Senin, 17 Oktober 2011

BERKENCAN

BERKENCAN

Bagaimana seharusnya sikap saya tentang berkencan? [1] Ada orang Kristen yang berpikir bahwa berkencan dengan orang yang belum percaya merupakan tindakan yang bodoh, karena berkencan itu dapat menjurus kepada pernikahan. Selain itu, orang yang belum percaya, cenderung memiliki standar-standar moral yang lebih rendah daripada yang diinginkan Allah bagi Anda. Silakan Anda memutuskan sendiri persoalan ini, tetapi camkanlah hal-hal yang berikut ini.

Alasan-alasan yang baik untuk berkencan.
a. Untuk mengembangkan keterampilan bergaul (komunikasi, kepekaan, dsb.).
b. Untuk mendapatkan waktu yang menyenangkan.
c. Untuk menikmati pribadi lain -- yaitu seluruh kepribadiannya.
d. Untuk dapat menikmati perasaan, bahwa Anda sepenuhnya diterima dengan sungguh-sungguh oleh seseorang.
e. Untuk bertumbuh di dalam Kristus melalui persekutuan dengan seorang lain yang seiman.

Alasan-alasan yang buruk untuk berkencan.
a. Untuk dapat mengesankan orang yang diajak berkencan atau mengesankan orang lain.
b. Untuk mendapatkan kepuasan seksual.
c. Untuk membangun keakuan Anda.
d. Untuk membuat supaya orang lain itu memenuhi berbagai kebutuhan Anda.

Pertanyaan-pertanyaan yang baik untuk mengendalikan kelakuan.
a. Apakah motif saya ini untuk memuaskan diri ataukah untuk menghormati orang ini?
b. Apakah saya memperlakukan orang ini sebagai suatu ciptaan Allah yang berharga, yang memunyai perasaan-perasaan dan tujuan yang kekal?
c. Apakah hubungan ini menolong saya untuk mengenal diri saya dan Kristus lebih baik?
d. Apakah orang ini mendorong saya untuk menaati Allah?
e. Apakah saya melakukan ini oleh karena tekanan-tekanan dari orang tua, kawan-kawan, atau teman berkencan saya?
f. Apakah saya sedang berusaha membuat orang ini memenuhi kebutuhan-kebutuhan, yang seharusnya dipenuhi oleh Allah?

Tanggung Jawab Wanita

Wanita biasanya lebih verbal daripada pria. Anda dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan teman kencan Anda dengan membuat aman bagi sang pria untuk berkomunikasi (misalnya, tidak memanipulasinya dengan apa yang Anda dengar tentang dia), bersikap terbuka, mau mendengarkan, dan mengajukan banyak pertanyaan yang baik.

Anda harus mengekang kekuatan Anda untuk memikat dia dengan kata-kata, kerlingan mata, pakaian, dan gerak-gerik Anda. Anda akan mengkhianati kasih, apabila Anda menggoda seorang pria untuk merangsang hawa nafsunya, atau memakai daya pesona Anda untuk memanipulasi dia.

Tanggung Jawab Pria

Ambillah tanggung jawab untuk kepemimpinan rohani tanpa bersikap suka menguasai. Pikirkanlah selalu akan kesejahteraan teman kencan Anda. Rencanakanlah bersama-sama waktu berkencan Anda, dan janganlah mendesak teman kencan Anda ke dalam situasi-situasi yang membuatnya harus berkompromi atau yang membuatnya terganggu.

Belajarlah untuk berkomunikasi dengan kata-kata dan bukannya dengan sentuhan. Putuskanlah untuk mengambil risiko, dengan mengungkapkan pemikiran dan perasaan Anda yang sebenarnya. Keterbukaan ini harus sedikit demi sedikit, untuk melihat apakah Anda dapat memercayai wanita ini. Janganlah terlibat dengan seseorang yang tidak dapat Anda percayai dengan pemikiran-pemikiran pribadi Anda, sekalipun Anda merasa wanita itu sangat menarik.

Kekanglah keinginan Anda untuk menguasai. Janganlah membuat wanita itu beranggapan bahwa Anda lebih terikat secara emosi daripada keadaan Anda yang sebenarnya. Janganlah menyalahgunakan kebutuhannya akan kasih menjadi sesuatu yang merugikan dia.

Catatan: [1] Disadur berdasarkan buku Stacy and Paula Rinehart, Choices: Finding God's Way in Dating, Sex, Singleness, and Marriage (Colorado Springs, Colo.: NavPress, 1982), halaman 29-85.

Diambil dari:
Judul asli buku: A Compact Guide to the Christian Life
Judul buku: Kompas Kehidupan Kristen
Judul bab: Kehidupan di dalam Dunia
Judul artikel: Berkencan
Penulis: K.C. Hinckley
Penerjemah: Gerrit J. Tiendas
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman: 175 -- 177


BERPACARAN DENGAN SIAPA?

Salah satu masalah yang sering dihadapi anak-anak Tuhan dewasa ini adalah keterbatasan pilihan pasangan hidup. Pada umumnya, mencari orang seiman dan sepadan tidaklah mudah. Kadang, kita menemukan yang seiman namun tidak sepadan; atau kadang menemukan yang sepadan tetapi tidak seiman. Apakah yang mesti dilakukan dalam kondisi seperti ini? Berikut akan dipaparkan beberapa masukan sebagai panduan menghadapi masalah ini.

1. Kita tidak boleh berkompromi dalam hal yang paling penting, yakni mencari yang pasangan seiman. Kita mungkin sepadan alias cocok, namun bila tidak seiman, pernikahan kita tidaklah berkenan di hadapan Tuhan. Firman Tuhan dalam 1 Korintus 7:39 dengan jelas mengatakan, "... ia bebas menikah dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya." Juga 2 Korintus 6:14 menegaskan, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya."

2. Kita tidak boleh berkompromi dalam hal yang paling penting lainnya, yakni mencari pasangan yang sepadan. Ingat, pernikahan tidak dibangun di atas kesamaan iman saja, tetapi juga di atas kecocokan atau kesepadanan. Janganlah menggampangkan dengan berkata bahwa selama seiman, maka segala masalah akan dapat diselesaikan. Mungkin saja akan dapat diselesaikan, namun ketidaksepadanan tetap akan menyulitkan penyesuaian.

3. Bila dua prasyarat ini terpenuhi, faktor lainnya dapat dikompromikan. Misalnya, kriteria seberapa cantik dan tampan, tingkat pendidikan, suku, kemapanan ekonomi, warna kulit, dan penampilan fisik lainnya, semua ini adalah faktor yang terbuka untuk dipertimbangkan ulang. Meskipun semua ini dapat dipertimbangkan ulang, tetap satu pertanyaan yang mesti diajukan kepada diri sendiri adalah, "Dapatkah saya tinggal bersamanya dan terus menghormati, serta mencintainya seumur hidup?" Dengan kata lain, sekali kita menerimanya, kita tidak boleh lagi membangkit-bangkitkan faktor yang tidak ada pada dirinya. Ingat, menerima berarti tidak menuntutnya lagi.

4. Boleh melihat, namun sebaiknya jangan mencari-cari pasangan hidup. Silakan bergabung dengan kelompok lajang agar dapat berkenalan, namun janganlah sampai kita terlalu menggebu-gebu dalam mencari pasangan hidup. Pada umumnya, kita tidak suka dengan orang yang terlihat jelas tengah mencari-cari jodoh. Kita ingin diperlakukan sebagai manusia yang utuh dan bernilai; kita menuntut orang untuk berkenalan dan menyukai kita atas dasar keberadaan diri kita, bukan atas dasar kebutuhannya mencari pasangan hidup.

5. Sebaiknya, jangan mencari-cari pasangan lewat jaringan luar (online). Dewasa ini ada biro jasa perjodohan yang mencoba memasangkan orang secara jaringan luar. Masalahnya, mencari pasangan hidup tidaklah sama dengan mencari buku lewat jaringan luar. Bahkan dalam membeli buku pun, kalau kita membelinya lewat jaringan luar, salah satu kerugian terbesarnya adalah kita tidak tahu isinya. Demikian pula dengan mencari pasangan hidup. Perkenalan lewat jaringan luar tidaklah sama dengan perkenalan lewat interaksi langsung. Untuk urusan sepenting pernikahan, lakukanlah dengan cara yang tradisional namun terbukti ampuh, yakni perkenalan langsung.

6. Kita mesti mengingat bahwa hidup tidak hanya terdiri dari pernikahan dan kita pun tidak hidup hanya untuk menikah. Firman Tuhan mengingatkan, "Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka." (2 Korintus 5:15) Kita hidup untuk Kristus; oleh karena itu yang terpenting adalah melakukan pekerjaan-Nya selama kita hidup. Setelah kita menyenangkan hati Kristus, biarlah kita menyerahkan hidup kepada-Nya, termasuk hal perjodohan ini.

Diambil dari:
Nama situs: TELAGA.org
Alamat URL: http://telaga.org/audio/berpacaran_dengan_siapa
Judul transkrip: Berpacaran dengan Siapa? (T293A)
Penulis: Pdt. Dr. Paul Gunadi
Tanggal akses: 23 Juni 2011


ULASAN BUKU: LIMA BAHASA KASIH

Judul buku: Lima Bahasa Kasih
Judul asli: The Five Love Languages
Penulis/Penyusun: Gary Chapman
Penerjemah: Wim Salampessy
Editor: Daru Susilowati
Penerbit: Professional Books, Jakarta 1997
Ukuran buku: 18 x 11,2 cm
Tebal: 315 halaman
ISBN: --
Buku Online: --
Download: --
Sumber: Kiriman Pelanggan

Manusia memiliki kebutuhan emosional untuk dicintai. Jika seseorang merasa tidak dicintai, lama-kelamaan dia akan merasakan kekosongan emosional. Terlebih lagi dalam hubungan suami istri, keduanya bisa merasa seperti hidup di neraka jika di antara mereka tidak ada lagi cinta. Sebenarnya, cinta bukanlah suatu perasaan, melainkan pilihan yang dinyatakan dalam tindakan/perbuatan. Persoalannya, mengapa ada banyak pasangan suami-istri merasakan cinta mereka menguap setelah bertahun-tahun menikah?

Ada banyak buku yang berisi tentang cara-cara mengungkapkan cinta. Namun, di dalam buku ini, Gary Chapman mengategorikan cara-cara pengungkapan cinta tersebut ke dalam lima bahasa utama. Selain berisi 14 bab yang berbicara soal cinta, penulis juga menyediakan tuntunan studi untuk pasangan dan bahasan kelompok di halaman belakang. Inilah yang membedakan buku ini dengan buku-buku sejenis. Dalam buku "Lima Bahasa Kasih", Gary Chapman menggunakan istilah "tangki kasih". Setiap orang memiliki tangki kasih. Tangki yang penuh mengibaratkan perasaan dicintai, sementara tangki kosong mengibaratkan perasaan tidak dicintai dan tidak diinginkan. Oleh sebab itu, tangki kasih yang kosong sangat berbahaya.

Dalam buku ini, penulis menyatakan bahwa pernyataan kasih bisa diekspresikan dalam lima bahasa kasih, yaitu kata-kata pendukung, saat-saat mengesankan, menerima hadiah-hadiah, pelayanan, dan sentuhan fisik. Bahasa-bahasa ini memunyai banyak dialek, tetapi bahasa kasih yang utama bisa dikategorikan menjadi lima kelompok tersebut. Buku ini memberikan dengan jelas contoh-contoh nyata dalam kehidupan banyak pasangan. Banyak contoh tentang permasalahan yang terjadi karena bahasa kasih yang berbeda. Penjelasan yang teratur dan sistematis, membuat buku ini mudah dipahami. Namun demikian, ada beberapa perkataan alih bahasa yang kurang tepat.

Buku ini sangat bermanfaat khususnya bagi pasangan, baik yang masih dalam masa-masa jatuh cinta, sudah menikah, maupun yang sudah melewati tahun-tahun pernikahan, dan ingin memperbarui cinta dalam pernikahan. Dengan memahami bahasa cinta kita dan pasangan, cinta di dalam pernikahan akan selalu bergelora. Kebutuhan emosional terpenuhi dan kedua pasangan merasa selalu dicintai. Akan tetapi, buku ini juga bermanfaat bagi kaum lajang. Jadi, silakan baca buku ini, agar Anda tahu cara mengekspresikan cinta Anda kepada orang-orang yang Anda kasihi.

Gary Chapman adalah seorang konselor pernikahan. Beliau memiliki latar belakang psikologi, terutama psikologi pendidikan. Sebagai seorang konselor, beliau membantu banyak sekali pasangan suami istri dalam memecahkan berbagai permasalahan yang mereka alami. Gary Chapman pun sering mengadakan seminar-seminar pernikahan, dan banyak pasangan yang diberkati melalui seminar-seminarnya. Dari pengalamannya sebagai konselor selama bertahun-tahun, beliau sampai pada suatu kesimpulan bahwa "untuk memenuhi kebutuhan emosional akan cinta, pasangan harus berbicara bahasa cinta yang sama." Selain menulis buku tentang bahasa kasih, Gary Chapman juga menulis buku tentang bahasa maaf (apology language). Seperti halnya cinta, ungkapan permintaan maaf juga beragam, dan beliau membuat lima kelompok utama tentang cara mengungkapkan maaf.

www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar