Rabu, 20 Oktober 2010

Things That don't Let You Down, Will Make You Stronger

>Things That don't Let You Down, Will Make You Stronger

"Things that don't let You down, will make You stronger." Pepatah ini cocok
untuk menggambarkan kehidupan Horatio Gates Spafford. Musibah yang
bertubi-tubi, tak membuatnya patah semangat. Dia justru menghasilkan himne yang
abadi. Anda tentu sudah sangat mengenal lagu NKB 195," Kendati Hidupku
Tenteram", yang berjudul asli "It Is Well with My Soul". Lagu ini diangkat dari
puisi yang ditulis Spafford
Horatio Gates Spafford adalah seorang pengacara sukses yang tinggal di Chicago,
Amerika Serikat. Pada bulan Oktober 1871, sebuah kebakaran besar melanda kota
Chicago yang meluluhlantakkan kota besar itu. Padahal Spafford baru saja
berinvestasi membangun real estate di pinggiran danau Michigan. Uangnya lenyap
dalam sekejap. Sebelum kebakaran ini, Spafford sudah mengalami musibah lebih
dulu. Dia kehilangan anak laki-lakinya karena suatu penyakit.
Dua tahun kemudian, Spafford memutuskan untuk berlibur ke Inggris. Dia ingin
membantu pelayanan Ira Sankey dan D.L. Moody, sahabatnya di sana. Namun karena
ada urusan bisnis yang belum diselesaikan, maka Anna, isteri Spafford yang
berangkat lebih dulu bersama keempat anak perempuan mereka. Spafford akan
menyusul dengan kapal berikutnya jika urusan sudah selesai.
Anna dan anaknya menumpang kapal uap Ville du Havre. Pada tanggal 22 November
1873, ketika sedang melintasi samudera Atlantik, kapal uap ini bertabrakan
dengan sebuah kapal nelayan Lochearn. Kapal penumpang itu mengalami kerusakan
parah dan tenggelam hanya dalam dua jam.
Tenggelamnya kapal Ville du Havre itu memakan jiwa sebanyak 226 orang. Termasuk
juga empat anak perempuan Spafford. Namun Anna, isteri Spafford, berhasil
selamat dari tragedi ini. Sesampai di Inggris, Anna segera mengirim telegram
kepada suaminya. Isi berita: "Hanya aku yang selamat."
Pastor Weiss, seorang pendeta yang ikut selamat dalam kecelakaan itu mengingat
perkataan Anna setelah musibah itu. Anna berkata, "Allah memberikan empat anak
perempuan kepadaku. Sekarang mereka telah diambil dari padaku. Suatu saat aku
bakal mengerti mengapa ini terjadi."
Setelah menerima telegram dari Anna, Sppaford segera berlayar ke Inggris untuk
menjemput isterinya. Saat kapalnya melintasi wilayah yang diperkirakan menjadi
lokasi tenggelamnya kapal Ville du Havre, kaptel kapal memanggil Spafford ke
ruang nahkoda. Berbagai perasaan berkecamuk di battin Sppafford saat itu.
Dia kembali ke kamarnya dan menulis surat kepada Rachel, adik iparnya. "Pada
hari Kamis, kami melewati wilayah laut yang diperkirakan tempat anak-anakku
tenggelam, di dasar tenggelam. Tapi aku yakin anak-anak terkasihku tidak ada di
sana. Sekarang mereka direngkuh dengan aman, oleh tangan anak domba."
Dalam kedukaan, Spafford menulis sebuah puisi. Sebuah pernyataan iman yang
sangat indah.
When peace, like a river, attendeth my way,
When sorrows like sea billows roll;
Whatever my lot, Thou hast taught me to say,
It is well, it is well with my soul.
(Refrain:) It is well (it is well),
with my soul (with my soul),
It is well, it is well with my soul.
Though Satan should buffet, though trials should come,
Let this blest assurance control,
That Christ hath regarded my helpless estate,
And hath shed His own blood for my soul.
(Refrain)
My sin, oh the bliss of this glorious thought!
My sin, not in part but the whole,
Is nailed to His cross, and I bear it no more,
Praise the Lord, praise the Lord, O my soul!
(Refrain)
For me, be it Christ, be it Christ hence to live:
If Jordan above me shall roll,
No pain shall be mine, for in death as in life
Thou wilt whisper Thy peace to my soul.
(Refrain)
And Lord haste the day, when my faith shall be sight,
>The clouds be rolled back as a scroll;
>The trump shall resound, and the Lord shall descend,
>Even so, it is well with my soul.
>(Refrain)
>
>Terjemahan Bahasa Indonesia:
>
>Kendati hidupku tent'ram dan senang,
>dan walau derita penuh,
>Engkau mengajarku bersaksi tegas:
>s'lamatlah, s'lamatlah jiwaku.
>Reff: S'lamatlah jiwaku,
>S'lamatlah, s'lamatlah jiwaku.
>Kendati pun susah terus menekan
>Dan iblis geram menyerbu,
>Tuhanku menilik anak-Nya tetap;
>S'lamatlah, s'lamatlah jiwaku.
>Yesusku mengangkat di salib kejam
>Dosaku dan aib sepenuh.
>Hutangku dibayar dan aku lepas,
>Puji Tuhan, wahai jiwaku.
>Ya Tuhan, singkapkan embun yang gelap
>Dapatkan seg'ra umat-Mu.
>Pabila serunai berbunyi gegap,
>Kuseru: S'lamatlah jiwaku!
>[Terjemahan E.I. Pohan/Yamuger]
>***
>Spaffords mengajak Anna kembali ke Chicago. Lima tahun kemudian, pada tahun
>1878, Allah mengaruniakan anak perempuan yang diberi nama Bertha. Dua tahun
>berikutnya, Allah mengeruniakan anak laki-laki yang diberi nama Horatio
>Goertner Spafford. Namun usianya hanya empat tahun. Bocah ini meninggal karena
>pneumonia. Spafford kemudian mendapat anak perempuan lagi, bernama Grace.
>Musibah yang bertubi-tubi dialami Spafford, menimbulkan desas-desus di kalangan
>jemaat. "Dosa apa yang telah dilakukan oleh Spafford sehingga Tuhan
>menghukumnya sedemikian rupa?"Alih-alih mendapat dukungan, Spafford malah
>dihakimi dan dihujat oleh jemaat, yang gedung gerejanya dibangun atas sumbangan
>Spafford. Spafford memutuskan meninggalkan gereja itu dan kota Chicago.
>Bulan Agustus 1881, Spafford bersama dengan sejumlah keluarga pergi ke
>Yerusalem dan menetap di sana. Di kota suci itu mereka membentuk sebuah koloni
>Amerika yang bertujuan menolong orang miskin. Dalam Perang Dunia I, kelompok
>ini melakukan peran yang penting dalam menolong para pengungsi. Dalam melakukan
>tugas kemanusiaan mereka tidak pilih kasih, sehingga dipercaya oleh kelompok
>Kristen, Muslim dan Yahudi. Kisah tentang kolonoi ini ditulis oleh novelis
>Swedia, Selma Lagerlöf, dengan judul "Jerusalem." Novel ini memenangkan hadial
>Nobel bidang sastra.
>Spafford meninggal pada 16 Oktober 1888, karena penyakit malaria dan dikuburkan
>di Yerusalem.
>Silakan lihat video lagu yang sangat menyentuh di sini
>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar