Jumat, 02 Desember 2011

Pergilah ke seluruh dunia...

 "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk

 (Rm 10:8-17; Mat 28:16-20)

"Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil

kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan,

tetpeapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai

orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka

akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang

ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka;

mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan

sembuh." Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka,

terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun

pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan

meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya" (Mrk

16:15-20) demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi

atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St Fransiskus Xaverius, imam

dan pelindung Misi, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai

berikut:

·   "SJ" = Setan Jalanan, alias orang

yang suka pergi, demikian kata plesetan yang sering dikenakan pada

Sahabat-sahabat Yesus atau anggota Serikat Yesus, para pengikut St.Ignatius

Loyola. Fransiskus Xaverius adalah pengikut Ignatius Loyola atau termasuk

anggota Serikat Yesus yang pertama, yang sering disebut sebagai 'primi patres'.

Terpanggil menjadi sahabat Yesus memang akhirnya harus meneladan cara hidup dan

cara bertindak Yesus, antara lain senantiasa berkeliling dari desa/kota ke

desa/kota untuk mewartakan Kabar Baik atau Kerajaan Allah. Maka dalam rangka

mengenangkan pesta St.Fransiskus Xaverius, Pelindung Misi, kami mengajak

segenap umat yang percaya kepada Yesus Kristus untuk setia menjadi

sahabat-sahabatNya juga, "pergi ke

seluruh dunia dan mewartakan Kabar Baik kepada segala makhluk". Dengan kata

lain marilah kita mawas diri apakah di lingkungan hidup kita masing-masing

dalam umat basis kita sungguh menjadi pewarta-pewarta kabar baik, senantiasa

berbuat baik kepada orang lain dan yang terdengar atau tersiar dari diri kita

juga apa-apa yang baik karena kita senantiasa berbuat baik. Percayalah bahwa "Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu

dengan tanda-tanda yang menyertainya", antara lain setan-setan atau aneka

kejahatan minggir atau mundur, yang sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit

akal budi atau sakit tubuh akan menjadi sembuh, dan kita sendiri tahan dan

tabah terhadap aneka macam serangan virus penyakit. Kita dipanggil untuk

mempersembahkan dunia seisinya kepada Tuhan, yang telah menciptakannya dengan

penuh kasih dan kemurahan hati, yang berarti menyelamatkan bagian-bagian dunia

yang tidak selamat, mengatur yang tidak teratur dst..

·   "Bagaimana

mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia?

Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang

Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang

memberitakan-Nya"

(Rm 10:14), demikian pertanyaan reflektif Paulus kepada umat di Roma, kepada

kita semua umat beriman. Iman memang terutama muncul dan lahir melalui

pendengaran, apa-apa yang didengarkan. Kita semua dipanggil untuk memberitakan

apa-apa yang dijiwai oleh iman, entah kata-kata, tindakan, ceritera, pengalaman

dst.. Maka marilah kita senantiasa hidup dan bertindak dijiwai oleh iman kita,

sehingga yang teerberitakan atau terwartakan dari kita apa-apa yang dijiwai

iman, dan dengan demikian siapapun yang mendengarkan cara hidup dan cara

bertindak kita, apalagi melihatnya, semakin beriman, semakin membaktikan diri

seutuhnya kepada Tuhan. Untuk itu kami berharap agar segala usaha atau upaya

pendidikan, entah pendidikan informal maupun pendidikan formal, diselenggarakan

dalam dan oleh iman atau lebih mengedepankan atau mengutamakan agar anak-anak

atau para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dan berbudi

pekerti luhur atau bermoral atau cerdas spiritual. Suasana proses pendidikan

hendaknya hendaknya dijiwai oleh kebebasan dan cintakasih Injili. Ingatlah dan

sadari bahwa masing-masing dari kita diciptakan dalam kebebasan dan cintakasih,

serta dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini juga hanya

dengan kebebasan dan cintakasih. Cintakasih itu bebas alias tak dapat dibatasi

atau dipagari oleh apapun  dan kebebasan

dibatasi oleh cintakasih. Cintakasih antara lain berarti tidak pernah

melecehkan atau menginjak-injak harkat martabat manusia, sebagai ciptaan Allah

terluhur dan termulia di dunia ini,yang diciptakan sebagai citra atau gambar

Allah. Mendidik berarti berpartisipasi dalam karya penciptaan, yang bersifat

menghidupkan, mengembangkan dan menumbuhkan.

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku

bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk

selama-lamanya. Haleluya!" (Mzm 117)


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar