. Meski Yesus menerima keberadaan mereka, namun Ia tidak mengidentifikasi diri-Nya ke dalam salah satu golongan atau aliran Yudaisme. Yesus juga tidak berusaha menggantikan aliran-aliran yang ada. Keragaman aliran dalam Yudaisme tidak dapat dipandang sebagai efek negatif reformasi yang dibawa Ezra. Jika dalam Injil Yesus sering diberitakan berhadapan secara kritis dengan aliran-aliran Yudaisme, khususnya golongan Farisi, maka yang mendapat kecaman adalah sikap orang Farisi yang tidak menjalankan secara konsisten apa yang mereka yakini benar. Dengan perkataan lain, bukan alirannya yang dikecam Yesus, melainkan kemunafikan hidup orang Farisi.

Di atas telah diuraikan karakteristik pemimpin dalam Perjanjian Lama. Bagaimana dengan Perjanjian Baru? Keterbatasan tempat tidak memungkinkan untuk menguraikannya. Secara umum dapat terlihat kesentralan firman Allah dalam kehidupan Yesus. Injil Matius, sebagai contoh, merekam hampir verbatim lima khotbah Yesus. Analisis kepemimpinan Musa dan Ezra telah membawa kita kepada satu pemahaman mendasar bahwa pada hakikatnya, Musa dan Ezra adalah pelayan firman Allah.

Pelayan Firman Allah

Jika kita dapat mengatakan bahwa Musa dan Ezra adalah pelayan Firman Allah, maka kita telah melihat unsur kontinuitas kepemimpinan Kristen yakni Firman Allah. Sebenarnya, keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin diukur dari kesetiaannya terhadap firman Allah. Seorang pemimpin adalah pelayan firman Allah. Sebagai pelayan firman Allah, pemimpin menghidupkan firman Allah melalui dan di dalam hidupnya. Kepemimpinannya bertahan bukan karena pedang kekuasaan tetapi firman Allah. Firman Allah datang ke dalam hidup komunitas umat Allah melalui khotbah. Sebelum firman Allah dihidupkan dalam kehidupan masyarakat terlebih dahulu, firman Allah harus dihidupkan melalui khotbah di jemaat [2]. Tugas menghidupkan firman Allah melalui khotbah adalah tugas pemimpin. Melalui khotbah yang hidup, seorang pemimpin umat Allah mampu mentransformasikan masyarakat. Hanya dengan firman Allah, umat Allah dapat memiliki dampak transformasi abadi terhadap masyarakat. Dengan demikian, pembangunan jemaat melalui khotbah menjadi kunci utama terjadinya transformasi masyarakat, dan pembangunan jemaat hanya terjadi melalui firman Allah yang dihidupkan oleh pelayan firman Allah.

Masyarakat Indonesia saat ini berada dalam suatu situasi krisis yang sering diringkas ke dalam satu kata yakni "reformasi". Artinya masyarakat Indonesia membutuhkan suatu perubahan radikal dalam segala bidang kehidupannya. Bangsa Indonesia sedang mencari bentuk masyarakat dan moralitas yang sesuai dengan bentuk sosial tersebut. Apakah reformasi demikian sedang atau akan terjadi dapat diperdebatkan? Namun yang jelas, jika perubahan drastis terjadi, maka masyarakat akan terus menerus menghadapi berbagai bentuk kejutan sosial dan budaya. Unsur diskontinuitas terlalu dominan, mengakibatkan banyak masyarakat tidak siap menghadapi perubahan sosial dan budaya tersebut, karena sirnanya bentuk masyarakat dan moralitas lama. Masyarakat menjadi bingung dan hidup tanpa arah. Terhadap masyarakat tanpa gembala tersebut, umat Allah harus bangkit memimpin dengan menunjukkan belas kasihan (compassion). Artinya? Umat Allah secara komunal menghidupkan firman Allah, sehingga masyarakat dapat hidup sebagai masyarakat. Tanpa umat Allah hidup sebagai umat Allah, maka masyarakat tidak memiliki arah untuk hidup sebagai masyarakat. Umat Allah yang hidup sebagai umat Allah adalah pelayan firman Allah. Agar umat Allah dapat hidup sebagai umat Allah, perlu terlebih dahulu pemimpin menghidupkan firman Allah.

Jika penyentralan firman Allah terlihat jelas dalam kehidupan bergereja masa kini, maka sebenarnya perhatian terhadap bidang-bidang lain tidak perlu terlalu berlebihan. Kelihatannya banyak pemimpin kehilangan kesentralan firman Allah dalam kehidupan bergereja, sehingga tidak heran jika sentral "keahlian" (baca konseling, manajemen, dsb.) menggantikan pusat firman Allah. Bila keahlian sudah menjadi sentral, tidak heran bila fokus pelayanan tidak lagi pada manusia. Kita tidak menolak berbagai keahlian yang juga adalah berkat Tuhan bagi gereja. Tetapi kedudukannya tidak berada di pusat kehidupan bergereja. Hanya pemimpin yang meletakkan firman Allah dalam pusat pelayanannya, dapat melihat manusia sebagai fokus pelayanannya.

Jadi, khotbah sebagai upaya menghidupkan firman Allah, bukan suatu pilihan atau alternatif dalam pembangunan jemaat. Khotbah adalah "sine qua non" (unsur utama/syarat utama, Red.) pembangunan jemaat. Khotbah yang menghidupkan firman Allah tidak hanya membangun jemaat, tetapi juga memiliki dampak kekal kepada masyarakat. Dengan demikian, kepemimpinan pelayan Firman Allah tidak terbatas di ruang gereja, tetapi keluar meluap secara berlimpah ke dalam masyarakat. Kepemimpinan demikian bertahan kukuh dalam arus perubahan zaman. Sebagai ilustrasi dapat ditunjuk kepemimpinan Martin Luther (1483-1546).

Memusatkan khotbah sebagai upaya untuk menghidupkan firman Allah, terlihat jelas dalam kepemimpinan Martin Luther sang reformator [3]. Ketika umat Allah berada dalam situasi krisis, Martin Luther membawa kembali firman Allah ke tengah kehidupan umat. Martin Luther tidak hanya seorang teolog, tetapi seorang pengkhotbah. Luther dalam Large Catechism 1530 menulis, "Saya seorang doktor dan juga pengkhotbah". Diperkirakan jumlah khotbah Luther mencapai 2000 buah. Bagi Luther, khotbah mendapat tempat terpenting dalam liturgi Protestan. Luther menyadari bahwa beribadah berarti mendengar khotbah. Khotbah, bagi Luther, bukan hanya sekadar perkataan manusia karena khotbah adalah perkataan Tuhan. Roh Kudus juga berperan aktif dalam khotbah. Tentang peran Roh Kudus dalam khotbah, Luther menulis "Tidak ada satu pun yang dapat mengerti Allah atau firman-Nya, kecuali dia sudah menerima pengertian langsung dari Roh Kudus". Bagi Luther, firman Allah dan Roh Kudus tidak terpisahkan seperti suara dan napas yang muncul saat berbicara. Intinya khotbah adalah Allah berbicara kepada manusia dengan bahasa manusia.

Kesimpulan

Kepemimpinan biblika adalah bentuk kepemimpinan yang berjalan dalam tradisi biblika. Frasa "tradisi biblika" menunjuk pada pusat firman Allah dalam kepemimpinan seseorang. Firman Allah menjadi sumber otoritas, dasar, dan tujuan kepemimpinan. Kepemimpinan biblika berdampak kekal dalam pembangunan jemaat. Sebagai pelayan firman Allah, seorang pemimpin membangun jemaat Kristus untuk berdiri kukuh dalam bangunan firman Allah. Jemaat yang telah dibangun oleh dan dalam firman Allah, pada gilirannya akan memimpin masyarakat untuk hidup sebagai masyarakat. Tanpa kepemimpinan gereja, maka masyarakat tidak punya arah dan tujuan untuk hidup sebagai masyarakat. Masyarakat melihat jemaat yang dihidupkan oleh firman Allah supaya masyarakat dapat hidup sebagai masyarakat. Jelaslah, kepemimpinan biblika memiliki dimensi personal dan komunal yang dijalin kuat oleh firman Allah. Seorang pemimpin memimpin jemaat dengan menghidupkan firman Allah melalui dan di dalam hidupnya, kemudian jemaat melanjutkan kepemimpinan kepada masyarakat. Kedua bentuk pengaruh personal dan komunal terkait secara kausalitas. Jadi, yang dibutuhkan gereja sepanjang masa adalah orang Kristen yang menghidupkan firman Allah di dalam dan melalui hidupnya. Inilah awal kepemimpinan biblika.

Daftar Pustaka:

________. 1997. Yesus dan Kepemimpinan. Halaman 81-99 dalam Berteologi Dalam Anugerah. Eds. Indriani Bone, Paul Hidayat, Anwar Tjen. Cipanas: STT Cipanas.

Barus, Armand. 2002. Kepemimpinan Yohanes Pembaptis. Veritas 3/1: 73-81.

Barth, Karl. 1991. Göttingen Dogmatics: Instruction in the Christian Religions I. Grand Rapids: Eerdmans.

Ferguson, Everett. 2003. Backgrounds of Early Christianity. 3rd edn. Grand Rapids: Eerdmans.

Myers, Jacob M. 1974. I and II Esdras: Introduction, Translation and Commentary. Anchor Bible. Garden City: Doubleday.

Ngien, Dennis. 2003. Theology of Preaching in Martin Luther. Themelios 28/2: 28-48.

Stott, John R.W. 1985. What Makes Leadership Christian. Christianity Today August 9: 24-27.

Tidball, Derek. 1986. Skilfull Shepherds: An Introduction to Pastoral Theology. Leicester: IVP.

Von Rad, Gerhard. 1962. Old Testament Theology I. London: Oliver & Boyd.

Catatan Kaki:

[1] Tentang aliran-aliran dalam Yudaisme lihat Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity. 3rd edn. (Grand Rapids: Eerdmans, 2003).

[2] Tentang supremasi khotbah di gereja lihat Karl Barth, Göttingen Dogmatics: Instruction in the Christian Religions I (Grand Rapids: Eerdmans, 1991).

[3] Diskusi lengkap lihat Dennis Ngien, "Theology of Preaching in Martin Luther", Themelios 28/2 (2003): 28-48.

Diambil dan disunting dari:
Nama Situs: Seminari Alkitab Asia Tenggara
Alamat URL: http://www.seabs.ac.id/journal/oktober2004/Kepemimpinan%20Biblika%20%28Armand%20Barus%29.pdf
Judul asli artikel: Kepemimpinan Biblika
Penulis: Armand Barus
Halaman: 4 -- 7


KUTIPAN

"Salah satu ujian kepemimpinan adalah kemampuan dalam mengenali masalah sebelum masalah itu menjadi berat." (Arnold H. Glasow)


JELAJAH BUKU: 77 KEBENARAN YANG HAKIKI DALAM PELAYANAN

Judul buku: 77 Kebenaran yang Hakiki dalam Pelayanan
Judul asli buku: The 77 Irrefutable Truths of Ministry
Penulis: Dr. Larry Keefauver
Penerjemah: Tim Penerjemah Media Injil Kerajaan
Penerbit: Media Injil Kerajaan, Semarang
Ukuran: 13,5 cm x 21 cm
Tebal: 168 halaman

Kepemimpinan Kristen harus didasari dengan kebenaran-kebenaran yang alkitabiah. Semua filosofi ataupun prinsip-prinsipnya harus selaras dengan kebenaran-kebenaran firman Tuhan. Dewasa ini banyak gereja-gereja yang memberikan seminar-seminar mengenai kepemimpinan dengan mengundang pembicara seorang motivator sekuler. Hal ini tidak seratus persen salah, tetapi gereja harus bersikap kritis terhadap prinsip-prinsip yang mereka sampaikan.

Dalam buku berjudul "77 Kebenaran yang Hakiki dalam Pelayanan", Dr. Larry Keefauver, menulis 77 artikel yang memiliki pembahasan berbeda-beda. Setiap artikel memberikan pembahasan dan penjelasan yang menarik, yang dapat membuka pola pikir kita dalam dunia pelayanan. Dalam buku ini, penulis berusaha menjelaskan dengan gaya bahasa yang sederhana, sehingga dapat dicerna dengan lebih mudah. Pembaca akan menemukan kebenaran-kebenaran alkitabiah tentang kepemimpinan berhati hamba, yang dapat membangun suatu warisan berkat yang langgeng. Silakan membaca buku ini, dan siapkan diri Anda untuk menjadi seorang pemimpin dan seorang pelayan Tuhan yang memiliki visi dan dasar alkitabiah yang benar.

Diulas oleh: Yonathan Sigit


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®