Rabu, 11 April 2012

Iman Tidak Menuntut Bukti

 

Iman Tidak Menuntut Bukti
Yohanes 20:24,25

 

...tetapi Tomas berkata kepada mereka, "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan memasukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya" (Yohanes 20:25).

 

     Ucapan Tomas kepada para murid yang lain, yang mengatakan bahwa mereka sudah bertemu dengan Tuhan Yesus yang sudah bangkit dari kubur-Nya, menunjukkan sikap seorang yang kritis dan tidak mudah menerima atau percaya begitu saja kepada apa yang dikatakan orang lain. Dengan sikap yang seperti itu, orang menjadi tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain sehingga menjadi ikut-ikutan dengan pendapat atau perilaku orang lain. Sikap seperti itu pada hakikatnya merupakan sikap yang baik, karena selain menunjukkan kehati-hatian, juga keinginan untuk mendasarkan segala sesuatunya atas kebenaran berdasarkan kenyataan. Selain baik, bahkan juga diperlukan. Sebab, dalam kehidupan ini, seperti yang kita alami sekarang, banyak terjadi kebohongan-kebohongan dengan berbagai motif dan alasan. Selain itu, oleh semakin menguatnya komunikasi dan interaksi dalam kehidupan bermasyarakat, kita menjadi mudah dipengaruhi oleh keadaan, sehingga menjadi gampang ikut-ikutan pendapat dan perbuatan orang lain, tanpa menyadari apakah itu baik dan benar, atau sebenarnya buruk dan keliru. Jadi, dalam hubungan antarmanusia, sikap kritis dan tidak mudah percaya saja kalau tanpa bukti nyata, merupakan sikap yang tepat dan baik.

     Namun, dalam hal hubungan manusia dengan Tuhan, sikap kritis seperti dilakukan Tomas itu sering tidak tepat. Sebab, kebenaran Tuhan itu tidak selalu terjangkau akal manusia, sehingga tidak selalu harus membutuhkan verifikasi dan bukti-bukti faktual yang dapat diperoleh manusia. Ada faktor lain dalam hubungan manusia dengan Tuhan yang harus menjadi dasar utamanya, yaitu faktor iman. Mengenai apa yang dimasudkan dengan iman itu Kitab Ibrani pasal 11:1 mendefinisikannya sebagai berikut, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Oleh karena itu, bagi orang beriman, iman harus menjadi dasar bagi akal atau logika, bukannya akal atau logika yang harus menjadi dasar bagi iman.

Kata Yesus kepadanya, "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."—Yohanes 20:29



Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar