Siapa yang tidak takut ketika harus menghadapi badai besar di
tengah lautan? Angin dan ombak yang besar itu dapat membuat kapal
yang kita tumpangi menjadi kandas. Pada saat seperti itulah sebuah
sauh atau jangkar diturunkan ke dasar laut. Ukuran jangkar jelas
sangat kecil bila dibandingkan dengan ukuran kapal, namun perannya
sangat besar untuk menahan kapal dari terjangan ombak.
Alkitab mengibaratkan pengharapan kepada Tuhan seperti jangkar.
Dengan jangkar itulah orang dapat bertahan dalam badai
ketidakpastian hidup. Seperti pengalaman Abraham. Istrinya sudah
menopause dan dirinya juga sudah begitu tua. Mungkinkah ia akan bisa
mendapatkan keturunan seperti yang dijanjikan Tuhan? Penantian
panjang ini seperti badai yang dapat menggoyahkan iman Abraham.
Namun Alkitab mencatat, Abraham menanti dengan sabar (ayat 15).
Mengapa? Karena Abraham tahu kepada Siapa ia meletakkan
pengharapannya (ayat 16-18). Penulis kitab Ibrani mendorong jemaat
Tuhan yang mulai goyah imannya untuk memiliki pengharapan yang
demikian (ayat 11-12).
Tuhan kita adalah Tuhan yang selalu menepati janji-Nya. Dia tidak
pernah berdusta. Apakah kita sungguh meletakkan pengharapan kita
kepada-Nya? Menanti memang adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan,
tetapi menanti adalah bukti kesungguhan iman dan pengharapan kepada
Pribadi yang memberikan janji itu. Jangan berusaha menjawab
pergumulan dengan cara kita sendiri. Jangan pernah meninggalkan
pengharapan kita dalam Tuhan. Pengharapan itulah sauh bagi jiwa,
yang akan menjaga kita untuk tidak goyah diombang-ambingkan badai
kehidupan.
KITA DAPAT BERHARAP PADA JANJI-JANJI TUHAN
KARENA KITA TAHU DIA YANG MENJANJIKANNYA SETIA
Ibrani 6:9-20
9 Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami
berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki
sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan.
10 Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu
dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan
kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai
sekarang.
11 Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan
kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik
yang pasti, sampai pada akhirnya,
12 agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut
mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa
yang dijanjikan Allah.
13 Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia
bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang
lebih tinggi dari pada-Nya,
14 kata-Nya: "Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau
berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak."
15 Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh
apa yang dijanjikan kepadanya.
16 Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah
itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala
bantahan.
17 Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima
janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat
diri-Nya dengan sumpah,
18 supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana
Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan,
beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang
terletak di depan kita.
19 Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita,
yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir,
20 di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia,
menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai
selama-lamanya.
www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar