Rabu, 20 Oktober 2010

MEMERIKSA DIRI

MEMERIKSA DIRI

Seorang pengusaha hotel kecil jengkel karena para tamu menuntut
diperlakukan seperti tamu di hotel berbintang lima. Sering mereka
mengumpat dengan wajah marah. Lama-kelamaan ia memperhatikan, betapa
jeleknya wajah orang saat marah. Dari situ didapatinya sebuah ide.
Ia taruh sebuah cermin besar dengan lampu terang di belakang meja
resepsionis. Setiap tamu yang marah bisa melihat dengan jelas
wajahnya sendiri yang jelek di cermin. Cara itu ternyata membuat
orang cepat sadar, lalu berhenti marah.

Dengan bercermin, orang bisa menyadari kesalahannya. Dalam hidup
rohani, bercermin artinya memeriksa diri. Introspeksi. Menyelidiki
apakah hati kita masih lurus di hadapan Tuhan atau mulai terpikat
pada jalan yang berdosa. Dalam kitab Ratapan, Yeremia menyatakan
perlunya memeriksa diri. Perhatikan ungkapan yang ia pakai.
Menurutnya, seorang muda yang enerjik pun harus belajar "me-nanti
dengan diam" (ayat 26), "duduk sendirian dan berdiam diri" (ayat
28), "merebahkan diri dengan muka dalam debu" (ayat 29), bahkan siap
menanggung hukuman (ayat 32, 33). Semuanya menyatakan sikap
merendahkan hati. Rela dikoreksi dan berpaling kepada Tuhan jika
sudah sesat.

Kesibukan dan rutinitas kerja bisa membuat kita jarang memeriksa
diri. Padahal setiap hari kita berbicara, juga membuat rencana dan
keputusan. Kapan terakhir kita merenungkan: apakah perkataan saya
menyakiti orang? Apakah rencana saya seturut dengan kehendak Tuhan?
Apakah keputusan saya bijak dan benar? Sama seperti mobil perlu
diperiksa (tune up) secara berkala agar kon-disinya tetap prima,
hati kita pun perlu di-tune up! --JTI

MEMERIKSA SIKAP DIRI SETIAP KALI
MENOLONG KITA UNTUK MEMBANGUN KUALITAS DIRI


Ratapan 3:25-40

25 TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa
yang mencari Dia.
26 Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.
27 Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya.
28 Biarlah ia duduk sendirian dan berdiam diri kalau TUHAN
membebankannya.
29 Biarlah ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu, mungkin
ada harapan.
30 Biarlah ia memberikan pipi kepada yang menamparnya, biarlah ia
kenyang dengan cercaan.
31 Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan.
32 Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut
kebesaran kasih setia-Nya.
33 Karena tidak dengan rela hati Ia menindas dan merisaukan
anak-anak manusia.
34 Kalau dipijak-pijak dengan kaki tawanan-tawanan di dunia,
35 kalau hak orang dibelokkan di hadapan Yang Mahatinggi,
36 atau orang diperlakukan tidak adil dalam perkaranya, masakan
Tuhan tidak melihatnya?
37 Siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang
memerintahkannya?
38 Bukankah dari mulut Yang Mahatinggi keluar apa yang buruk dan
apa yang baik?
39 Mengapa orang hidup mengeluh? Biarlah setiap orang mengeluh
tentang dosanya!
40 Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling
kepada TUHAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar