di dalam sejarah
Mazmur 114
Setiap bangsa memiliki
sejarah masing-masing, tentang bagaimana mereka hadir dalam dunia ini. Israel
memiliki sejarah yang ajaib, menjadi sebuah bangsa bukan dengan kekuatan
sendiri atau karena keperkasaan para pahlawannya. Israel ada karena Allah
berkarya membebaskan mereka.
Pujian dalam Mazmur ini
jelas ditujukan kepada Allah yang bertindak menebus umat-Nya dari perbudakan
Mesir dan membawa mereka masuk ke tanah perjanjian. Karya dahsyat yang
dipaparkan di sini menyangkut dua peristiwa besar dalam sejarah Israel. Yang
pertama adalah kisah Keluaran. Setelah beratus tahun diperbudak di Mesir, Tuhan
membebaskan mereka. Peristiwa pembebasan mereka begitu spektakuler. Sepuluh
tulah berturut-turut menghajar Mesir, dan pada ujungnya umat Tuhan menyeberangi
Laut Teberau (3a, 5a). Di sana Firaun dan pasukannya justru tenggelam dan
binasa. Peristiwa kedua adalah menyeberangi sungai Yordan (3b, 5b). Peristiwa ini
menandakan penggenapan janji Tuhan kepada Abraham bahwa keturunannya akan
mewarisi tanah Perjanjian, yaitu Kanaan. Di tempat itulah mereka tinggal
sebagai bangsa milik Allah yang berdaulat di antara bangsa-bangsa yang ada di
dunia (2). Di antara kedua peristiwa bersejarah itu, yang tidak kalah penting
adalah pemeliharaan Tuhan dalam empat puluh tahun pengembaraan di padang gurun.
Walau mereka ada di sana karena hukuman Allah atas dosa mereka, tetapi tangan
kasih dan kuasa-Nya tidak pernah meninggalkan mereka. Air yang merupakan
kebutuhan vital, Tuhan sediakan secara berlimpah (8).
Bagi kita umat Kristen
masa kini, kedua peristiwa bersejarah tersebut menjadi simbol pembebasan dari
perbudakan dosa dan masuk menjadi umat Tuhan di Kerajaan Allah. Kita bersyukur
kepada Tuhan karena Kristus telah memungkinkan kedua hal tersebut menjadi nyata
dalam kehidupan kita. Melalui pengurbanan diri-Nya di kayu salib, Dia
membebaskan kita dari perbudakan dosa dan lewat kebangkitan-Nya, kita memiliki
jaminan hidup yang kekal.
|||||| sumber: http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/
||||||
Dapatkah Anda Dihubungi?
1 Samuel 3:1-10
Mazmur 57-59; Roma 4
Dengan telepon genggam, kini
seseorang bisa dihubungi kapan pun dan di mana pun. Ironisnya, alat komunikasi
ini juga bisa menciptakan kesalahpahaman. Seorang istri jengkel ketika gagal
menghubungi suaminya yang berada di luar kota. Sang suami membawa dua telepon
genggam, tetapi ketika dua-duanya dihubungi, tidak diangkat. Spontan si istri
mengira suaminya selingkuh. Padahal tidak demikian. Ketika rapat siang
harinya, telepon genggam sang suami dipasang pada posisi silent. Ia lupa mengembalikannya ke posisi normal,
sehingga tidak bisa mendengar bunyi telepon masuk!
Allah selalu ingin menghubungi kita, tetapi terkadang
hati kita berada pada posisi "silent". Tidak merespons ketika mendengar suara-Nya.
Itulah yang dialami Eli. Karena membiarkan dosa anak-anaknya, ia kehilangan
daya dengar rohaninya. Akibatnya, "pada masa itu firman Tuhan jarang" (ayat
1). Lalu Tuhan beralih menghubungi seorang muda yang hatinya bersih. Namanya
Samuel. Tiga kali Tuhan memanggil namanya. Mula-mula tidak terjadi komunikasi
karena Samuel diam saja. Tuhan baru berbicara setelah Samuel memberi respons,
"Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar" (ayat 10). Jadi, untuk
berkomunikasi dengan Tuhan, kita perlu peka. Menyatakan diri sedia untuk
mendengar-Nya.
Tuhan selalu ingin berbicara
kepada Anda lewat firman-Nya, termasuk saat Anda berwaktu teduh. Ada pesan yang
Tuhan ingin sampaikan. Namun, dapatkah Anda dihubungi? Ketika Tuhan menegur,
apakah Anda peka dan segera merespons? Ataukah hati Anda sudah menjadi tuli
karena dosa? Atau, terlalu sibuk, sehingga selalu berkata "nanti saja"?
APABILA ANDA SUDAH LAMA
MERASA TUHAN TIDAK BERBICARA
PASTIKAN HATI ANDA TIDAK
BERADA DALAM POSISI "SILENT"
sumber: http://www.renunganharian.net/ ||||||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar