Sabtu, 30 Oktober 2010

Tuhanku yang meredakan badai mematikan itu.

Tuhanku Yang meredakan Badai Mematikan Itu

Pada tahun 1977 Budiman bekerja sebagai seorang pelaut yang bertugas
sebagai petugas radio. Bekerja di perusahaan dari Jepang ke Samarinda. Ia
adalah seorang pelaut yang memiliki kebiasaan untuk mencari hiburan pada
saat kapal mereka sedang sandar di darat. Hidupnya dikelilingi oleh minuman
keras dan wanita. Ia merasa nyaman dengan pekerjaannya yang menurutnya
adalah hidup yang enak. Pada suatu hari dalam sebuah perjalanan rutin ke
Jepang terjadi suatu peristiwa yang tak terduga. Hari masih siang, dalam
perjalanan sudah terdengar berita bahwa akan ada ombak besar dan taufan
Nina yang menuju ke arah kapal mereka. Tetapi setelah dipantau mereka
merasa terjadi masalah jadi mereka tetap berlayar. Pada jam 4 subuh
terjadi hal yang mereka kuatirkan. Kapal diterjang ombak dan mulai miring
dan bocor. Saat itu awak kapal sedang tertidur. Mereka dibangunkan dan
diperintahkan untuk ke sekoci. Mereka mengirimkan tanda bahaya (sos) ke
Taiwan tetapi tidak ditanggapi. Pada saat itu mereka merasa panik, putus
asa dan perasaan yang sudah campur aduk. Sekoci yang memuat awak kapal itu
terkatung-katung di Laut Cina Selatan. Topan telah menghempaskan sekoci
mereka dan terombang ambing di lautan. Dengan segenap kekuatan yang ada
mereka berusaha untuk selamat. Pada hari pertama mereka bisa makan satu
biscuit untuk dua orang. Seirit mungkin mereka menggunakan persediaan yang
ada supaya mereka bisa bertahan dilautan. Pada saat itu tiba-tiba ombak
datang dan menghempaskan sekoci mereka hingga terbaik. Ternyata salah satu
awak kapal ada yang terjepit di sekoci dan meninggal. Saat itu mereka
merasa sedih dan takut apakah mereka akan seperti itu juga. Mereka harus
menjalani hari-hari mereka tanpa persediaan makanan dan minuman. Saat yang
paling sulit adalah tengah hari. Dimana matahari bersinar dengan teriknya.
Suatu hari ada kapal yang lewat tetapi karena jauh, kapal itu tidak dapat
melihat mereka yang sudah berteriak minta tolong. Harapan mereka semakin
menipis karena sampai pada hari ke 5 belum ada pertolongan. Pada hari yang
kedelapan, saat dimana fisik sudah lelah dan lemah. Budiman membuat
komitmen antara dirinya denagan Tuhan. Ia berjanji bila ia selamat dari
musibah ini maka ia akan melayani dan bertobat dari hidupnya yang lama. Ia
merasa belum siap mati saat itu karena ia masih belum menerima Yesus.
Memasuki hari kesepuluh, saat dimana mereka sudah pasrah. Mukjizat terjadi.
Sebuah Cahaya kecil terlihat oleh mereka ditengah malam. Ternyata itu
adalah sebuah kapal nelayan Honhkong yang sedang mencari ikan. Tetapi
nelayan itu hanya menolong satu orang saja karena pada saat itu sedang
zamannya pengungsi Vietnam yang lari. Tetapi setelah dijelaskan oleh teman
mereka yang ditolong, maka akhirnya mereka semua diselamatkan. Sejak
pengalamannya tersebut, Budiman merasakan kasih dan pertolongan Tuhan yang
luar biasa. Tuhan yang menciptakan dan menentukan jalan hidup, maka manusia
tidak boleh putus asa. Tuhan akan menyelamatkan. Bila saat 30 tahun lalu
tidak ada Tuhan, maka Budiman tidak akan ada sampai sekarang. Tuhan ada
dimana-mana. Ia dapat menolong tepat pada waktunya. Tuhan sangat baik dan
teramat baik. (Kisah ini ditayangkan 21 Oktober 2010 dalam acara Solusi
Life di O'Channel). Sumber : budiman/jawaban.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar