Kamis, 01 Desember 2011

Minyak Seorang Janda

Minyak Seorang Janda
2 Raja-raja 4:1-7

 Berkatalah perempuan itu: "Hambamu ini tidak punya sesuatu apa pun di rumah,

kecuali sebuah buli-buli berisi minyak" (2 Raja-raja 4:2).

 

      Kemiskinan melilit hidup janda nabi. Penagih utang sudah datang menjemput kedua anaknya untuk dijadikan budak, menggantikan utang yang tak terbayar. Lalu janda itu mengadukan nasibnya kepada Elisa, "Hambamu ini tidak punya sesuatu apa pun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak."

      Elisa menyuruh janda dan anak-anaknya untuk meminjam bejana-bejana kosong dari para tetangga, sebanyak mungkin yang bisa mereka peroleh. Lalu Elisa menyuruh janda itu menutup pintu rumahnya, dan menuangkan minyak ke dalam bejana-bejana kosong. Bejana demi bejana pun diisi penuh dengan minyak, sampai perempuan itu berkata kepada anaknya: "Dekatkanlah kepadaku sebuah bejana lagi." Namun, tidak tersedia lagi satu pun bejana, dan berhentilah minyak mengalir dari buli-buli.

      Kisah

Minyak Seorang Janda menunjukkan bahwa rahmat Tuhan itu tiada batasnya, mengalir tiada habisnya. Minyak itu mengalir pasti dari sebuah buli-buli, dituangkan dan memenuhi semua bejana kosong. Cara Tuhan memberkati janda nabi itu sungguh ajaib! Tak terukur kecerdasan-Nya, di luar akal manusia. Anda dan saya bisa mawas diri, saat-saat di mana Tuhan memberkati kita dengan cara yang ajaib, tak terjangkau oleh pengetahuan kita. Ada detik-detik di mana kemurahan-Nya melimpahi kita dengan proses di luar praduga kita. Dan puji Tuhan, jika rahmat-Nya terus mengaliri hidup kita sampai hari ini. Renungan kita hati ini juga mengisyaratkan bahwa rahmat Tuhan itu membutuhkan tempat, kapasitas untuk menampung berkat-Nya. Ketika bejana-bejana yang disediakan janda itu habis, minyak pun berhenti mengalir. Sungguh ajaib, jika sampai hari ini kita terus dihidupi oleh anugerah-Nya. Hari demi hari anugerah itu terus mengalir, dan kita senantiasa dimampukan menjadi bejana-bejana kosong untuk menampung kemurahan-Nya.

     Jika kita memiliki kapasitas untuk menampung berkat Tuhan, itu pun suatu berkat yang luar biasa. Dan Elisa mengajarkan kepada janda nabi itu, juga Anda dan saya, ketika berkat-Nya dicurahkan, kewajiban kita pun harus diutamakan. Entah berapa lama perempuan itu menopang hidupnya dengan utang, dan setelah diberkati, yang pertama kali diminta Elisa adalah membayar utang terlebih dahulu: "Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah hutangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu."

     Utang adalah kewajiban, beban yang harus dilepaskan. Elisa ingin keluarga janda itu merdeka dari utang, tidak lagi diperbudak oleh pemberi utang. Agar merdeka, janda dan anak-anaknya harus menuntaskan utang mereka. Jadi, deklarasikanlah hidup Anda dengan menuntaskan terlebih dahulu kewajiban yang tertunda. Lepaskan diri Anda dengan tidak mengingatkan diri lagi pada kewajiban yang seharusnya sudah Anda penuhi. Jangan mengikis anugerah Tuhan dengan kewajiban yang seharusnya Anda utamakan terlebih dahulu. Sekarang, tuntaskanlah, belum terlambat! Nikmatilah rahmat Tuhan layaknya sebagai orang benar yang diberkati-Nya!
 

Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya Tuhan; Engkau

memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai. —Mazmur 5:13



www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar