Sabtu, 04 Februari 2012

Kasih Yang Mahal

Kasih yang Mahal
1Yohanes 3:16-18

 Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (1Yohanes 3:18).

 

    Kisah ini saya baca dalam sebuah buku renungan sepuluh tahun yang lalu. Adalah seorang anak yang saat itu baru berumur empat tahun, namun ibunya mengalami kelumpuhan dari leher sampai ke bawah. Ibu ini dirawat di rumah sakit selama empat tahun dan di rumah selama 36 tahun dengan paru-paru besi dan hidupnya seratus persen tergantung pada pertolongan orang lain. Suami si ibu ini bergumul antara mau meninggalkan si isteri atau bertahan. Pilihannya jatuh pada tetap bertahan dengan risiko berhenti dari pekerjaan. Ia merawat isterinya  tanpa bersungut-sungut. Ketika ia ditanya, apakah yang menjadi alasannya melakukan semuanya itu, maka ia menjawab tanpa ragu demikian

: "Aku tidak tahu sebenarnya, aku telah berjanji kepada isteriku ketika menikah dan aku mencoba untuk menepati janjiku."     Masih adakah pasangan suami-isteri dewasa ini yang hidup seperti kisah di atas? Makin tahun angka perceraian makin menjadi-jadi. Dan hampir pasti alasannya cukup klasik

: tidak ada kecocokan. Menikah bukan untuk mencari

kecocokan, yang kalau tidak berhasil lalu menjadi

ke-cekcok-kan dan perpisahan. Firman Tuhan menasihati setiap orang percaya untuk hidup dalam kasih sebagai tanda hidup baru.

     Masukkan kata PENGORBANAN dalam pikiran kita dan lakukan. Pikiran kita bisa membawa kita ke arah positip, tetapi juga bisa membawa kita ke arah negatip. Hidup menikah dan berumah tangga tidak akan bahagia tanpa ada pengorbanan. Karena pengorbanan adalah saat kita menyerahkan

"nyawa' yaitu hidup kita untuk dan bagi orang yang kita kasihi. Pikiran kita yang menolak pengorbanan, akan menimbulkan masalah dalam rangka penyatuan dua insan yang berbeda.

     Usahakan hidup BERBAGI yang  dimulai dari hati yang peduli. Menutup pintu hati adalah bukti bahwa kita masih belum bisa berbagi. Menutup pintu hati membuat sesak, pengap dan gelap perjalanan hidup ini. Jangan biarkan hati kita diisi dengan hal-hal duniawi melulu, melainkan isilah juga dengan

KASIH, sebuah kata  yang paling manis dan paling didambakan  setiap orang.

     Lakukan dengan KOMITMEN  yang tidak kenal menyerah. Sebutan "anak-anakku" keluar dari seorang yang benar-benar ingin agar generasi yang berikutnya akan menjadi lebih baik dan berkualitas. Bila masih ada komitmen untuk mengasihi, maka tidak akan ada kata  perpisahan atau perceraian. Contohlah suami yang rela merawat isterinya sampai memberikan dirinya sendiri demi hidup isterinya nyaman dan berarti.   

 

Kembalilah kepada kasih yang mula-mula, sebab kasih lebih mahal dari semua yang pernah ada di dunia ini.


 


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar