Senin, 25 Oktober 2010

Cita Rasa Terhadap TUHAN

Cita Rasa Terhadap TUHAN

Mazmur 1 : 1–6

1:1. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang
tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan
pencemooh,
1:2 tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu
siang dan malam.
1:3 Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya
pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
1:4. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.
1:5 Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang
berdosa dalam perkumpulan orang benar;
1:6 sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju
kebinasaan.


Untuk apa kita berurusan dengan TUHAN? Mungkin selama ini kita diajarkan untuk
minta tolong kepada-NYA, diberkati dan minta perlindungan-NYA. Namun ajaran
seperti itu sebetulnya diajarkan juga oleh agama-agama lain. Tidakkah kita
sadari bahwa itu bukanlah pola hidup anak TUHAN? Sebab kalau kita masih minta
diberkati, berarti kita belum percaya kalau TUHAN sudah menyediakan berkat bagi
kita, yang harus kita raih dengan kerja keras dan tanggung jawab, kejujuran dan
integritas hidup yang membuat kita bisa dipercayai oleh sesama kita.

Lebih sedih lagi jika kita mendengar hamba TUHAN yang menjanjikan doa yang
manjur agar usaha jemaat diberkati, bahkan utang-utang akan terlunasi. Bukan
berarti kita tidak percaya pertolongan TUHAN, tetapi ada bagian yang harus kita
selesaikan dengan tanggung jawab, bukan hanya dengan doa.Jadi kita tidak boleh
menjadi seperti anak-anak lagi, yang sedikit-sedikit harus didoakan oleh hamba
TUHAN, seolah-olah datang kepada TUHAN butuh perantara. Ini tak ubahnya praktik
perdukunan. TUHAN tidak memerlukan perantara untuk kita bisa menjangkau-NYA.
Hanya satu Perantara antara BAPA dan kita, yaitu TUHAN Yesus Kristus.

Yang harus kita lakukan sekarang adalah bagaimana kita berketetapan hati untuk
memikirkan DIA. Kalau Alkitab menulis, "Berbahagialah orang yang merenungkan
Taurat TUHAN siang dan malam" itu juga berarti memikirkan TUHAN Sang Empunya
Taurat. Kita harus belajar mendisiplinkan diri sendiri untuk selalu memikirkan
TUHAN, bukan hanya ketika berada dalam alunan liturgi gereja, tetapi terlebih
lagi ketika kita melangkahkan kaki di luar gereja. Masalahnya, mungkinkah? Kalau
hal ini tidak pernah kita lakukan dan tidak kita biasakan untuk melakukannya,
maka kita tidak mungkin mampu untuk selalu berada dalam ayunan perenungan TUHAN
dan memiliki cita rasa terhadap-NYA.

Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidupnya, namun jangan sampai
masalah tersebut merenggut hidup kita dan merusak cita rasa jiwa kita kepada
TUHAN. Keinginan pribadi kita jangan sampai memengaruhi, bahkan merusak cita
rasa jiwa kita kepada TUHAN. Seperti Pemazmur berkata dalam Mzm. 73:25, "…
Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi", artinya jiwanya telah mendapati
cita rasa TUHAN. Ada kehausan terhadap TUHAN. Cita rasa seperti ini harus
dikembangkan sehari lepas sehari dengan disiplin. Dimulai dengan komitmen bahwa
aku membutuhkan TUHAN, hanya DIA lah yang dapat memenuhi kekosongan rongga
jiwaku." Sudahkah kita bercita rasa terhadap TUHAN? Jika belum, mari mulai
sekarang.


Kita berurusan dengan TUHAN bukan karena mencari berkat dan perlindungan-NYA,
melainkan karena kita mempunyai cita rasa terhadap-NYA.


http://virtuenotes.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar