Jangan miliki tujuan, maka Anda akan melanggarnya setiap saat! Kita semua telah mendengarkan itu dari waktu ke waktu. Tetapi sayang, kebenarannya hanya sampai ke dalam hati sedikit orang! Tahukah Anda ke mana Anda pergi? Para pemimpin yang baik harus memiliki strategi. Mereka harus mengetahui bagaimana cara mengerjakan sesuatu.
Sebuah strategi yang baik terdiri atas:
1. Tujuan -- maksud-maksud dasar organisasi.
2. Sasaran -- cara khusus yang dipakai untuk mengukur dan mencapai tujuan.
3. Prioritas -- faktor-faktor yang menentukan kapan dan mengapa sesuatu dilakukan.
4. Perencanaan -- proses yang digunakan untuk mencapai sasaran (meliputi personalia, sumber daya, kendala, dan evaluasi).
5. Pedoman -- kerangka kerja moral dan etis yang digunakan organisasi dalam mencapai sasaran-sasarannya.
Organisasi hendaknya memiliki suatu filsafat pelayanan yang meliputi kelima unsur ini. Pemimpin bertanggung jawab penuh untuk menjaga, tidak menyimpang, dan berdiri pada jalur yang benar.
Mengapa Kita Memerlukan Strategi?
Banyak organisasi dan pemimpin yang bekerja tanpa strategi yang baik. Sasaran mereka hanyalah untuk menjaga agar organisasi mereka tetap berjalan dari hari ke hari. Mereka hanya menangani permasalahan dan kebutuhan saat ini. Organisasi semacam itu menderita suatu penyakit kronis. Jika tidak kronis setidaknya organisasi itu "tidak sehat". Sebuah organisasi dikatakan tidak sehat jika ia tidak tahu ke mana dan mengapa ia berjalan.
Pikirkan beberapa alasan mengapa Anda membutuhkan sebuah strategi yang baik. Mungkin itu akan mengungkapkan beberapa alasan mendasar dari rasa frustrasi, bingung, dan kurangnya antusias dalam organisasi Anda.
1. Untuk Mengetahui Mengapa Sesuatu Harus Dilakukan
Sebuah organisasi bisa menyediakan pekerjaan untuk banyak orang dan merancang tugas-tugas untuk mereka lakukan. Tetapi jika tidak ada strategi, alasan orang untuk bekerja akan hilang. Ini terjadi khususnya di kalangan organisasi Kristen. Ada idealisme tertentu dalam hati setiap orang percaya, yang bergabung untuk bekerja pada sebuah organisasi Kristen. Orang tersebut ingin menjadi bagian dari sesuatu yang benar-benar besar, sesuatu yang berdampak kekal. Mereka suka merasakan bahwa pekerjaan tersebut dilakukan untuk Tuhan. Dan memang demikian.
Bila pekerja Kristen mulai bertanya-tanya mengapa suatu hal tertentu harus dikerjakan, maka strategi menjadi sesuatu yang sangat diperlukan. Pekerjaan mereka memerlukan suatu penjelasan. Para pekerja Kristen perlu dimotivasi oleh sasaran-sasaran organisasi yang tinggi dan mulia.
Seorang sekretaris kami merasa patah semangat karena kehilangan visi dalam pekerjaan dan pelayanannya di gereja. Setelah diingatkan, ia mulai menyadari pentingnya pekerjaannya dan ia dapat bersyukur bahwa ia telah menjadi salah satu bagian di dalamnya; motivasinya bukan sekadar materi.
2. Untuk Mempertahankan Minat
Jika sebuah organisasi tidak memiliki tujuan dan sasaran, seorang pekerja di organisasi tersebut mudah kehilangan minat -- untuk pergi ke kantor setiap hari pun menjadi lebih sukar, pekerjaan tidak lagi menggairahkan, hidup serasa bosan dan tumpul, pekerja bersikap apatis, acuh tak acuh terhadap kebutuhan dan tanggung jawab yang mendesak. Bila hal ini terjadi, para pemimpin perlu memerhatikan strategi dengan baik.
Salah seorang staf kami telah kehilangan hasrat dalam pelayanan. Dia tahu seluruh strategi organisasi, namun belum diterapkannya dalam pelayanan. Ketika diingatkan kembali, ia menemukan sebuah strategi untuk melayani Tuhan dengan antusias dan penuh sukacita.
3. Untuk Mengetahui Apa yang Harus Dilakukan
Seorang hamba Tuhan mengunjungi saya. Ia baru saja lulus dari seminari dan menggembalakan sekelompok kecil jemaat. Setelah bergumul beberapa tahun, dia memulai dengan menanyakan beberapa pertanyaan mendasar mengenai apa yang harus dilakukan para gembala. Dia berkata bahwa dia duduk di kantornya dari hari ke hari dan tidak terjadi apa pun. Tidak ada yang datang menemuinya. Tidak ada yang meneleponnya. Dia merasa bosan dan tidak tahu harus berbuat apa.
Terus terang, saya merasa kesulitan memahami orang muda ini! Namun, saya menyadari bahwa dia bersungguh-sungguh dan dia tidak memiliki strategi. Ketika saya berbicara tentang strategi, saya memberikan beberapa pemikiran kepadanya. Dia merasa kewalahan. Dia tidak menyadari bahwa banyak hal yang harus dikerjakan!
Keluhan yang paling lazim di kalangan organisasi Kristen (yang sering kali tidak diperhatikan oleh para pemimpin) adalah bahwa orang-orang tidak tahu apa yang harus mereka kerjakan. Mereka memunyai waktu, tetapi mereka tidak mengetahui dengan jelas mengenai strategi organisasi dan tidak tahu bagaimana menerapkannya pada bidang pelayanan mereka.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Sesuatu Harus Dilakukan
Strategi meliputi perencanaan. Perencanaan meliputi "bagaimana sesuatu harus dilakukan" di dalam suatu organisasi. Strategi menyampaikan kepada kita bagaimana sampai pada sasaran yang ingin dicapai. Organisasi-organisasi yang tidak memiliki strategi membuat orang yang bekerja di dalamnya merasa kesulitan dalam mencapai sesuatu.
Dalam sebuah organisasi yang besar, tampaknya sangat sulit untuk mencapai sebuah tujuan. Menurut pengamatan saya, seseorang mungkin telah lama bekerja dalam suatu organisasi, namun ia tidak tahu bagaimana melakukan sesuatu dengan cara yang efisien. Sebuah strategi akan membantu. Dalam strategi, proses untuk mencapai sesuatu harus digambarkan dengan jelas. Garis kepemimpinan perlu dijelaskan, sehingga pekerja tidak memiliki keraguan dalam melakukan tugasnya dan dari siapa mereka akan mendapatkan persetujuan.
Di samping semua hal itu, berdasarkan pengalaman saya, "proses-proses" di dalam organisasi perlu terus-menerus ditingkatkan dan diperkenalkan kepada orang-orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Hal ini merupakan sesuatu yang perlu terus-menerus dilakukan karena staf, alat-alat, jadwal-jadwal dapat berganti; semuanya ini memerlukan komunikasi dengan para pekerja. Mereka perlu sering diingatkan bagaimana sesuatu seharusnya dilakukan.
5. Untuk Mengevaluasi Pekerjaan Kita
Mungkin inilah alasannya mengapa begitu banyak pemimpin yang gagal untuk memiliki strategi. Kita tidak ingin dievaluasi dengan bentuk pengukuran apa pun. Mudah saja untuk menyoroti kelemahan dan kegagalan dalam organisasi. Tetapi evaluasi harus terus berjalan. Tugas seorang pemimpin adalah melakukan evaluasi secara konsisten, mengurangi bagian-bagian yang tidak produktif, dan menambah sumber daya dan orang pada bagian-bagian yang menjanjikan pertumbuhan.
Saya bertanya kepada seorang hamba Tuhan, teman saya, "Bagaimana keadaan jemaat Anda?" Dia menjawab, "Saya tidak tahu." Dia jujur, tetapi setelah beberapa saat bercakap-cakap, saya melihat bahwa dia tidak memiliki strategi! Dia tidak tahu apa yang menjadi tujuan-tujuannya, dan dengan sendirinya ia sedang berkata bahwa ia tidak memiliki sasaran atau rencana. Tidak heran bila ia tidak tahu bagaimana keadaan jemaatnya sendiri!
Bahaya terbesar dalam evaluasi adalah bila seorang pemimpin membandingkan pekerjaannya dengan orang lain. Hal itu tidak perlu dilakukan. Seorang pemimpin hanya perlu untuk menetapkan strategi bagi organisasinya dan berpegang pada strategi itu! Jangan khawatir dengan apa yang orang lain lakukan dalam organisasi lain! Pertanyaannya adalah, apakah sebagai pemimpin, ia telah mencapai sasaran yang telah ia tetapkan untuk pelayanannya? Jika ya, puji Tuhan! Itulah satu-satunya hal yang memiliki arti! Allah tidak menilai kita berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh orang lain!
6. Untuk Menjalankan Kepemimpinan Rohani
Mungkin kita menyatakan dengan mulut kita bahwa kita berkomitmen terhadap tujuan-tujuan yang tinggi dan mulia, namun tanpa strategi yang disusun dengan jelas, tidak akan ada komitmen yang terwujud. Sebuah strategi menunjukkan suatu kesungguhan tentang kepemimpinan rohani kita. Kita harus tahu ke mana kita pergi dan bagaimana cara untuk sampai ke sana.
Perpindahan dalam pelayanan sering kali terjadi. Para hamba Tuhan berpindah dari gereja yang satu ke gereja lainnya, sementara masing-masing gereja yang sedang dalam proses pertumbuhan itu terhambat. Mereka diharapkan menjadi pemimpin-pemimpin rohani, tetapi ke mana mereka pergi? Sebuah strategi yang tersusun rapi akan mengakhiri pergantian penggembalaan yang tetap. Ini memerlukan waktu untuk mengembangkan suatu strategi. Berbahagialah organisasi Kristen dengan strategi yang menghendaki adanya kepemimpinan jangka panjang.
7. Untuk Menuntun Kita pada Masa Krisis
Suatu strategi akan membantu kita untuk bersabar bila keadaan menjadi buruk. Saat keadaan memburuk, strategi dapat membantu dan menolong seorang pemimpin untuk menempatkan semua itu dalam perspektif yang memadai.
Seorang hamba Tuhan dari kota lain menelepon dan mengatakan bahwa ia akan keluar dari pelayanan jemaatnya yang sedang mengalami kemunduran. Saya mendorongnya untuk tetap tinggal. (Kata-kata "Saya akan keluar" harus disingkirkan dari kamus kepemimpinan rohani!) Dia tidak mau menerima nasihat saya, dan akhirnya ia harus menyesalinya. Dia sekarang merasa telah melakukan kekeliruan. Masalahnya? Dia tidak memiliki strategi, sasaran, ataupun tujuan.
Banyak pemimpin terus mengabaikan fakta dasar kepemimpinan adalah Anda harus tahu ke mana Anda pergi, jika Anda ingin orang lain mengikuti Anda!
[Bersambung ke edisi e-Leadership 117]
Diambil dan disunting dari:
Judul asli buku: The Seven Laws of Christian Leadeship
Judul buku terjemahan: Rahasia Keberhasilan Seorang Pemimpin (7 Hukum Kepemimpinan Rohani)
Judul asli artikel: Pemimpin Yang Baik Memiliki Strategi
Penulis: David Hocking
Penerjemah: Martin Muslie, Deddy, Suryadi, Xavier Quentin Pranata
Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 1994
Halaman: 217 -- 223
KUTIPAN
"Ketika kita merasa terlalu berani, ingatlah akan kelemahan kita. Ketika kita merasa terlalu lemah, ingatlah kekuatan Kristus." (Sir Thomas Moore)
INSPIRASI: TUHAN DI BALIK PERUBAHAN (ESTER 5)
Pada saat negara mengalami masa kritis, kita sering mendengar suatu pernyataan: "Perkembangan politik berubah setiap satu detik". Nuansa inilah yang melatarbelakangi kisah Ester di pasal 5 yang dimulai dengan penegasan: "Pada hari yang ketiga" (5:1). Inilah hari penentuan, siapa yang akan memenangkan peperangan, Ester yang menyelubungi dirinya (2:10, 20), atau Haman dengan rencana terselubungnya (5:14)?
Ester telah mempersiapkan suatu strategi yang cermat dan penuh risiko, yang bukan sekadar mempertaruhkan nyawanya sendiri, tetapi juga nyawa semua orang sebangsanya. Ia menggunakan dan memaksimalkan kesempatan sekecil apa pun, berdandan secantik mungkin, dan tidak gegabah menyampaikan maksudnya (1,4,7-8). Namun di balik semuanya itu ada sesuatu yang terjadi, yang hanya dimungkinkan karena adanya tangan Tuhan yang bekerja (Amsal 21:1) serta memberikan kasih karunia. Ester melanggar peraturan dan seharusnya menerima hukuman mati, namun sebaliknya ia justru mendapat perkenan raja (4:11; 5:2-3,6,8).
Pada hari itu juga berkumpullah dalam satu pesta ketiga orang paling penting yang menentukan nasib banyak orang dalam kerajaan Persia: Ahasyweros, Ester, dan Haman. Haman dalam kesombongannya meninggikan dirinya sendiri, sementara ia tidak menyadari perubahan yang terjadi. Ia bersama istri dan sahabat-sahabatnya merancangkan hal yang jahat bagi Mordekhai (5:10-14), namun ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang masuk dalam perangkap yang dibuatnya sendiri. Tuhan tidak tinggal diam. Ia mengatur perubahan. Ia Raja di atas segala raja yang memberikan kasih karunia kepada Ester -- umat kepunyaan-Nya dan jerat bagi Haman -- musuh-Nya yang meninggikan diri.
Di tengah kecamuk politik Indonesia yang terus berubah, kita perlu mendukung orang Kristen yang duduk di pemerintahan, agar berani menghadapi risiko serta melangkah dengan iman kepada Tuhan yang membuat perubahan. Kiranya mereka bersikap bijaksana, membuat strategi yang cermat dan tepat demi terwujudnya tujuan yang mulia.
Diambil dari:
Nama situs: SABDA.org (Publikasi e-SH)
Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2001/06/25/
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 20 Februari 2012
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar