Jumat, 16 Juli 2010

Penuh Roh Allah

Kejadian 41:37-57

Faktor apa yang menjadi
penentu layak tidaknya seseorang memasuki peran Ilahi bagi hidupnya? Faktor apa
yang mendorong semua pihak mengakui bahwa sudah waktunya seseorang mengemban
peran Ilahi lebih besar?

Firaun mengakui dua hal
tentang Yusuf. Pertama, kesanggupannya mengartikan mimpi Firaun. Kedua, nasihat
bijaknya agar Firaun mengangkat seseorang untuk menjalankan berbagai kebijakan ekonomi
dan logistik. Akal budi dan kebijaksanaan Yusuf sangat memengaruhi pertimbangan
Firaun untuk mengangkat Yusuf menjadi penguasa yang diusulkan Yusuf sendiri.
Sepanjang sejarah dunia kita melihat bagaimana peradaban manusia mengalami
peningkatan yang sangat berarti diakibatkan oleh pendidikan yang baik. Namun
kepandaian dan pengetahuan tidak identik dengan akal budi dan kebijaksanaan. Pendidikan juga tidak
otomatis menjamin orang pandai identik dengan orang berhikmat.

Ada faktor penentu di
balik kedua hal itu yang akhirnya membuat Firaun mantap untuk mengangkat Yusuf
menjadi orang kedua sesudah dia: "Mungkinkah kita mendapat orang seperti
ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?" (38). Sungguh mencengangkan
bahwa dari bibir mulut seorang kafir keluar pengakuan demikian tentang orang
kepunyaan Allah. Karya dan kehadiran Roh Allah sedemikian cemerlang sampai
orang yang menyaksikannya dapat dengan tepat menyimpulkan dari mana sumber
semua itu. (bdk. pengakuan Nebukadnezar tentang Daniel dkk.).

Alangkah beda kriteria
orang zaman ini tentang bagaimana orang dapat mendaki jenjang pengaruh dan
kepemimpinan. Kebanyakan dilakukan dengan menggunakan daya tarik uang, atraksi
artis, atau kepandaian melobi. Tidak heran bila kepemimpinan dunia makin
terpuruk! Jika umat Tuhan meniru strategi dunia, gereja akan ikut hancur
bersama kehancuran dunia! Kuasa sebesar dan semulia yang harus diemban para
pemimpin hanya sanggup dan layak dipikul oleh mereka yang telah ditempa dan
dikuasai oleh Roh Allah!

|||||| sumber: http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/
||||||

Pasir Pantai

2 Timotius 4:1-5
Mazmur 16,17; Kisah Para Rasul 20:1-16


Sepasang suami istri senang mengoleksi pasir pantai
dari berbagai tempat yang mereka kunjungi. Pasir pantai itu dikemas dalam
botol-botol kecil dan ditaruh di ruang tamu. Pada beberapa kesempatan,
botol-botol pasir itu menarik perhatian tamu yang berkunjung. Dan atas setiap
pertanyaan para tamu, mereka menjawab: "Tuhan yang mencipta kita adalah Tuhan
yang kreatif. Anda bisa membandingkan pasir pantai dari berbagai tempat, dan
menemukan keunikan jenis-jenis pasir tersebut. Dari situ, apa yang bisa Anda
kenali dari pribadi Tuhan?" Ya, bermula dari botol-botol pasir, mereka beroleh
jalan untuk menceritakan kasih Tuhan.

Timotius adalah murid Paulus yang diutus memimpin
jemaat Efesus yang mayoritas penduduknya orang Yunani. Ini bukan tugas ringan. Tradisi
Yunani saat itu begitu kuat pengaruhnya; membuat orang-orang tak lagi dapat
menerima ajaran sehat. Mereka lebih memilih "mengumpulkan guru-guru menurut
kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya" (ayat 3). Injil tak menarik
lagi, dongeng justru tampak lebih baik (ayat 4). Biarpun demikian, Paulus tak
ragu memercayakan pelayanan itu; bahkan meminta Timotius siap sedia kapan pun
kesempatan membagi kebenaran itu datang (ayat 2). Sebab bertahun-tahun Timotius
telah belajar dan berlatih melayani bersama Paulus—belajar firman; menginjil;
mengajar; memelihara jemaat.

Saat ini, di tengah begitu banyak hal menarik yang
ditawarkan dunia, sebetulnya banyak hal juga yang dapat dipakai untuk
mewartakan kabar baik. Kuncinya, kita mesti memahami Injil terlebih dulu; serta
yang tak kalah penting adalah melatih diri. Sehingga, jika kesempatan itu
datang, kita berani dan siap membagikan Injil.

MEMBERITAKAN INJIL TAK
BOLEH SEKADAR JADI TEKAD

NAMUN MESTI DIIMBANGI
DENGAN HATI YANG SELALU SIAP


|||||| sumber: http://www.renunganharian.net/ ||||||


__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar