Senin, 05 Desember 2011

Damai Itu Indah

Damai Itu Indah
1 Timotius 6:5-7

Percecokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan (1 Timotius 6: 5).

    

      Dalam ayat yang berikutnya kita membaca apa yang dimaksud dengan "ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan"... "Memang ibadah itu kalau diikuti dengan rasa cukup, memberi keuntungan besar (ayat 6). "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar" (ayat 7). Kita sering mendengar orang bijak mengatakan "Berapa luas tanah yang kita perlukan apabila tiba saatnya kita dipanggil Tuhan? Dan di sana Tuhan tidak akan bertanya berapa banyak rumah, mobil dan harta yang telah engkau kumpulkan selama hidupmu di dunia?"

     Sambil menunggu jemputan, saya berdiri di dekat puing-puing Hotel Anggrek, di tengah Kota Ambon Manise, ditemani Kay R, rekan dari SIL (Summer Institute of Linguistics). Kay mengatakan,

"I was here when they constructed the buildings. It took months. And I was here too when they demolished the buildings by the other group of people who claimed that this area was theirs. What a sad thing, Irene." Saya menandaskan,

"What is even sadder is the broken relationship of these two groups who have been brothers for generation to generation 'gandong', Kay."     Pembicaraan yang sepintas ini kembali teringat pada waktu saya membaca ayat dalam Kitab 1 Timotius 6 tentang percecokan yang membuahkan keporakporandaan fisik maupun mental, moral dan iman kita. Kenyataan membangun dan menghancurkan sebuah bangunan juga merupakan kenyataan yang sering terjadi dalam hubungan antarmanusia, baik sahabat maupun saudara, "gandong", istilah dalam bahasa Melayu Ambon, yang sering diabaikan kalau keserakahan dan emosi sudah menguasai akal sehat kita.

     Lebih menyedihkan lagi kalau percecokan itu terjadi di kalangan orang-orang percaya, anak-anak Tuhan. Berbeda pendapat adalah hal yang wajar, tetapi jangan sampai membawa kita pada percecokan dan kemudian kita saling membuat dinding pemisah satu dengan lain. Gosip, menggunjingkan teman segereja, sesama majelis atau pengurus gereja lainnya bahkan pendeta, dianggap wajar-wajar saja, dan kemudian buntutnya pindah ke gereja lain atau

ngambek ke gereja. Kita kadang-kadang bersifat kekanak-kanakan, yang menunjukkan kita sudah kehilangan akal sehat kita. Kita cenderung lupa bahwa kita selalu dimonitor baik keluarga terdekat, masyarakat sekitar yang di dalamnya ada orang-orang yang belum percaya akan kebesaran dan kebenaran kasih Tuhan melalui perbuatan dan perkataan kita.

     Marilah kita hidup damai dan memeliharakan persekutuan kasih kita dengan sehati sepikir, dalam satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia, sebaliknya dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri (Filipi 2:1-4). Marilah kita menyelesaikan segala masalah dengan damai dan menghindari percecokan dengan mencermati dan mengikuti nasihat Rasul Pulus kepada jemaat di Filipi. Damai itu indah karena ada kasih di dalamnya, dan kasih itu ada di dalam Kristus. —Irene Talakua

 

Bapa, kuatkanlah kami untuk saling mengasihi dan menguatkan satu sama lain dengan firman-Mu yang hidup yang akan menandai segala perbuatan kami, sehingga nama-Mu selalu dimuliakan.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar