Sabtu, 03 Desember 2011

Bergumul Dengan Kefanaan

Bergumul dengan kefanaan

Pernah frustasi terhadap diri sendiri? Mungkin karena karakter
tertentu yang kita ingin buang, tetapi sepertinya sulit untuk kita
singkirkan. Mungkin dosa tertentu yang menjerat kita. Kita sadar
hidup kita tidak kudus, namun kita tak berdaya, bahkan doa-doa
kita sepertinya tidak memberi dampak perubahan dalam kerohanian
kita.

Pemazmur sadar akan hidupnya yang fana. Di satu sisi, ia hidup di
tengah-tengah orang fasik. Ia sadar ia tidak sama dengan mereka
dan tidak boleh menjadi sama dengan mereka. Akan tetapi ia sadar
kedagingannya bergejolak. Maka ia memilih berdiam diri (2-3),
tidak mau membalas ajakan orang fasik untuk ikut-ikutan berdosa.
Atau juga terhadap ejekan dari orang fasik yang menertawakan
upayanya untuk hidup kudus. Di pihak lain, ia berhadapan dengan
Allah yang maha kudus yang tidak dapat membiarkan umat-Nya hidup
dalam dosa. Ia sadar kalau Allah bertindak menguduskan umat-Nya
berarti akan ada hajaran, disiplin yang keras! Sungguh ia merasa
tidak sanggup untuk menghadapi-Nya (11-12).

Pergumulan pemazmur di sini senada dengan yang digumuli Paulus di Roma
7:13-24. Tubuh sudah menjadi milik Kristus, tetapi masih
dipengaruhi oleh kedagingan. Suatu paradoks yang menyakitkan!
Rasanya munafik. Di hadapan manusia bisa menyembunyikan diri
dengan topeng-topeng. Di hadapan Allah, semua telanjang, terbuka
apa adanya. Seruan puncak Paulus adalah "Aku manusia celaka!
Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" (Rm.
7:24).

Iman pemazmur ditujukan kepada Tuhan. Ia belajar berserah kepada
Tuhan. Pemazmur bagaikan pendatang atau penumpang yang hanya
berharap keramahtamahan dan belas kasih dari tuan rumah, demikian
pemazmur di hadapan Allah (13). Bersama Paulus kita bisa berseru,
"Syukur kepada Allah, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." (Rm. 7:25).
Dialah yang akan membebaskan kita dari tubuh maut ini.


Mazmur 39

1 Untuk pemimpin biduan. Untuk Yedutun. Mazmur Daud. (39-2) Pikirku:
"Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan
lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang
fasik masih ada di depanku."
2 (39-3) Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang
baik; tetapi penderitaanku makin berat.
3 (39-4) Hatiku bergejolak dalam diriku, menyala seperti api, ketika
aku berkeluh kesah; aku berbicara dengan lidahku:
4 (39-5) "Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas
umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!
5 (39-6) Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku;
bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia
hanyalah kesia-siaan! Sela
6 (39-7) Ia hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan
yang sia-sia dan menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya
nanti.
7 (39-8) Dan sekarang, apakah yang kunanti-nantikan, ya Tuhan?
Kepada-Mulah aku berharap.
8 (39-9) Lepaskanlah aku dari segala pelanggaranku, jangan jadikan
aku celaan orang bebal!
9 (39-10) Aku kelu, tidak kubuka mulutku, sebab Engkau sendirilah
yang bertindak.
10 (39-11) Hindarkanlah aku dari pada pukulan-Mu, aku remuk karena
serangan tangan-Mu.
11 (39-12) Engkau menghajar seseorang dengan hukuman karena
kesalahannya, dan menghancurkan keelokannya sama seperti gegat;
sesungguhnya, setiap manusia adalah kesia-siaan belaka. Sela
12 (39-13) Dengarkanlah doaku, ya TUHAN, dan berilah telinga kepada
teriakku minta tolong, janganlah berdiam diri melihat air mataku!
Sebab aku menumpang pada-Mu, aku pendatang seperti semua nenek
moyangku.
13 (39-14) Alihkanlah pandangan-Mu dari padaku, supaya aku
bersukacita sebelum aku pergi dan tidak ada lagi!"

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar