Senin, 25 Oktober 2010

HAL BERDOA part 8

HAL BERDOA

Written by: liesye herlyna


Tak bosan-bosannya saya mengupas perihal berdoa, karena ternyata
masih banyak anak TUHAN yang tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa termasuk
saya dan bagaimana caranya agar doa-doa yang dinaikkan tidak membentur
dinding-dinding kamar melainkan naik ke tahta ALLAH. Saya sendiri bukan orang
yang ahli dalam hal ini, namun saya ingin membagikan apa yang telah saya
dapatkan kepada saudara dan kiranya pengalaman ini dapat memperkaya saudara di
dalam hal berdoa.

TUHAN mengajarkan saya bahwa untuk mendapatkan sebuah jawaban doa,
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Memang ada beberapa pokok doa yang
langsung di jawab oleh TUHAN (saya menyebutnya sebagai doa untuk keadaan
darurat), dan itu pun tergantung TUHAN, bukan atas keinginan kita sendiri. INGAT
YA! Bukan atas keinginan kita sendiri, kita tidak punya hak untuk memaksa TUHAN
melakukan apa yang kita inginkan. Namun biasanya jawaban doa atas sebuah
masalah, butuh waktu, entah 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun, 5 tahun, bahkan mungkin
baru dijawab pada generasi selanjutnya. Dan biasanya doa-doa yang seperti ini
akan menaikkan level rohani bagi si pendoanya. Jadi saudaraku, memang tidak ada
doa yang instan seperti kopi mix, untuk jawaban doa butuhkan waktu dan pengujian
iman.

Tahukah saudara, ketika saudara berdoa, saudara sedang menghadap
siapa? Saudara sedang menghadap RAJA, RAJA segala raja. ALLAH segala allah.
Sebagaimana layaknya menghadap presiden, kita tentu harus memperhatikan tata
karma dan sopan santun. Kita tidak mungkin datang dengan gaya slengehan, celana
pendek, sandal jepit, rambut berantakan, dan berbau pula. Demikian pula ketika
kita menghadap ALLAH, RAJA segala raja, kita tentu harus memperhatikan sopan
santun atau yang kita sebut protokol doa.

Bila menghadap presiden saja, kita sangat memperhatikan etika
kesopanan namun mengapa ketika kita menghadap ALLAH, kita bersikap biasa-biasa
saja dan cenderung meremehkan. Kita menganggap ALLAH sebagai satpam, yang
menjaga harta benda kita. Kita menganggap ALLAH sebagai mak comblang, agar
menjodohkan kita dengan orang yang kita sukai. Kita menganggap ALLAH sebagai
pribadi yang murahan sehingga kita bisa memperlakukan-NYA dengan seenaknya. Saat
sedang senang hati, datang pada TUHAN dan mengucap syukur, ketika tidak punya
uang bersikap seperti pengemis yang meminta uang kepada orang kaya, ketika
sedang dirundung masalah bukannya tetap setia malah berbalik menyalahkan ALLAH
atas apa yang terjadi.

Saudaraku, selama kita tidak menempatkan ALLAH sebagaimana mestinya.
Kuasa ALLAH tidak akan bekerja secara maximal di dalam hidup kita. Selama kita
masih berfikir bahwa ALLAH adalah pribadi yang murahan dan bisa diatur
seenaknya, selama itu pula kita tidak akan pernah memperoleh jawaban atas
doa-doa kita. Hanya ketika kita menempatkan ALLAH sebagaimana mestinya, sebagai
seorang RAJA yang harus disembah, dihormati dan dipatuhi. Sebagai seorang TUAN
dan PEMILIK atas alam semesta ini, barulah kita akan memperoleh jawaban tepat
pada waktu-NYA.

Saudaraku, ingatlah akan hal ini, ketika kita berdoa, kita sedang
menghadap ALLAH, RAJA segala raja dan TUHAN segala tuhan. Perhatikan sikap kita
karena TUHAN menyelidiki isi hati manusia, tidak ada yang tersembunyi di
hadapan-NYA. TUHAN tahu segalanya. Ujilah hati kita apakah kita datang dengan
cara yang benar kepada-NYA, karena ketika kita datang dengan motivasi yang tidak
benar dan masih menyimpan kesalahan orang lain, itu adalah kekejian di mata-NYA.


MATIUS 5:20-24,
5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari
pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu
tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
5:21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan
membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.
5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya
harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke
Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka
yang menyala-nyala
5:23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbahdan
engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
5:24 tinggalkanlah persembahanmudi depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu
dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.


a. MEMPERSEMBAHKAN PERSEMBAHAN DI ATAS MEZBAH
Dalam perjanjian lama kita temukan bahwa seorang raja yang berdaulat
dan diakui kekuasaannya, pasti akan mendapatkan banyak upeti dari negara-negara
jajahannya atau dari para utusan daerah. Ketika kita mengakui kedaulatan ALLAH
atas hidup kita, kita seharusnya mempersembahkan sesuatu yang murni, harum,
terbaik, terindah dan termahal kepadanya yaitu hati kita. ALLAH tidak
menginginkan persembahan yang dari dunia ini, tapi IA menginginkan dirimu
seutuhnya.

Kita menjadi wordship leader, pemain music, gembala/pendeta,
konselor, pendoa, misionaris, pengusaha, ibu rumah tangga, single, pelajar, etc,
semua itu adalah korban bakaran kita dihadapan TUHAN. Sebagai ungkapan
pernyataan kasih kita kepada TUHAN. Namun ketika kita melakukannya hanya sebatas
rutinitas belaka, terpaksa atau karena manusia, semua itu tidak ada artinya di
hadapan TUHAN. Mengapa? Karena kita melakukannya tidak dengan motivasi yang
tidak benar.

1 SAMUEL 13, mengisahkan bangsa ISRAEL yang akan berperang dengan
bangsa FILISTIN. Dan sudah menjadi ketentuan pada bangsa ISRAEL, sebelum
berperang harus membakar korban bakaran kepada ALLAH dan tugas ini hanya bisa
dilakukan oleh seorang nabi, nabi SAMUEL. Menjelang hari H, nabi SAMUEL tidak
kunjung tiba dan atas desakan rakyat, SAUL mengambih alih tugas ini dan apa
akibatnya? SAUL harus kehilangan tahtanya dan masa depan keturunannya.

Mazmur 51:19, "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang
patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah."

Mazmur 54:8, "Dengan rela hati aku akan mempersembahkan korban kepada-Mu,
bersyukur sebab nama-Mu baik, ya TUHAN."

Ketika kita melakukan pujian dan penyembahan kepada ALLAH, bila
tidak disertai dengan hati yang tulus dan murni, semuanya adalah sia-sia.


b. TERINGAT AKAN SESUATU Bayangkan anda sedang bercengkrama dengan
lawan bicara anda, entah itu dengan rekan bisnis, teman atau mungkin dengan
pasangan anda di sebuah kafe. Lalu tiba-tiba seorang pelayan datang dan
mengulurkan buku menu di hadapan anda serta berbicara panjang lebar mengalihkan
perhatian anda. Apakah anda bisa melihat dengan jelas lawan bicara anda? Tentu
saja tidak. Anda mungkin hanya bisa melihat dan mendengar secara samar apa yang
dia katakan, namun anda tidak akan bisa mendengar dengan jelas.

Saat kita berdoa, terjalin komunikasi antara kita dengan ALLAH, muka
dengan muka tanpa batas, kita menyatakan kerinduan kita kepada ALLAH dan ALLAH
menyatakan isi hati-NYA yang terdalam kepada kita. Ketika ada penghalang di
antara kita dengan ALLAH, entah itu kekecewaan, sakit hati, hobby, manusia,
jabatan, kesombongan, apakah akan terjalin hubungan yang baik antara kita
dengan ALLAH? Saya rasa tidak. Selama penghalang itu masih ada di antara kita
dengan TUHAN, hubungan indah dan mesra itu tidak akan pernah terjalin. Karena
TUHAN hanya menginginkan hubungan yang ekslusif antara kita dengan diri-NYA
tanpa ada pihak lain yang intervensi.


c. TINGGALKAN PERSEMBAHAN DAN PERGI BERDAMAI
Mengapa harus meninggalkan persembahan dan pergi berdamai? Karena
PERCUMA alias SIA-SIA. Sekalipun jungkir balik menahan lapar 40 hari 40 malam,
doa kita tidak akan di dengar TUHAN. Karena apa yang kita doakan tidak berasal
dari hati yang murni dan kudus. Selain itu, kekecewaan, masalah atau apapun juga
yang belum kita selesaikan, akan menjadi celah bagi si iblis untuk masuk dan
mengintimidasi kita dengan ketakutan, perasaan bersalah, rasa tidak tenang,
emosi yang tidak stabil, serta pemahaman yang salah akan ALLAH.


d. KEMBALI
Kata KEMBALI disini menggambarkan satu keadaan atau sikap hati yang
telah mengalami pemulihan dari gambar diri yang salah dan pemulihan luka batin.
Satu sikap hati yang penuh dengan penerimaan, ketulusan, antusias, optimis,
keyakinan, bahwa apa yang kita persembahkan akan berkenan di hati TUHAN. Menjadi
dupa yang harum di hadirat-NYA dan menjadi bau-bauan yang menyukakan hati TUHAN.


1 SAMUEL 15:22-23, "….Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban
sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya,
mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik
dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa
bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim……"


Adalah penting untuk memperhatikan sikap hati kita saat berdoa dan dan
ketika mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN. Karena TUHAN melihat hati
dan bukan melihat apa yang telah dilakukan oleh manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar