Kamis, 29 Juli 2010

Api Memperanakan Api - Leonard Ravenhill

Api Memperanakan Api - Leonard Ravenhill

Pendoa, haruslah seorang manusia baja, karena mereka akan diserang oleh setan sebelum mereka mencoba menyerang kerajaannya.

Sebagaimana dalam bidang kehidupan Kristen yang lainnya, doapun dapat menjadi tidak seimbang. Usaha tidak dapat menggantikan doa. E.M. Bounds mengatakan "Adalah lebih baik membiarkan pekerjaan dilakukan dalam kesalahan daripada membiarkan doa terabaikan." Juga dia mengatakan, " Orang yang paling berdaya guna dalam penyebaran pengetahuan akan Allah, dalam melaksanakan pekerjaanNya di muka bumi, dan yang berdiri sebagai bendungan untuk menahan gelombang kejahatan adalah mereka yang berdoa bagi para pemimpin gereja. Allah bergantung pada mereka, memakai mereka, dan memberkati mereka."

Sungguhlah, kegerakan terhambat oleh karena kurangnya doa. Tidak ada yang setan atau neraka takuti lebih daripada ketakutan mereka kepada para pendoa. Namun untuk hidup baik engkau tidak harus hidup lebih lama. Seorang yang mati pada umur dua puluh delapan tahun mungkin saja usia hikmatnya seperti orang yang berusia seratus tahun.

Sesuai dengan sifat alaminya, api akan memperanakan api. Kalau didekatnya ada barang yang mudah terbakar, maka dengan cepat api akan melalapnya. Api tidak akan bisa membuat es, iblis pasti tidak akan mampu membuat orang saleh; sebagaimana gembala yang kurang berdoa tidak akan menghasilkan prajurit doa; namun satu letupan api yang kecil bisa menghanguskan seluruh kota. Sebuah lilin bisa menyalakan ribuan lilin yang lain! Para bintang ternama dalam blantika pemenang-pemenang jiwa (seperti Carey, Payson, dsb) dinyalakan oleh kehidupan doa David Brainerd yang tiada taranya itu.

William Carey membaca kisah kehidupan Brainerd, dan sesuatu bergetar dalam dada pemenang jiwa yang masih muda itu, yang kemudian mengantarkan dia mendarat di tanah berbatuan india. Oleh api yang menyala dalam jiwa Brainerd, lilin yang ada dihati Edward Payson dinyalakan Allah. Dari buku harian rasul bagi bangsa Indian di Amerika Utara itu -- rasul yang tubuhnya rusak oleh sakit-penyakit, dan yang bermantelkan kulit sapi -- Payson termotivasi, dan pada usia dua puluh tahun kehidupan doanya yang hampir-hampir mengungguli kehidupan doa Brainerd.

Lilin yang lain yang dinyalakan oleh Brainerd, pendoa ulung yang dikuburkan pada "usia masak" dua puluh sembilan tahun, adalah Robert Murray McCheyne. Raksasa doa inilah yang membuktikan bahwa jiwa manusia dapat dilatih dengan cara membaca buku kisah kehidupan Brainerd.

Pemenang jiwa yang besar lainnya, Jonathan Edwards mengamati Brainerd (sementara anak perempuannya Jerusha -- tunangan Brainerd -- menangis), ketika tubuh Brainerd semakin melemah. Edwards menulis, "Puji Tuhan oleh kemurahanNya Brainerd meninggal di rumahku, sehingga saya bisa mendengar doanya, dapat bersaksi akan penyerahan hidupnya, dan diilhami oleh teladannya.

" Ketika Brainerd mati, Wesley sedang pada puncak pertarungan rohaninya. Dengar apa yang dikatakan Master Wesley dalam suatu konferensi di Inggris. Wesley mengatakan, "Apa yang dapat dilakukan untuk mengobarkan kembali pekerjaan Allah yang telah pudar ?" Dan kemudian penginjil yang tak kenal lelah, "tak kenal belas kasihan", yang menggoncangkan tiga benua itu menjawab pertanyaannya sendiri dengan mengatakan, "Marilah setiap pengkhotbah, bacalah dengan seksama kisah kehidupan David Brainerd."

Sampai di sini kita telah bisa menderetkan: Payson, McCheyne, Carey, Edwards, Wesley -- orang-orang terkemuka, semuanya dinyalakan dari satu api, dan semuanya berhutang pada Brainerd yang penuh sakit-penyakit namun yang banyak memberi (menularkan rohnya).

Disadur dari Why Revival Tarries
Oleh Leonard Ravenhill

http://www.thecall.or.id/artikeldsp.php?id=5


[Non-text portions of this message have been removed]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar