: 1 Tawarikh 29:21-30
: Yohanes 19-21
Nats : Kemudian matilah ia pada waktu
telah putih rambutnya, lanjut umurnya, penuh kekayaan dan kemuliaan, kemudian
naik rajalah Salomo, anaknya, menggantikan dia (1 Tawarikh 29:28)
Semua kisah tentu ada akhirnya. Ada
yang berakhir dengan bahagia, tetapi banyak juga yang berakhir sedih, bahkan
tragis. Kalau kita diminta untuk memilih, tentu kita akan memilih kisah yang
berakhir bahagia, apalagi kalau itu kisah hidup kita sendiri. Bahkan, ada
gurauan bahwa kalau bisa kita mengalami masa kecil yang indah, masa muda yang
nikmat dan bahagia, lalu di masa tua tinggal menikmati kekayaan dan menunggu
masuk surga. Tentu ini tidak realistis.
Hidup Daud dapat dikatakan sukses. Ia
sukses menjadi raja yang kaya raya dan penuh kemuliaan. Anaknya, Salomo raja
yang akan terkenal karena hikmatnya akan menggantikannya sebagai raja. Daud,
raja sekaligus prajurit sejati, wafat saat usianya sudah tua dan meninggalkan banyak
kesan: karyanya, hikmatnya, kesalehannya, doa-doanya. Memang ada raja Israel
lain yang lebih makmur dan lebih lama memerintah daripada Daud, tetapi tak ada
raja yang lebih saleh darinya. Hingga ia bahkan dihubungkan dengan Mesias yang
dijanjikan. Ya, Yesus bahkan juga disebut sebagai Anak Daud.
Ketika kita kelak meninggalkan dunia
ini, apakah yang kita ingin agar diingat orang-orang mengenai kita?
Keberhasilan atau kegagalan kita? Apakah perjalanan hidup dan iman yang telah
kita perjuangkan bisa menjadi teladan bagi orang-orang yang kita tinggalkan?
Kiranya bukan sekadar akhir bahagia yang kita inginkan terjadi di hidup kita,
melainkan hidup yang telah selesai melaksanakan rancangan Allah bagi kita.
Bahwa melalui hidup kita, banyak orang dapat merasakan kasih Tuhan. Melalui
hidup kita, nama Kristus dimuliakan.
HIDUP YANG SUKSES
BUKAN SEKADAR MEMENUHI CITA-CITA PRIBADI MELAINKAN JUGA MEMENUHI CITA-CITA
TUHAN MENCIPTAKAN KITA
Transformasi radikal
Efesus 5:7-14
Terang jelas berbeda dengan gelap,
sebab itu terang tidak dapat bersatu dengan gelap. Ketika terang datang maka
gelap akan sirna karena terang akan menyingkapkan apa yang ditutupi oleh
kegelapan.
Paulus menjelaskan bahwa orang yang
telah diselamatkan karena iman kepada Kristus bukan sekadar mengalami
perbaikan, melainkan sebuah transformasi radikal dari gelap menjadi terang (8).
Transformasi radikal ini seharusnya berdampak radikal pula pada perilaku orang
yang sudah diselamatkan. Orang percaya seharusnya tidak lagi ambil bagian dalam
perbuatan kegelapan (7, 11) sebab perubahan kondisi dari gelap menjadi terang
seharusnya berbanding lurus dengan perubahan hidup. Oleh karena itu perbuatan
kegelapan seharusnya ditelanjangi (11, 12-13) agar orang lain pun tahu dan
kemudian menghindarinya.
Yesus Kristus adalah terang dunia,
siapa saja yang menyebut diri pengikut Kristus harus hidup di dalam terang.
Karakter terang akan nyata melalui kebaikan, keadilan, dan kebenaran (9) yang
muncul sebagai buahnya. Hidup sebagai anak terang juga berarti selalu mencari
apa yang berkenan bagi Tuhan yang telah menganugerahkan keselamatan (10).
Hidup sebagai anak terang adalah
panggilan utama kita sebagai pengikut Kristus. Ini harus berdampak pada
perilaku, pola pikir, dan nilai-nilai hidup yang kita anut. Kita tidak boleh
sama lagi seperti sebelum kita mengenal Kristus. Kita telah menjadi ciptaan
baru maka bila dibandingkan perilaku dan pola pikir kita sebelum dan sesudah
mengenal Kristus, semua itu harus seperti perbedaan siang dan malam.
Lihatlah hidup kita, sudahkah berbeda
antara masa sebelum kenal Kristus dan masa sesudah kita dilahirkan kembali?
Bila belum, bangunlah dari tidur yang berkepanjangan dan mintalah cahaya
Kristus menerangi Anda. Bila sudah, terangi dunia di sekitar Anda dengan terang
Kristus. Dengan demikian kita menyenangkan hati Tuhan dan Injil dinyatakan.
"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat
perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Mat. 5:16).
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar