: Roma 15:1-13
Semoga Allah, sumber
pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera (Roma
15:13)
Pada 5 Agustus 2010, tambang emas dan
tembaga di Copiapo, Cile, runtuh. Sebanyak 33 penambang terperangkap. Regu
penyelamat yang mencari mereka, nyaris putus asa. Namun, 17 hari kemudian,
diketahui bahwa mereka masih hidup walau terperangkap di dalam tambang sedalam
700 meter. Dan, mereka harus sabar menanti hingga 7 minggu, sebelum mesin bor
berhasil menembus lubang tempat mereka berlindung.
Ya, manusia bisa bertahan hidup selama
40 hari tanpa makan, 4 hari tanpa minum, 4 menit tanpa bernapas. Namun, manusia
tak mampu hidup bahkan selama 4 detik saja, jika ia tak punya semangat dan
harapan. Itu sebabnya di tengah impitan dan tahap awal aniaya terhadap jemaat
Roma, Paulus menasihati agar setiap orang percaya bergantung kepada Allah
sumber pengharapan, sukacita, damai sejahtera. Di tengah tekanan sekalipun, Dia
sanggup memberi kekuatan dan pengharapan (ayat 13). Maka, yang kuat dapat
menolong yang lemah dan lelah. Dengan kerukunan yang demikian, orang-orang
beriman itu memuliakan Allah (ayat 1-6).
Ketika dunia menganggap 33 penambang
Cile itu pahlawan, dengan keras Henriques salah satu dari mereka menolaknya.
Katanya, "Kita bukan pahlawan, dan jika ada pahlawan, itu adalah semangat
yang diberikan Tuhan, yang membuat kami bertahan". Ternyata, semasa di
dalam tambang ia membacakan sejumlah ayat Alkitab kepada teman-temannya, untuk
menjaga semangat mereka.
Mari jalani hidup ini dengan penuh
semangat. Apalagi untuk melakukan tugas sebagai saksi Kristus: memberkati dan
menolong banyak orang di sekitar kita yang hidup dalam keputusasaan.
HIDUP DIBERI AGAR DIJALANI
DENGAN PENUH ARTI MAKA TUHAN MENYALAKAN SEMANGAT AGA KITA MENJADI BERKAT
Meniru Allah
Efesus 5:1-6
"Buah jatuh tak jauh dari
pohonnya", demikian kata sebuah pepatah yang bermakna bahwa karakter,
kebiasaan, atau hidup seorang anak tak akan jauh berbeda bila dibandingkan
dengan karakter, kebiasaan, atau hidup orang tuanya.
Di ayat 1, Paulus mengingatkan jemaat
Efesus bahwa mereka adalah anak-anak Allah. Sebagai anak, orang percaya
berbagian dalam natur keilahian Allah. Paulus mengajarkan bahwa orang percaya
harus meniru Allah dengan menunjukkan kasih seperti yang Kristus telah nyatakan
(2). Kita tahu bahwa Kristus telah menyerahkan diri-Nya untuk dikurbankan bagi
umat-Nya. Itulah wujud kasih Allah bagi umat-Nya. Inilah wujud kasih orang
Kristen seharusnya yaitu menyatakan kasih dengan sebuah tindakan pengurbanan,
baik bagi Allah maupun manusia. Kasih orang Kristen tidak akan pernah
dinyatakan dalam tindakan yang bersifat amoral, sebab amoral bukanlah karya Roh
Kudus melainkan buah kedagingan.
Karena itu ada hal yang tidak boleh
dilakukan oleh orang percaya, yaitu percabulan, kecemaran atau keserakahan,
juga perkataan kotor (3). Jangankan untuk dilakukan, untuk dibicarakan saja
tidak pantas! Maka topik-topik semacam itu bukanlah subjek yang pantas untuk
dijadikan bahan obrolan oleh orang-orang tebusan Kristus. Sebab itu dilakukan
bukan atas dasar kasih Kristen sejati, melainkan kedagingan, yaitu hawa nafsu
dan kesenangan diri.
Perhatikan perkataan Paulus: semua itu
harus dihindari bukan supaya umat menjadi kudus, melainkan karena umat adalah
kudus maka umat harus hidup sebagaimana seharusnya orang kudus hidup. Jika
kerajaan Allah hidup di dalam diri mereka, maka sebuah transformasi hidup
niscaya akan terjadi sehingga mereka tidak lagi hidup untuk melakukan hal-hal
itu. Patut diingat bahwa orang yang melakukan percabulan, kecemaran atau
keserakahan, dan orang-orang yang berkata-kata kotor tidak mendapat bagian
dalam Kerajaan Allah.
Meniru Allah berarti meniru Kristus.
Yaitu meniru kasih, kekudusan, kebajikan, dan sikap-Nya memuliakan Allah.
www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar