Rabu, 30 November 2011

Yesus Membangun Orang

Roma 15:2 "Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya."
__________________________________________

Kita memasuki bulan Natal, saya ingin mendorong Anda untuk menjadi seseorang yang berkarakter untuk membangun orang lain.
Ini adalah sebuah hadiah yang dapat Anda berikan pada orang lain yang akan bertahan selamanya.

Alkitab mendorong kita untuk melakukan hal ini.
Dikatakan dalam Roma 15:2 (terjemahan NIV), "Kita harus mempertimbangkan kebaikan sesama kita dan membangun karakternya."

Kunci untuk membangun orang adalah kebaikan -- memberikan apa yang mereka butuhkan dan bukan apa yang layak mereka dapatkan.
Bila Anda mempelajari cara Yesus membangun orang, Dia melakukan tiga hal: menantang, mendorong, dan berbicara jujur.

Hari ini, kita akan melihat bagaimana Yesus menantang orang untuk menjadi semua yang terbaik sesuai dengan apa yang Tuhan rencanakan bagi setiap orang.
Tuhan tidak ingin Anda menyia-nyiakan hidup Anda!

Tantanglah keluarga dan teman-teman Anda untuk hidup melebihi dari hanya memikirkan diri mereka sendiri, dan tantang mereka untuk menemukan kekuatan dan kemampuan mereka.
Tuhan telah memberikan kepada kita beberapa kemampuan khusus, dan Dia ingin kita menggunakannya untuk saling membantu.
Kita ada disini untuk menyampaikan berbagai macam berkat-berkat Tuhan kepada orang lain.

Kita semua membutuhkan orang yang mau membantu kita menemukan karunia-karunia kita dan yang akan menantang kita untuk mengembangkan, memperkuat, dan menggunakannya.
Anda dapat memainkan peran penting dalam hal ini dengan membantu orang-orang yang Anda kasihi untuk menemukan kekuatan dan kemampuan mereka, kemudian menantang mereka untuk menggunakannya.

Dan, Anda dapat membantu mereka memahami betapa istimewanya talenta dan kemampuan yang mereka miliki -- bahwa kita semua akan kehilangan berkat jika kita tidak menggunakan karunia-karunia yang Tuhan telah berikan.
Ini seperti seorang penyanyi yang tidak pernah bernyanyi, kita kehilangan berkat yang akan datang dari mendengar suara yang merdu.
Kita diciptakan untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Besok kita akan melihat bagaimana Yesus mendorong orang lain.
__________________________________________

Bacaan Alkitab Setahun :
Mikha 7; Ibrani 13
__________________________________________

Kita dapat memberikan hadiah yang kekal pada orang lain ketika kita mau membantu mereka untuk menemukan dan mengembangkan talenta mereka untuk kemuliaan Tuhan.


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

MENGEJAR EKOR

MENGEJAR EKOR

Seekor kucing keasyikan mengejar ekornya sendiri. Berputar-putar,
dan berputar-putar lagi, berharap segera mendapati ekornya
tertangkap. Ia pikir, ketika ia sudah mendapatkan ekornya, ia akan
bahagia. Ia tidak akan khawatir kehilangan ekor, karena ia telah
memegang ekornya. Padahal itu salah sama sekali! Berputar sampai
pingsan pun ia takkan dapat menangkap ekornya. Ia hanya akan
kelelahan. Dan sesungguhnya, bukankah tanpa dikejar pun, ekor itu
selalu setia mengikutinya?

Sadar atau tidak, kerap kali orang memakai waktu hidupnya untuk
banyak mengejar kesuksesan, kekayaan, pengakuan, dan sebagainya,
agar hidupnya bahagia. Segala upaya, waktu, dan energi,
dicurahkannya untuk mengejar hal-hal itu. Padahal, itu sebenarnya
adalah target hidup yang salah! Segala target yang tidak bernilai
kekal, tidak layak kita kejar sedemikian rupa. Kita malah kehilangan
target yang utama, yang Tuhan ingin agar kita raih dan miliki,
supaya hidup kita berarti.

Mari simak lagi, bagaimana Tuhan berkenan pada permintaan Salomo
(ayat 10). Yakni, ketika Salomo meminta hikmat sebagai hal
terpenting yang ia rindukan, bukan yang lain-lain (ayat 9). Dan,
ketika target utama itu telah ia sasar, Tuhan ternyata menambahkan
hal-hal lain yang Salomo perlukan, meski Salomo tidak memintanya
(ayat 13). Tanpa perlu dikejar, Tuhan memberinya kekayaan,
kemuliaan, umur panjang. Itu semua bonus! Sebab itu, kita diajar
untuk tidak mengejar bonus, tetapi target utama: hikmat. Yakni, hati
yang berpadanan dengan hati Tuhan. Mata yang melihat seperti mata
Tuhan. Hidup yang berjalan sebagaimana Tuhan berjalan. Mari kenali
pribadi Tuhan lebih intim. Dan, milikilah hikmat dari-Nya.

HIDUP KITA DI DUNIA INI TERBATAS ADANYA MAKA TENTUKAN TARGET YANG
BENAR DAN KEKAL NILAINYA


1 Raja-raja 3:4-14

4 Pada suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan
korban, sebab di situlah bukit pengorbanan yang paling besar;
seribu korban bakaran dipersembahkan Salomo di atas mezbah itu.
5 Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi
pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: "Mintalah apa yang hendak
Kuberikan kepadamu."
6 Lalu Salomo berkata: "Engkaulah yang telah menunjukkan kasih
setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud, ayahku, sebab ia hidup
di hadapan-Mu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau; dan
Engkau telah menjamin kepadanya kasih setia yang besar itu
dengan memberikan kepadanya seorang anak yang duduk di takhtanya
seperti pada hari ini.
7 Maka sekarang, ya TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat
hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun
aku masih sangat muda dan belum berpengalaman.
8 Demikianlah hamba-Mu ini berada di tengah-tengah umat-Mu yang
Kaupilih, suatu umat yang besar, yang tidak terhitung dan tidak
terkira banyaknya.
9 Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang
perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara
yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi
umat-Mu yang sangat besar ini?"
10 Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang
demikian.
11 Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: "Oleh karena engkau telah
meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau
kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk
memutuskan hukum,
12 maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu,
sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan
pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun seperti
engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti
engkau.
13 Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik
kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada
seorangpun seperti engkau di antara raja-raja.
14 Dan jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap
mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti ayahmu
Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu."

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 29 November 2011

Pemimpin Ideal

Pemimpin ideal

Kalau kita ditanya, "Seperti apakah pemimpin yang ideal itu?", tentu
jawabannya akan bermacam-macam. Namun menurut opini umum, pemimpin
ideal itu bermoral baik dan tidak mementingkan diri sendiri. Ia
juga tulus hati, ramah, bukan pemarah, tidak melakukan kekerasan,
sabar, bertanggung jawab, dan tidak bertentangan dengan kebenaran.

Dalam firman Tuhan, berbagai kriteria di atas dirangkum di dalam diri
seorang pemimpin yang disebut gembala. Rasul Petrus adalah satu
dari 12 murid Yesus. Ia adalah satu dari tiga orang yang
menyaksikan Kristus dimuliakan (Mrk. 9:1-13; 2Ptr. 1:16-18). Dalam
kehidupan sehari-hari, ia sering kali berperan sebagai juru bicara
para rasul. Petrus juga menyaksikan peristiwa kematian dan
kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Firman Tuhan mencatat pula bahwa
Petruslah yang berkhotbah di hari Pentakosta dan menjadi soko guru
jemaat di Yerusalem. Namun ketika ia menulis surat kepada para
pemimpin, ia menyebut dirinya sebagai teman penatua (1). Itu
artinya dia tidak lebih berkuasa dibandingkan mereka. Ia
mengingatkan para penatua atau pemimpin agar menjadi gembala bagi
kawan domba Allah. Dalam ayat 2-5, Petrus memaparkan karakteristik
seorang pemimpin/gembala yang baik. Karakteristik pemimpin rohani
yang baik antara lain: menyadari bahwa mereka sedang
menggembalakan kawanan domba Allah dan bukan miliknya sendiri,
melakukannya karena dorongan yang kuat untuk melayani dan bukan
karena upah, fokus pada apa yang dapat diberikan dan bukan pada
apa yang akan mereka dapatkan, serta memimpin dengan memberi
teladan, bukan memerintah.

Setiap orang percaya sesungguhnya menjadi seorang pemimpin bagi
sesamanya di dalam konteks yang berbeda. Oleh sebab itu apa pun
bentuk peraturan yang kita buat, hendaklah kepemimpinan kita
senantiasa sejalan dengan kriteria di atas. Jangan sampai
kepemimpinan yang kita jalankan tidak menjadi berkat dan tidak
membangun mereka yang kita pimpin. Mari menjadi pemimpin yang
memiliki kriteria Kristus.


1 Petrus 5:1-11

1 Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman
penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat
bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.
2 Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan
paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan
jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian
diri.
3 Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka
yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan
bagi kawanan domba itu.
4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima
mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.
5 Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada
orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang
terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak,
tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
6 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat,
supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.
7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang
memelihara kamu.
8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling
sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat
ditelannya.
9 Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua
saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.
10 Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu
dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi,
meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu
menderita seketika lamanya.
11 Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Diciptakan Karena Kemulian-NYA

Yesaya 43:7 "Sebab mereka semua telah dipanggil dengan nama-Ku, mereka Kuciptakan untuk mengagungkan Aku."
__________________________________________

Dalam Matius 25, kita dapat membaca mengenai Yesus yang menceritakan tentang tiga hamba yang masing-masing diberi uang sejumlah tertentu untuk berinvestasi sementara majikan mereka pergi.
Ketika majikan kembali, dua dari tiga hamba tersebut telah melipat gandakan uang mereka, sementara hamba yang ketiga hanya menguburnya di tanah.

Hamba ketiga memberikan alasan ini: "Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!" (Matius 5:24-25)
Secara sederhananya dia berkata, "Ini bukan salahku."

Beberapa orang merasa mereka berhak untuk membuat alasan.
Dan ketika mereka tidak bertanggung jawab dan menyia-nyiakan apa yang telah diberikan kepada mereka, mereka memiliki keberanian untuk benar-benar menyalahkan orang yang memberikannya kepada mereka.

Majikan berkata pada orang ini, "Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya." (ayat 26-27)

Anda tahu, ada orang-orang yang seperti hamba ketiga ini.
Mereka adalah orang percaya.
Mereka telah diampuni oleh Tuhan.
Dan mereka sudah mendapat jalan ke surga ketika mereka mati.
Tapi mereka malas.
Mereka tidak menjalankan kehidupan yang telah diberikan Tuhan dengan maksimal dan tidak menggunakan hidup mereka untuk kemuliaan-Nya.
Mereka pikir semuanya adalah tentang mereka, bagaimana setiap orang harus melayani mereka, bagaimana setiap orang harus memperlakukan mereka.
Mereka tidak pernah berpikir tentang melayani orang lain.
Mereka tidak pernah berpikir tentang memuliakan Tuhan.

Kita harus menanyakan pada diri sendiri pertanyaan ini, "Mengapa saya ada disini, di bumi ini?"
Jawabannya adalah bahwa kita di sini untuk membawa kemuliaan bagi Tuhan.
Kita di sini untuk menghormati dan meninggikan nama-Nya.
Jadi mari kita menggunakan apa yang telah Tuhan berikan dalam hidup kita untuk kemuliaan-Nya.
__________________________________________

Bacaan Alkitab Setahun :
Mikha 6; Ibrani 12:18-29
__________________________________________

Kita harus menggunakan semua talenta yang kita miliki untuk memuliakan Tuhan supaya kita disebut hamba yang setia.


(Diterjemahkan dari Daily Devotion by Greg Laurie)


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kebun Anggur Nabot

Kebun Anggur Nabot
1 Raja-raja 21:1-29

 ... karena engkau sudah memperbudak diri dengan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan

(1 Raja-raja 21:20).

 

     Kekuasaan tidak absolut. Tidak semua aset dan segala hak bisa dikuasai. Ada hak-hak yang asasi, tidak bisa dan tidak boleh dikekang kekuasaan. Kita berkuasa tidak untuk merampok, merompak, merampas, korupsi, atau apa pun kita menyebut tindakan maling itu.... Dan, janganlah meniru yang dilakukan Ahab, raja Samaria, yang sangat bernafsu memiliki kebun anggur Nabot di samping istananya di Yizreel.

     Sesungguhnya Ahab raja yang baik, dan secara baik-baik ia ingin mengambil-alih kebun anggur Nabot. Tetapi kebun itu pusaka nenek moyang, "kebun kehidupan" dinasti Nabot. Jadi, kebun itu tidak dijual!

     Raja Ahab kesal hati dan gusar. Ia tahu Nabot takkan melepaskan kebun anggurnya. Lalu Izebel, istri Ahab, melancarkan arogansi kerajaan untuk merampas kebun anggur Nabot. Sebuah konspirasi jahat dirancang, di hadapan para tua-tua, pemuka dan rakyat Yizreel, Nabot dituduh telah mengutuk Tuhan dan raja. Pemilik kebun anggur itu pun digiring ke luar kota, kemudian dilempari batu sampai mati.

     Segera Izebel menemui Ahab, katanya: "Bangunlah, ambillah kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, menjadi milikmu,... ia sudah mati" (ayat 15). Ahab pun mengambil-alih kebun anggur Nabot menjadi miliknya.

     Izebel merancang kejahatan, dan Ahab menikmati hasilnya. Ahab tidak membunuh Nabot, tangannya tak dikotori darah, tetapi ia membiarkan Izebel melakukan kejahatan. Ya, Ahab memendam nafsu jahat, dan Izebel menyalurkannya dengan siasat keji. Ahab telah memperbudak diri pada kejahatan karena dihasut Izebel. Hari ini, tidakkah ada banyak "pemimpin yang baik" memperbudak diri dengan melakukan kejahatan? Dan, orang-orang kepercayaan pemimpin yang justru sering memercikkan siasat jahat.

     Namun Tuhan tidak diam. Ia mengutus Elia untuk menghakimi Ahab: "Engkau telah membunuh serta merampas juga!... Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu" (ayat 19). Ahab pun menyesal, hatinya hancur. Ia berpuasa dan mengenakan kain kabung.

     Ketika Tuhan melihat Ahab kembali merendahkan diri di hadapan-Nya, Ia berfirman, "Aku tidak akan mendatangkan malapetaka dalam zamannya; barulah dalam zaman anaknya Aku akan mendatangkan malapetaka atas keluarganya" (ayat 29). Konon, Yoram, putra Ahab, dibunuh oleh Yehu bin Yosafat bin Nimsi dan dibuang di kebun anggur Nabot. Kitab 2 Raja-raja 10:10-17 mencatat bahwa firman Tuhan tentang keluarga Ahab,

tidak ada yang tidak dipenuhi. Yehu telah membunuh semua keturunan, pembantu, penasihat, dan orang-orang kepercayaan Ahab di Yizreel.

     Hari ini, saat korupsi mengganas di negeri ini, setiap orang seharusnya sadar, Tuhan tidak pernah tidur. Ia selalu mengawasi hati, kata dan tindakan kita. Jangan merampas "kebun kehidupan" orang lain! Hai Pemimpin, jangan biarkan orang-orang kepercayaan Anda merampok hak orang lain! Waspadalah, ada banyak "Izebel" di sekitar Anda...!

 

Satu-satunya hal yang perlu bagi kemenangan kejahatan adalah

pria baik yang tidak berbuat apa-apa.—Edmund Burke



Powered by Telkomsel BlackBerry®

REST IN PEACE

REST IN PEACE

Rest In Peace (Beristirahat Dalam Damai) seolah-olah tak berlaku
di Haiti. Setahun sudah gempa berkekuatan 7 SR memporak-porandakan
negeri itu. Namun di Leogane, kota yang terdekat dengan episentrum
gempa, kompleks pemakaman umum masih berantakan dan tak terurus.
Batu-batu nisan bergeser dan rusak, liang lahat dan peti jenazah
menganga, tulang-tulang dan kain pembungkus mayat berserakan. "Saya
tidak bahagia, yang sudah meninggal pun tak bahagia, " tutur Pierre,
warga setempat yang sedang memperbaiki makam ayahnya.

Namun, yang mengusik orang mati tidak hanya gempa, tetapi juga
manusia yang masih hidup. Waktu itu Saul kebingungan karena terjepit
dalam perang melawan Filistin. Ia sadar Allah sudah undur darinya
dan tak mau menjawabnya lagi. Bukan Allah meninggalkan Saul, tetapi
Saul yang meninggalkan Allah dan mengikuti maunya sendiri (ayat 18).
Fatalnya, Saul mendatangi para pemanggil arwah dan roh peramal (ayat
3), yang menajiskan dan dibenci Tuhan (Ulangan 18:10-12). Saul
meminta mereka memanggil roh Samuel yang sudah mati, sebab ia hendak
meminta petunjuk (ayat 8-15). Benarkah itu roh Samuel yang muncul?
Entahlah, sebab iblis pun mampu menyamar sebagai malaikat (2
Korintus 11:14). Yang jelas, Saul terkutuk karena ini.

Ada sebagian orang yang sudah mengaku diri anak Tuhan, rajin ke
gereja, tetapi masih percaya ramalan, hari baik, atau minta petunjuk
"orang pintar" ketika hendak punya acara. Lebih konyol lagi, ada
yang meminta rezeki di kuburan nenek moyang. Jika tak segera
bertobat, mereka bisa seperti Saul; semula dipilih Allah menjadi
raja Israel, tetapi kemudian ditolak Tuhan dan binasa.

SEHEBAT APA PUN MANUSIA, SUATU HARI IA AKAN MATI
MAKA ANDALKAN SAJA TUHAN, YANG TAK PERNAH MATI

1 Samuel 28

1 Pada waktu itu orang Filistin mengerahkan tentaranya untuk
berperang melawan orang Israel. Lalu berkatalah Akhis kepada
Daud: "Ketahuilah baik-baik, bahwa engkau beserta orang-orangmu
harus maju berperang bersama-sama dengan aku dalam tentara."
2 Jawab Daud kepada Akhis: "Baik, engkau akan tahu, apa yang dapat
diperbuat hambamu ini." Lalu Akhis berkata kepada Daud: "Sebab
itu aku mengangkat engkau menjadi pengawalku sendiri sampai
selamanya."
3 Adapun Samuel sudah mati. Seluruh orang Israel sudah meratapi
dia dan mereka telah menguburkan dia di Rama, di kotanya. Dan
Saul telah menyingkirkan dari dalam negeri para pemanggil arwah
dan roh peramal.
4 Orang Filistin itu berkumpul, lalu bergerak maju, dan berkemah
dekat Sunem. Saul mengumpulkan seluruh orang Israel, lalu mereka
berkemah di Gilboa.
5 Ketika Saul melihat tentara Filistin itu, maka takutlah ia dan
hatinya sangat gemetar.
6 Dan Saul bertanya kepada TUHAN, tetapi TUHAN tidak menjawab dia,
baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan
para nabi.
7 Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: "Carilah bagiku
seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak
pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya." Para pegawainya
menjawab dia: "Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup
memanggil arwah."
8 Lalu menyamarlah Saul, ia mengenakan pakaian lain dan pergilah
ia dengan dua orang. Ketika mereka pada waktu malam sampai
kepada perempuan itu, berkatalah Saul: "Cobalah engkau menenung
bagiku dengan perantaraan arwah, dan panggillah supaya muncul
kepadaku orang yang akan kusebut kepadamu."
9 Tetapi perempuan itu menjawabnya: "Tentu engkau mengetahui apa
yang diperbuat Saul, bahwa ia telah melenyapkan dari dalam
negeri para pemanggil arwah dan roh peramal. Mengapa engkau
memasang jerat terhadap nyawaku untuk membunuh aku?"
10 Lalu bersumpahlah Saul kepadanya demi TUHAN, katanya: "Demi
TUHAN yang hidup, tidak akan ada kesalahan tertimpa kepadamu
karena perkara ini."
11 Sesudah itu bertanyalah perempuan itu: "Siapakah yang harus
kupanggil supaya muncul kepadamu?" Jawabnya: "Panggillah Samuel
supaya muncul kepadaku."
12 Ketika perempuan itu melihat Samuel, berteriaklah ia dengan
suara nyaring. Lalu perempuan itu berkata kepada Saul, demikian:
"Mengapa engkau menipu aku? Engkau sendirilah Saul!"
13 Maka berbicaralah raja kepadanya: "Janganlah takut; tetapi
apakah yang kaulihat?" Perempuan itu menjawab Saul: "Aku melihat
sesuatu yang ilahi muncul dari dalam bumi."
14 Kemudian bertanyalah ia kepada perempuan itu: "Bagaimana
rupanya?" Jawabnya: "Ada seorang tua muncul, berselubungkan
jubah." Maka tahulah Saul, bahwa itulah Samuel, lalu berlututlah
ia dengan mukanya sampai ke tanah dan sujud menyembah.
15 Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada Saul: "Mengapa engkau
mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?" Kata Saul: "Aku
sangat dalam keadaan terjepit: orang Filistin berperang melawan
aku, dan Allah telah undur dari padaku. Ia tidak menjawab aku
lagi, baik dengan perantaraan nabi maupun dengan mimpi. Sebab
itu aku memanggil engkau, supaya engkau memberitahukan kepadaku,
apa yang harus kuperbuat."
16 Lalu berbicaralah Samuel: "Mengapa engkau bertanya kepadaku,
padahal TUHAN telah undur dari padamu dan telah menjadi musuhmu?
17 TUHAN telah melakukan kepadamu seperti yang difirmankan-Nya
dengan perantaraanku, yakni TUHAN telah mengoyakkan kerajaan
dari tanganmu dan telah memberikannya kepada orang lain, kepada
Daud.
18 Karena engkau tidak mendengarkan suara TUHAN dan tidak
melaksanakan murka-Nya yang bernyala-nyala itu atas Amalek,
itulah sebabnya TUHAN melakukan hal itu kepadamu pada hari ini.
19 Juga orang Israel bersama-sama dengan engkau akan diserahkan
TUHAN ke dalam tangan orang Filistin, dan besok engkau serta
anak-anakmu sudah ada bersama-sama dengan daku. Juga tentara
Israel akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin."
20 Pada saat itu juga rebahlah Saul memanjang ke tanah sebab ia
sangat ketakutan oleh karena perkataan Samuel itu. Juga tidak
ada lagi kekuatannya, karena sehari semalam itu ia tidak makan
apa-apa.
21 Perempuan itu mendekati Saul lalu melihat, bahwa Saul sangat
terkejut. Kemudian berkatalah perempuan itu kepadanya: "Lihat,
budakmu ini telah mendengarkan permintaanmu; aku telah
mempertaruhkan nyawaku dan mendengarkan perkataan yang
kaukatakan kepadaku.
22 Oleh sebab itu, kiranya engkaupun mendengarkan permintaan
budakmu ini. Izinkanlah aku menyajikan kepadamu sepotong roti;
makanlah, supaya ada kekuatanmu, apabila engkau berjalan pula."
23 Tetapi Saul menolak dan berkata: "Aku tidak mau makan." Tetapi
ketika para pegawainya serta perempuan itu juga mendesak, maka
didengarkannyalah permintaan mereka, lalu bangkitlah ia dari
tanah dan duduk di balai-balai.
24 Perempuan itu mempunyai seekor anak lembu tambun di rumahnya
maka segeralah ia menyembelih itu. Ia mengambil tepung,
diremasnya dan dibakarnya menjadi roti yang tidak beragi.
25 Dihidangkannyalah semuanya itu ke depan Saul dan ke depan para
pegawainya, lalu mereka makan. Kemudian bangkitlah mereka dan
pergi pada malam itu juga.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 28 November 2011

Kamu Akan...

 "Kamu akan Kujadikan penjala manusia"

(Rm 10:9-18; Mat 4:18-22)

"Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia." (Mat 4:18-22)

·   Tugas utama seorang rasul adalah menjadi 'penjala manusia', artinya berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia, terutama keselamatan jiwa manusia. Kebanyakan dari dua belas rasul yang mengikuti Yesus berasal dari para penjala ikan, dengan kata lain panggilan menjadi penjala manusia merupakan pengembangan dan pendalaman anugerah yang telah diterimanya. Sebagai orang beriman kita semua juga memiliki panggilan rasuli, tugas untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia, maka marilah dalam rangka mengenangkan pesta St.Andreas, rasul, ini kita mawas diri perihal panggilan rasuli kita masing-masing. Salah satu bentuk usaha karya penyelamatan dunia adalah perbuatan baik, maka hendaknya kapan pun dan dimana pun kita senantiasa melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan jiwa manusia. Tanda bahwa kita semua saling berbuat baik satu sama lain antara lain adalah kita semua senantiasa dalam keadaan baik, sehat wal'afiat dan damai

sejahtera baik lahir maupun batin, phisik maupun spiritual. Maka baiklah kita lihat, perhatikan dan cermati apakah di lingkungan hidup dan kerja kita ada yang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa sakit akal budi atau sakit phisik, dan kemudian kita tolong penyembuhannya. Rasanya di antara kita cukup banyak yang menderita sakit hati atau sakit jiwa, meskipun belum begitu parah dan baru sedikit saja, misalnya mereka yang suka marah, menggerutu atau mengeluh terhadap aneka macam peristiwa atau kejadian.

·   "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Rm 10:17), demikian kata Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Mendengarkan hemat saya merupakan anugerah Tuhan dari pancaindera yang pertama-tama dianugerahkan Tuhan kepada kita semua. Ketika kita masih berada di rahim ibu kita masing-masing, kita telah dapat mendengarkan aneka suara di lingkungan hidup kita dan apa yang kita dengarkan membekas dalam diri kita, membentuk pribadi kita sebagaimana adanya saat ini. Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua untuk memperdengarkan atau menyuarakan apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan manusia, terutama keselamatan jiwa manusia. Secara khusus sebagai orang beragama kita diharapkan mewartakan atau menyebarluaskan firman Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Hemat saya seluruh isi firman sebagaimana tertulis di dalam kitab-kitab suci apapun dapat dipadatkan ke dalam firman Tuhan atau

perintah Tuhan untuk hidup saling mengasihi satu sama lain, sebagaiman Tuhan telah mengasihi kita sampai kini. Maka marilah kita hidup dan bertindak saling mengasihi kapan pun dan dimana pun, sehingga yang terdengar atau terwartakan dari cara hidup dan cara bertindak kita, entah secara pribadi atau bersama adalah perihal saling mengasihi. Panggilan atau tugas saling mengasihi hemat saya mudah kita hayati atau lakukan jika masing-masing dari kita menyadari dan menghayati diri sebagai 'yang terkasih', diciptakan dan dibesarkan dalam  dan oleh kasih. Ingat dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah atau korban hidup bersama bapak-kita yang saling mengasihi, saling bekerjasama atau bergotong-royong. Hendaknya jangan mengingkari diri bahwa kita adalah buah kasih dan gotong-royong, maka selayaknya kita menghayati diri sebagai yang terkasih dan dengan demikian bertemu dengan siapapun berarti yang terkasih bertemu dan yang terkasih dan dengan

demikian saling mengasihi.

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari"

 (Mzm 19:2-5)


Powered by Telkomsel BlackBerry®

MENDAMPINGI ORANG YANG AKAN MENINGGAL

MENDAMPINGI ORANG YANG AKAN MENINGGAL

Bila Anda mengetahui bahwa sebentar lagi Anda akan meninggal, apa yang akan Anda lakukan? Seseorang yang tahu bahwa dia akan meninggal kemungkinan besar akan mengalami penurunan, entah itu harapannya atau kondisi emosinya. Dalam keadaan seperti ini, konselor pastoral sebaiknya mendampingi dengan sabar dan memberikan penguatan iman, sehingga pengharapannya di dalam Kristus tidak goyah.

Sebagai seorang konselor, saya pernah bertemu dengan seorang wanita yang menderita kanker, namanya Lois. Ia membicarakan ketakutannya akan rasa sakit. Lois juga takut menghadapi rasa kehilangan yang mungkin akan dialaminya pada waktu menjelang kematiannya. Dia cemburu ketika melihat sepasang suami istri yang tua berjalan bergandengan. Dia juga membicarakan pentingnya untuk tidak menunda menghadapi persoalannya dengan orang lain.

Saya pun mengatakan kepadanya, bahwa keadaannya dalam bulan-bulan terakhir, menjadi lebih penting dan bersemangat daripada bulan-bulan sebelumnya. Lois pun menanggapi, "Bila Anda mengetahui masa depan Anda di sini mungkin pendek, itu akan membuat masa sekarang menjadi lebih penting." Ketika kami mengakhiri pembicaraan kami, dia mengatakan bahwa adanya kesempatan membicarakan pengalamannya secara lengkap benar-benar sangat berarti baginya. Saya katakan kepadanya betapa saya juga tersentuh secara mendalam oleh segala hal yang diceritakannya. Lois menolong saya melihat lebih jelas bahwa bagi sebagian orang, proses mendekati kematian dapat menjadi suatu tahap penting dari pertumbuhan individu yang terus-menerus!

Keadaan seseorang saat menjelang kematian sama uniknya dengan keadaan seseorang dalam menjalani hidupnya. Berikut ini, ada lima hal yang membantu sebagian orang dalam menghadapi kematian, sehingga dapat memperoleh perspektif yang lebih luas, menggerakkan kekuatan baru, dan kemudian meninggal dengan tenang.

1. Memunyai suatu komunitas penggembalaan, yang terdiri atas orang-orang yang akan mendengar dan memberi dukungan yang hangat.

Keadaan menjelang kematian adalah suatu pengalaman yang sangat pribadi dan suatu pengalaman antarpribadi yang hebat. Dalam masyarakat kami, ketika orang merasa sendirian, kekayaan jaringan antarpribadi seseorang dapat membuat perbedaan yang dahsyat dalam kualitas keadaan mendekati kematian seseorang.

2. Menyelesaikan sebanyak mungkin masalah yang belum diselesaikan dalam kehidupan mereka, khususnya dalam hubungan dekat mereka (misalnya, mengungkapkan kasih, atau meminta dan menerima pengampunan orang lain). Ted Rosenthal, seorang konselor, menjelaskan, "Saya pikir orang tidak takut akan kematian. Apa yang mereka takutkan adalah ketidaksempurnaan hidup mereka."

3. Melaksanakan "kerja kedukaan" yang kompleks karena keadaan mendekati kematian, sehingga mereka dapat mencapai pengalaman penerimaan (Kubler-Ross).

4. Memunyai suatu sistem iman, suatu rasa percaya, dan merasa betah dalam alam semesta, memberi suatu arti yang melebihi kehilangan yang berlipat ganda karena keadaan menjelang kematian.

5. Memunyai suatu latar tempat seseorang dapat meninggal dengan bermartabat. Gerakan pembangunan rumah perawatan pasien terminal (hospice) ialah pembangunan yang paling manusiawi dalam tahun-tahun terakhir ini, berkaitan dengan keadaan menjelang kematian. Cicely Sander, seorang dokter Kristen, telah merintis berdirinya rumah perawatan pasien terminal yang pertama pada tahun 1967 yang bernama panti St. Christopher. Panti ini terletak di daerah pinggiran kota London. Sanders mengatakan, sebuah rumah perawatan pasien terminal, baik itu berupa panti asuhan atau bangsal rumah sakit, atau rumah yang dikelola oleh perawat keliling atau oleh staf rumah sakit, bertujuan untuk memampukan pasien agar dapat hidup hingga batas potensi kekuatan fisik, mental, dan emosional, serta hubungan sosialnya.

Program "hospice" memungkinkan pasien terminal meninggal di rumahnya dengan dikelilingi oleh anggota keluarganya. Jadi, dia tidak mati dalam suasana yang impersonal (tak berpribadi), yang merupakan ciri khas dari banyak rumah sakit. Hal ini dimungkinkan karena program hospice ini dengan hati-hati mengurus pasien. Di samping itu, seorang tenaga sukarelawan sering berkunjung untuk memberi dukungan dan pendampingan pada orang yang akan mati dan keluarganya. Sukarelawan yang bekerja dalam rumah perawatan pasien terminal, terus berhubungan dengan keluarga ketika mereka mengerjakan tugas kedukaan mereka sesudah kematian.

Program penggembalaan suatu jemaat, sepantasnya belajar dari dan bekerja sama secara penuh dengan program rumah perawatan pasien terminal setempat, atau berprakarsa membantu kelancaran program semacam itu jika belum ada. Para pendeta sepantasnya mendorong anggota jemaat untuk mengikuti pendidikan rumah perawatan pasien terminal dan berpartisipasi dalam pelayanan ini.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku: Basics Types of Pastoral Care and Counseling
Judul buku: Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral
Judul asli artikel: Membangun dan Menuntun Suatu Kelompok Penyembuhan Kedukaan
Penulis: Howard Clinebell
Penerjemah: Pdt. B.H. Nababan, DPS
Penerbit: Kanisius, Yogyakarta 2002
Halaman: 301 -- 302

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Umat Pilihan Allah

Umat Pilihan Allah
Ayub 1:6-12

1:6 Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis.

1:7 Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi."

1:8 Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."

1:9 Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?

1:10 Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.

1:11 Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya,ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."

1:12 Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainyaada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmuterhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.

Dari tokoh-tokoh Perjanjian Lama, Ayub cukup istimewa, sebab sekalipun ia bukan orang Israel, namun Tuhan sangat mengasihinya. Kisah Ayub dalam Alkitab sangat tua, bahkan menurut para ahli, Ayub sudah hidup sebelum zaman Abraham. Sebetulnya bisa dikatakan semua tokoh sebelum adanya bangsa Israel bukan orang Israel. Ini termasuk Set, Henokh dan Nuh—orang-orang saleh yang diperhatikan Tuhan—yang merupakan nenek moyang orang Israel; tetapi Ayub bukan termasuk dalam garis nenek moyang orang Israel.

Dari kisah kehidupan Ayub yang bukan dalam garis nenek moyang orang Israel, dapat kita temukan bahwa Tuhan mengasihi semua manusia, individu per individu, secara adil. Artinya Ia mengasihi manusia secara pribadi, bukan secara komunitas suatu bangsa atau kelompok. Allah kita bukanlah Allah yang diskriminatif.

Allah itu adil; tidak mungkin Ia mengasihi orang Yahudi secara individu lebih daripada bangsa lain, misalnya orang Cina, India atau Afrika. Namun bukankah orang Israel adalah umat pilihan Allah? Kita harus memahami apa yang dimaksud dengan umat pilihan Allah dengan benar.

Pernyataan Alkitab bahwa bangsa Israel adalah umat pilihan berartisecara komunitas mereka terpilih sebagai bangsa yang dilibatkan dalam rencana penyelamatan umat manusia di seluruh dunia. Tuhan Yesus sendiri menyatakan bahwa keselamatan datang dari bangsa Yahudi (Yoh. 4:22). Dari bangsa Yahudi, semua manusia di dunia mengenal Allah yang benar, yang menciptakan langit dan bumi. Dalam hal ini bangsa Yahudi terpilih untuk menerima warisan pengenalan akan Allah. Catatan kehidupan bangsa ini dalam bersentuhan dengan Allah menjadi dasar pengetahuan tentang-Nya.

Bangsa Yahudi juga disebut sebagai umat pilihan, sebab dari bangsa itu lahir Mesias, Juruselamat dunia. Ini penting sekali untuk diperhatikan. Memang Anak Allah datang ke dunia melalui bangsa Yahudi dan memberitakan Injil pertama-tama kepada mereka, tetapi keselamatan bukan monopoli milik orang Yahudi. Keselamatan adalah milik semua manusia di muka bumi ini. Ironisnya sebagian besar bangsa itu justru telah menolak Mesias yang sebenarnya mereka sedang nantikan. Itulah sebabnya Alkitab menyatakan bahwa mengenai Injil mereka adalah seteru Allah oleh karena orang percaya, tetapi mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang (Rm. 11:28). Jadi jangan anggap suatu bangsa lebih daripada yang lain; Tuhan mengasihi semua orang sama dan sejajar secara individu.

Allah adil dan mengasihi semua orang sama dan sejajar secara individu,tanpa memandang suku dan bangsa.

Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

GIZI BAGI JIWA

GIZI BAGI JIWA

Harold Kushner, seorang rabi dan penulis termasyhur, pernah
mengemukakan bahwa pada usia di atas lima puluh, biasanya manusia
mempunyai satu kerinduan khusus, yakni kerinduan akan makna. Ia pun
menanyai dirinya sendiri, "Apa arti dari semua yang kumiliki, apa
arti hidupku?" Ia ingin mendapatkan arti hidup. Demikian pula kurang
lebih perasaan Yakub dalam kisah yang kita baca hari ini.

Yakub telah begitu lama terpisah dengan Yusuf, anak kesayangannya.
Bayangkan, 22 tahun! Dan, selama itu pula ia seolah-olah kehilangan
makna hidup. Saat berjumpa lagi, pertemuan mereka begitu
mengharukan! Yusuf memeluk leher ayahnya dan lama menangis di
bahunya (ayat 29). Pertemuan itu menghadirkan keharuan memuncak,
juga kelegaan yang mendalam bagi Yakub. Katanya, "Sekarang, bolehlah
aku mati setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau
masih hidup ..." (ayat 30). Kembali melihat Yusuf adalah hal yang
menyempurnakan dan "memberi gizi" bagi jiwa Yakub pada masa tuanya.

Ada kalanya hidup seseorang begitu "pahit" sehingga ia melihat
segala sesuatu dengan muram dan suram. Kehilangan, kerinduan akan
sesuatu, harapan yang belum tercapai, masa lalu yang pedih, bisa
menjadi musababnya. Dalam relasi dengan sesama, apakah kehadiran
kita memberikan "nutrisi" atau "gizi" pada jiwa orang lain, sehingga
hidup mereka kembali bermakna? Kita bisa memulainya, setidaknya dari
lingkup terkecil, yakni keluarga. Hadirkan diri di situ. Berikan
perhatian dan kasih yang nyata. Kita dapat menjadi penguat bagi
mereka, agar tegar menghadapi serta mengelola segala kepahitan hidup
yang mungkin menghampiri.

JADILAH PRIBADI YANG SELALU SIAP MEMBERI MAKNA
KHUSUSNYA AGAR ORANG LAIN MERASAKAN HIDUPNYA BERHARGA

Ayat Alkitab: Kejadian 46:28-30

28 Yakub menyuruh Yehuda berjalan lebih dahulu mendapatkan Yusuf,
supaya Yusuf datang ke Gosyen menemui ayahnya. Sementara itu
sampailah mereka ke tanah Gosyen.
29 Lalu Yusuf memasang keretanya dan pergi ke Gosyen, mendapatkan
Israel, ayahnya. Ketika ia bertemu dengan dia, dipeluknyalah
leher ayahnya dan lama menangis pada bahunya.
30 Berkatalah Israel kepada Yusuf: "Sekarang bolehlah aku mati,
setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih
hidup."

www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Lubang Hitam

Lubang Hitam
Mazmur 23

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau   besertaku;gada-Mu dan tongkat-Mu ,itulah yang menghibur aku (Mazmur 23:4).

 

      Perjalanan hidup mantan Presiden B.J. Habibie dan isterinya, Ibu Ainun, ibarat sinetron

Cinta  Fitri yang sampai beberapa episode baru selesai tayang. Setelah Ibu Ainun tiada, bulan Maret 2010, Habibie tiba-tiba merasa

"terperangkap" dalam emosi yang bergejolak. Tim dokternya dari Jerman menasihati agar beliau tidak masuk dalam

black hole, lubang hitam, suatu kondisi

psikosomatis malignan, di mana gangguan emosional berdampak negatif pada sistem organ vital manusia. Nasihat itu ditindak lanjuti dengan menulis buku, katanya:

"Buku ini saya tulis supaya saya tidak tenggelam. Buku ini adalah proses untuk mengembalikan saya pada kehidupan yang normal." Tanpa diduga dalam delapan bulan telah terjual 60.000 eksemplar. Siapa pun bisa masuk ke dalam

black hole, bisa tenggelam dan larut dalam masalah yang dihadapinya.

     Daud pernah mengalaminya. Ketika dalam suasana aman, ia bisa berkata: "

Tuhan adalah gembalaku, Tuhan membaringkan aku,Tuhan menyegarkan jiwaku, Tuhan menuntun aku." Apa yang terjadi ketika Daud harus berjalan dalam lembah kekelaman ? (ayat 4). Apa sikap kita ketika zona aman tiba-tiba berubah tidak nyaman? Padang rumput hijau berubah menjadi kering kerontang tanpa air? Jalan-jalan tertutup, seolah-olah kehilangan Penuntun?

      Hadapilah perobahan hidup ini dengan tetap semangat dan berani mengatasinya.Hindari  untuk tidak masuk dalam lubang hitam, melainkan tetap melihat dengan iman bahwa ada Gembala yang Baik menyertai kita dan menjamin hidup kita. Masih ada gada dan tongkat di tangan Gembala, kekuatan untuk bertahan, dan arah yang jelas untuk mendampingi kita.

      Masih banyak yang tersisa untuk masa depan hidup ini. Manusia paling takut dengan

"masa depan", apalagi masa depan yang suram. Selama masih berjalan di belakang Gembala yang Baik, jangan takut kekurangan. Saatnya akan tiba semua tersedia tepat pada waktunya.  Percayalah dengan iman.

      Berjuanglah terus untuk menjadi pemenang dalam lembah kekelaman. Hanya kepada raja dan imam, Tuhan memberikan urapan di kepala mereka dengan minyak. Hidup Anda juga akan dipenuhi dengan kuasa-Nya yang dari atas untuk tampil sebagai pemenang bahkan  kelimpahan dalam banyak perkara.

      Lubang hitam lembah kekelaman akan terhindar dari hidup ini jikalau kita percaya dan berani berkata:

"Tuhan adalah gembalaku". Kita pasti dituntun -Nya sampai menemukan jalan keluar.  —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

 

Bersama Yesus, Gembala yang Baik, kita akan dibawa untuk mengalami lompatan di atas lubang hitam kekelaman.

www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 22 November 2011

Harta Terpendam

Harta Terpendam

Matius 13: 44-46

13:44. "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.

13:45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.

13:46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Telah tersedia harta kekayaan yang tidak terbatas dalam pengiringan kita kepada Tuhan. Kita harus bekerja terus sampai kita menemukan kekayaan yang terpendam itu. Dalam teks ini, kita dapat melihat bahwa harta itu terkubur di dalam tanah, lalu ditemukan. Tersirat bahwa si peladang sedang bekerja di ladangnya, tanpa menduga bahwa di ladang yang digarapnya tersebut terdapat harta kekayaan yang tak ternilai.

Ini menunjukkan bahwa seseorang tidak akan mengenali kekayaan dalam Injil sebelum berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memburu Tuhan. Setelah ia menemukan kekayaan dalam Kristus, barulah ia bersedia barter, yaitu melepaskan segala sesuatu dan menganggapnya sampah, seperti Paulus (Flp. 3:7–14). Setelah Paulus menyadari betapa hebat kekayaan dalam Kristus Yesus, barulah ia mau melepaskan semua yang baginya dulu merupakan keuntungan atau nilai lebih—ketaatannya kepada hukum Taurat, asal-usul Yahudinya, anggota Farisi, penganut agama Yahudi yang fanatik. Kini semua itu dianggapnya tidak ada harganya; yang diinginkannya hanyalah berusaha untuk mengenali Dia, serta menujukan dirinya untuk mengaishi-Nya dengan segenap hidup.

Rasul Paulus mengatakan bahwa ia mengejar kesempurnaan (Flp. 3:12). Ia tidak merasa puas dengan taraf kehidupan rohani yang sudah dicapainya. Tuhan menghendaki kita memiliki target rohani yang jelas, jadi tentu Ia sedih melihat orang-orang yang tidak berusaha mencapai tingkat kerohanian yang lebih tinggi. Bagaimana perasaan orang tua yang mengharapkan anaknya bisa meningkatkan kualitas diri guna persiapan hidup hari esok, tetapi anaknya menolak dan sibuk dengan segala hal yang tidak berkaitan dengan persiapan menyongsong hari esok?

Waktu yang tersedia sangat singkat, tetapi kalau kita gunakan dengan serius, maka kita akan dapat memperoleh pemahaman-pemahaman baru yang mencengangkan, dan kita akan memahami betapa hebat kekayaan Kerajaan Surga. Keselamatan abadi yang disediakan oleh Tuhan Yesus sampai Ia menyerahkan nyawa-Nya bukan untuk hal-hal fana di dunia yang bisa hilang. Seperti peladang yang melepaskan segala yang dimilikinya untuk bisa memperoleh harta terpendam, marilah kita lepaskan keterikatan dengan dunia agar kita bisa memperoleh kekayaan Kerajaan Surga.

Jika kita memburu Tuhan dengan sungguh-sungguh, kita akan sadar bahwa untuk memperoleh kekayaan dalam Kristus kita layak melepaskan segalanya.

Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 21 November 2011

Empat Cara Untuk Menerima Firman Tuhan

Empat Cara Untuk Menerima Firman Tuhan

Yakobus 1:21b) "Sebab itu, buanglah setiap kebiasaan yang kotor dan jahat. Terimalah dengan rendah hati perkataan yang ditanam oleh Allah di dalam hatimu, sebab perkataan itu mempunyai kekuatan untuk menyelamatkan kalian."

Jika kita akan diberkati oleh Firman Tuhan, kita harus memiliki hati yang siap menerima.
Dijelaskan dalam Alkitab, Firman Tuhan selalu digambarkan dengan benih.
Ketika Yesus mengatakan perumpamaan tentang penabur, Dia berkata, "Firman Allah adalah benih dan itu ditanam di hati kita" (Lukas 8:11-12).

Sekarang, mengapa memungkinkan untuk mengambil dua benih yang persis sama, menanam keduanya di dua lokasi yang berbeda, namun, mendapatkan benih yang satu menghasilkan lebih banyak dari benih yang lain?
Hal ini karena salah satu benih ditanam di tanah yang siap untuk menerima benih dan yang lainnya ditanam di tanah yang tidak siap.

Jadi, mengapa Anda dapat mengambil dua orang, menempatkan mereka dalam ibadah gereja yang sama -- di mana mereka mendengar pesan yang sama -- namun, satu orang sangat diberkati oleh itu dan orang lain mengatakan dia tidak mendapatkan apa-apa dari itu.
Hal ini karena orang yang satu memiliki hati yang siap yang lainnya tidak.

Yakobus mengatakan ada empat "alat bantu dengar" yang membantu kita menerima Firman Allah:

1. Berhati-hatilah.
"Jadilah cepat untuk mendengar, lambat bicara ..." (Yakobus 1:19)
Kita harus memiliki sikap yang hati-hati.
Banyak dari masalah kita disebabkan karena kita cepat berbicara bukannya cepat untuk mendengar.
Jadilah siap.
Jadilah orang yang memiliki niat untuk menerima Firman Tuhan.

2. Jadilah Tenang.
"Dan lambat untuk marah ..." (Yakobus 1:19) Jadilah tenang jika Anda mau menerima Firman Tuhan dan mau diberkati olehnya.
Sikap tenang meningkatkan penerimaan.
Jika Anda sedang tenang, orang lebih dapat berkomunikasi dengan Anda.
Kita tidak mendengar banyak ketika kita marah, kesal, pahit, atau emosional.
Kepahitan merupakan penghalang, sebuah tembok emosional yang membuat kita sulit untuk mendengar Firman Tuhan.

Beberapa mungkin bertanya, "Kenapa Tuhan tidak pernah berbicara kepada saya?"
Mungkin Anda punya beberapa kekesalan dan kepahitan dalam hidup Anda, yang perlu Anda singkirkan.

3. Jadilah Bersih.
"buanglah setiap kebiasaan yang kotor dan jahat ..." (Yakobus 1:21)
Bila Anda memiliki dosa dalam hidup Anda, itu akan menghalangi pendengaran Anda dan membuat Firman Allah tidak dapat tertanam ke dalam hati Anda.
Dia mengatakan untuk menyingkirkan dosa apapun yang kita tahu ada dalam hidup kita.

Bagaimana kita bisa menjadi bersih?
Oleh pengakuan.
"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9)

4. Jadilah Rendah Hati.
"Terimalah dengan rendah hati perkataan yang ditanam oleh Allah di dalam hatimu ..." (Yakobus 1:21)
Jadilah orang yang mau diajar, rendah hati, bersedia untuk berubah.
Jangan bertindak seperti Anda tahu semuanya.
Jika Anda tahu semuanya, Firman Tuhan tidak bisa tertanam dalam hati Anda.


Mikha 1:1-7; Ibrani 7:1-1

Kita harus memiliki hati yang siap untuk menerima Firman Tuhan, supaya Firman yang ditaburkan dapat tertanam dan bertumbuh dalam hati kita.

www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 20 November 2011

LORD KELVIN

WILLIAM THOMSON (LORD KELVIN)
(1824 -- 1907 Ilmuwan, Ahli Fisika)

William Thomson lahir di Belfast, Irlandia, pada tanggal 26 Juni 1824. Dia adalah anak ke-4 dari tujuh bersaudara, anak James Thomson, guru dan penulis buku pelajaran matematika. Ketika William berusia 6 tahun, ibunya meninggal. Tidak lama kemudian, ayahnya menjadi Profesor Matematika di Universitas Glasgow. James Thomson membiayai sendiri pendidikan anak-anaknya dan mengajarkan temuan-temuan terbaru dalam matematika yang belum masuk dalam kurikulum kepada mereka. William dan saudaranya yang lebih tua, James, sangat berbakat. Keduanya masuk Universitas Glasgow pada usia 10 dan 11 tahun. (Seperti William, James kelak menjadi ahli fisika dan insinyur terkemuka, meskipun tidak sehebat adiknya.)

Di Universitas Glasgow, William mempelajari karya kontroversial ahli matematika Perancis, Jean-Baptiste Fourier. Meskipun kebanyakan ilmuwan Inggris menolak karya Fourier, tetapi William menyetujuinya. Bahkan, dia percaya bahwa karya Fourier dapat dilanjutkan, dan matematika yang sama dapat diterapkan pada aliran listrik dan gerakan fluida. Dia juga menerbitkan karya tulis ilmiah -- dua karya tulis, yang berisi alasan-alasan mengapa ia menyetujui pandangan Fourier yang terbit saat ia berusia 16 (karya pertama) dan 17 tahun (karya kedua).

Tahun 1841, ketika berusia 17 tahun, William belajar di Universitas Cambridge. Ia lulus pada tahun 1845 dan memperoleh gelar BA (Sarjana Muda) dengan nilai memuaskan. Pada tahun yang sama, dia mempelajari karya George Green (yang menerapkan matematika pada listrik dan magnetisme) dan karya ahli fisika dan kimia, Michael Faraday (manfaat magnet dalam menciptakan listrik dan bagaimana arus listrik mengeluarkan medan magnetis).

Tahun 1846, saat berusia 22 tahun, Thomson menjadi profesor dalam ilmu fisika (dulu disebut filsafat alam) di Universitas Glasgow. Dia memegang jabatan ini selama 53 tahun, meskipun banyak tawaran untuk mengajar di tempat lain. Ketika Thomson menjadi profesor ilmu fisika, fisika mencakup rentangan topik yang luas dan hampir tidak ada ikatan yang menghubungkan topik-topik tersebut. Namun, dalam karya-karya Fourier, Faraday, dan Green, dia mulai melihat adanya kesatuan. Dia sendiri mampu menentukan secara matematis hubungan antara gerakan fluida dan aliran listrik. Gagasan ini diperolehnya dari karya Fourier, ketika ia masih berusia 16 tahun.

Tahun 1847, untuk pertama kalinya Thomson mendengar karya James Joule mengenai hubungan panas dan gerak mekanis. Asas penyimpanan tenaga dalam karya Joule kelak dikenal sebagai Hukum Termodinamika Pertama. Meskipun Joule diakui sebagai penemu utama termodinamika, Thomsonlah yang "memantapkan termodinamika menjadi disiplin ilmu yang resmi dan merumuskan hukumnya yang pertama dan kedua dengan terminologi yang tepat." [1]

Hukum Termodinamika Pertama menyatakan bahwa tenaga tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi bentuknya dapat diubah. Artinya, jumlah tenaga/zat di alam semesta adalah tetap. "Hukum ini secara meyakinkan mengajarkan bahwa alam semesta tidak menciptakan diri sendiri! Struktur alam semesta sekarang adalah hasil konservasi, bukan inovasi sebagaimana dinyatakan oleh teori evolusi." [2] Sementara kaum evolusi tidak dapat menjelaskan asal-usul tenaga/zat yang jumlahnya tetap ini, Alkitab bisa menjelaskan, yaitu hanya Allah yang dapat menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Semua perubahan yang terjadi, oleh manusia atau kekuatan alam, adalah penyusunan kembali dari yang sudah ada.

Meskipun banyak ilmuwan Inggris meragukan karya Joule, Thomson mengakui bahwa hal ini cocok dengan pola perpaduan yang mulai muncul dalam fisika. Tahun 1851, Thomson menerbitkan tulisan berjudul "On the Dynamical Theory of Heat", yang mendukung teori Joule mengenai panas dan gerak. Tulisan ini merupakan langkah penting dalam proses perpaduan bagian fisika yang terpisah-pisah. Karya ini juga memuat Hukum Termodinamika Kedua versi Thomson. (Tanpa diketahui Thomson, tahun sebelumnya, ahli fisika Jerman, R.J.E. Clausius sudah mengajukan hukum yang sama dengan Hukum Termodinamika Kedua versi Thomson.)

Hukum Kedua Termodinamika juga disebut Hukum Peluruhan Tenaga. Asas universal yang mendasari hukum ini menunjukkan bahwa semua sistem, jika tidak diprogram sebelumnya atau tidak diatur dengan tepat, cenderung berubah dari keadaan teratur menjadi tidak teratur. Ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan, alam semesta berproses terus-menerus menuju kondisi di mana pengaturan semakin berkurang. Namun, evolusi mengandalkan gagasan yang sebaliknya. Ahli biologi evolusionis Inggris yang terkenal, Sir Julian Huxley mengatakan, "Evolusi dalam pengertian luas, dapat diartikan sebagai proses terarah yang pada hakikatnya tidak dapat dibalik lagi, yang terjadi sepanjang waktu, dan menimbulkan perkembangan ragam dan pengaturan yang semakin rumit." [3] Gagasan ini jelas bertentangan dengan Hukum Termodinamika Kedua.

Ringkasnya, hukum termodinamika menunjukkan bahwa "jumlah tenaga di alam semesta tidak berubah, tapi tenaga yang ada senantiasa berkurang." [4] Hukum ini bertentangan dengan pemikiran evolusioner, tapi sepenuhnya konsisten dengan kisah penciptaan Allah pada suatu waktu di masa lampau, yang diikuti oleh degenerasi secara berangsur-angsur menuju ketidakteraturan (perbudakan kebinasaan, seperti tertulis dalam Roma 8:21).

Hubungan panas dan gerak mekanik yang pertama kali diajukan oleh Joule, mendorong Thomson kepada penemuan yang paling menjadikannya terkenal, yakni skala suhu mutlak. Pakar Perancis, Jacques Charles, menyatakan isi gas akan menjadi 0, bila suhu diturunkan sampai -273° (tepatnya -273,15°) pada skala Celsius (sama dengan -459,67° Fahrenheit). Thomson sadar bahwa bukan isi gasnya, melainkan tenaga gerak partikel gaslah yang akan menjadi nol. Artinya, pada -273° Celsius, partikel gas akan berhenti bergerak. Thomson lalu merancang skala suhu baru dengan -273°. Satuan pada skala ini adalah kelvin (dengan lambang K ditulis tanpa tanda derajat [°]), sebagai penghargaan bagi Thomson yang kemudian diberi gelar Lord Kelvin. Thomson selanjutnya menyarankan pemakaian termometer gas untuk memungkinkan pengukuran cermat terhadap suhu yang lebih rendah.

Pemakaian skala suhu mutlak (yang tidak bisa bernilai negatif) kelak sangat membantu ahli fisika matematis Skotlandia, James Clerk Maxwell, dalam karyanya mengenai teori kinetik gas. Sumbangan terbesar Thomson bagi ilmu adalah bahwa "orang yang menonjol di antara ilmuwan Inggris yang jumlahnya sedikit membantu meletakkan dasar fisika modern." [5] Hal ini dilakukannya dengan menunjukkan kaitan antara listrik, magnetisme, panas, gerakan mekanik, dan gerakan gas, serta menunjukkan kerangka matematika umum yang mendasari hasil-hasil eksperimen dalam berbagai bidang fisika ini. Ini adalah perluasan teori yang penting atas karya para ilmuwan besar seperti Fourier, Faraday, dan Joule. Proses perluasan kerangka teori ini kemudian dilanjutkan oleh Maxwell dalam teori cahaya elektromagnetik. Maxwell mengakui utangnya pada Thomson sebagai mentornya.

Bersama ahli matematika dan fisika Skotlandia, Percy Guthrie Tait (juga seorang Kristen yang tulus), Thomson menulis buku pelajaran fisika agar dapat meneruskan kerangka teoretisnya kepada para ahli fisika kelak. Dia juga menerbitkan lebih dari 600 karya ilmiah.

Tahun 1844, Samuel Morse sukses memperagakan mesin telegrafinya. Tapi apakah temuan ini dapat dipakai untuk komunikasi antarbenua dengan memakai kabel bawah laut? Ternyata usaha Morse untuk memperagakan telegrafinya lewat kabel bawah laut gagal. Mathew Maury, seorang oseanograf Amerika Serikat dan William Thomson adalah orang yang mendukung gagasan Morse. Thomson menjadi konsultan kepala pada Atlantic Telegraph Company dan turut serta pada tahap awal pemasangan kabel itu. Thomson menciptakan alat penerima telegram yang disebut galvanometer cermin untuk digunakan bersama kabel di bawah laut. Tapi ia tidak sependapat dengan kepala kelistrikan perusahaan, E.O.W. Whitehouse, mengenai rancangan kabelnya. Perusahaan mulanya memakai gagasan Whitehouse, tapi kemudian menyadari bahwa rancangan Thomson lebih baik. Akhirnya, rancangan Thomson dipakai untuk kabel dan pemakaian galvanometer cermin. "Dengan berbuat demikian, perusahaan menghemat waktu dan biaya." [6]

Penemuan kabel transatlantik merupakan terobosan besar dalam dunia komunikasi. Sebagai penghargaan atas sumbangan Thomson untuk keberhasilan proyek itu, Ratu Victoria menghadiahkan gelar bangsawan kepadanya tahun 1866. Namanya menjadi Sir William Thomson. Kemudian dia menjadi mitra dalam perusahaan-perusahaan teknik mesin yang terlibat dalam perencanaan dan pembuatan kabel-kabel di bawah laut lainnya. Setelah keberhasilan pemasangan kabel transatlantik, galvanometer cermin -- pencatat perpindahan pipa (siphon) -- yang telah dimodifikasi Thomson dipakai di hampir semua kabel bawah laut di seluruh dunia.

Selama hidupnya, Thomson memperoleh hak paten untuk sekitar tujuh puluh temuannya, termasuk beberapa alat listrik untuk kabel bawah laut. Thomson juga merupakan anggota kunci dari komite Inggris untuk penggunaan perangkat satuan listrik, dan ini kemudian diterima secara internasional. Thomson juga berhasil dalam merekacipta kompas kapal jenis baru yang hampir tidak terpengaruh oleh besi kapal. Setelah itu dia menciptakan alat peramal pasang surut laut yang dapat memperkirakan tingginya permukaan laut di suatu pelabuhan. Dia juga menciptakan alat pengukur kedalaman laut.

Thomson sangat menentang gagasan geologi uniformitarian Charles Lyell dan teori evolusi Charles Darwin. (Uniformitarianisme berpendapat bahwa bentukan-bentukan geologis merupakan hasil kekuatan biasa yang terjadi selama waktu yang tak terhingga lamanya.) Tahun 1865, Thomson menerbitkan tulisannya berjudul "The Doctrine of Uniformity in Geology Briefly Refuted". Penolakan Thomson terhadap uniformitarianisme dan evolusi ditegakkan di atas dasar-dasar ilmu dan kekristenan. Thomson mengatakan, "Kehidupan di bumi pasti tidak terjadi oleh tindakan kimiawi atau listrik atau pengelompokan kristal molekul-molekul. Kita harus merenung, menyelami misteri dan keajaiban Penciptaan segala makhluk." [7] Dia berdebat dengan Thomas Huxley, Presiden Geological Society of London mengenai bukti ilmiah uniformitarianisme dan evolusi. (Huxley dikenal sebagai "anjing buldog Darwin" karena kegigihannya mempertahankan gagasan Darwin.)

Perdebatan berkepanjangan antara Thomson dan Huxley, berawal ketika Thomson menghitung usia maksimal bumi berdasarkan hukum termodinamika. Tahun 1862, Thomson mengalkulasi, jika bumi terbentuk melalui proses pendinginan masa yang meleleh, sebagaimana anggapan umum, maka menurut hukum termodinamika, bumi tidak mungkin berusia lebih dari 100 juta tahun. (Ini adalah batas atas berdasar hukum fisika, bukan berdasarkan kepercayaan Thomson.) Kalkulasi ini jelas berlawanan dengan waktu yang diperlukan untuk proses evolusi yang lamban, seperti gagasan Darwin. Thomson ingin menunjukkan bahwa teori geologi dan biologi seharusnya tidak bertentangan dengan teori fisika yang sudah diakui.

Ketika radioaktivitas ditemukan menjelang akhir hidup Thomson, para lawannya menyatakan bahwa temuan ini menggagalkan kalkulasinya mengenai usia maksimal bumi. Meskipun benar bahwa panas radioaktivitas memang mengubah kalkulasi tersebut, Thomson kemudian membuat kalkulasi lagi dengan memperhitungkan panas radioaktivitas. Sampai menjelang ajalnya, Thomson masih terlibat dalam kontroversi mengenai perhitungan usia maksimum bumi berdasarkan efek radioaktivitas. (Dalam tulisan singkat berjudul "Evidence for a Young World", ahli fisika, Dr. Russel Humphreys, membahas 15 ranah bukti ilmiah yang menentang kerangka waktu evolusi. [8])

Selama hidupnya, Thomson menerima 21 gelar doktor kehormatan. Tahun 1851, dia diterima sebagai "Fellow of the Royal Society" -- asosiasi Inggris paling bergengsi untuk para ilmuwan. Dia menjabat Presiden Royal Society dari tahun 1890-1895. Tahun 1892, Thomson diberi gelar Baron Kelvin dari Largs oleh Ratu Victoria. Sejak itu, dia lebih dikenal sebagai Lord Kelvin ketimbang Sir William Thomson. Lord Kelvin meninggal di Largs, Ayrshire, Skotlandia, tanggal 17 Desember 1907. Dia mendapat kehormatan besar untuk dimakamkan di Westminster Abbey di London.

Iman Kelvin sangat teguh. Dia percaya bahwa alam memberikan banyak bukti yang mendukung imannya. "Di sekeliling kita berlimpah-ruah bukti mengenai adanya rancangan yang cerdas dan penuh kebajikan... gagasan ateis sangat tidak masuk akal, sehingga saya tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata." [9] Kelvin tidak melihat pertentangan antara ilmu dan Alkitab. Bahkan, dia mengatakan bahwa "mengenai asal-usul kehidupan, ilmu... memastikan adanya kekuasaan yang kreatif." [10]

Pustaka Acuan

1. H.M. Morris, Men of Science, Men of God, Master Books, Colorado Springs, 1982, hlm 63.
2. S.M. Huse, The Collapse of Evolution, Baker Books, Grand Rapids (Michigan), 1983, hlm 59.
3. J. Huxley, Evolution and Genetics, Bab 8 dalam What ia Science?, J.R. Newman (red.), Simon & Schuster, New York, 1955, hlm 278.
4. H.M. Morris, The Scientific Case for Creation, Master Books, Colorado Springs, 1977, hlm 14.
5. Encyclopaedia Britannica, edisi ke-15, 1992, jld 22, hlm 503. 6.
6. ibid, hlm 505.
7. Thomson dikutip dalam:
D.C.C. Watson, Myths and Miracles - A New Approach to Genesis 1-11, Creation Science Foundation, Acacia Ridge (Queensland, Australia), 1988, hlm 113.
8. D.R. Humphreys, Evidence for a Young World, Creation Science Foundation, Acacia Ridge (Queensland, Australia).
9. W. Thomson, Journal of the Victoria Institute, jld 124, hlm 267.
10. Thomson dikutip dalam Morris (Acuan 1), hlm 66.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku: 21 Great Scientists Who Believed the Bible
Judul buku: Para Ilmuwan Mempercayai Ilahi
Judul artikel: William Thomson (Lord Kevin) 1824 -- 1907
Penulis: Ann Lamont
Penerjemah: Lillian D. Tedjasudhana
Penerbit: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF Jakarta
Halaman: 214 -- 226
www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 18 November 2011

Jangan Menunggu

12 kata "Jangan menunggu " yg perlu dihindari :

1. Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia.

2. Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah, maka kamu semakin kaya.

3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi.

4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli, tapi pedulilah dengan orang lain! Maka kamu akan dipedulikan...

5. Jangan menunggu orang memahami kamu baru kamu memahami dia, tâÞi pahamilah orang itu, maka orang itu paham dengan kamu.

6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis. tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu.

7. Jangan menunggu proyek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka proyek akan menunggumu.

8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai, tapi belajarlah mencintai,maka kamu akan dicintai.

9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan tenang. Percayalah,. bukan sekadar uang yang datang tapi juga rejeki yang lainnya.

10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah,maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti.

11. Jangan menunggu sukses baru bersyukur. tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu.

12. Jangan menunggu bisa baru melakukan, tapi lakukanlah! Kamu pasti bisa!

Dan...Jangan menunggu lama lagi untuk membagikan tulisan ini kepada semua orang yang anda kenal...sehingga kita semua tersadar...
Life is beautifuLL if we can enjoy it with ourseLf.....♡(∩_∩)
Berilah & Tuailah Terlebih Dahulu, Maka Kau akan Menuai ber-Kelimpahan:) :)
┏┉┄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┉┓ (*)
┆Ǧ̩ọÆŒ̲̣ß̍Ŀε̲̣ƨ̣̇ƨ̣̇Ï”ọÏ…̲̣ ({}) ☆ 
└┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ ┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶
www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 15 November 2011

BUKAN REMISI

BUKAN REMISI

Seorang narapidana memperoleh remisi, antara lain karena ia
dianggap berkelakuan baik selama berada di dalam penjara. Kebaikan
membuahkan pengurangan hukuman. Anugerah Allah bekerja sebaliknya.
Dia mencurahkan anugerah justru karena kita durhaka dan tidak mampu
memperbaiki diri dengan kekuatan sendiri.

Daud sangat menyadari hal ini. Ketika berzina dengan Batsyeba, ia
sedang berada di puncak kejayaan sebagai raja Israel. Bangsanya
mengenalnya sejak ia menjadi pahlawan kecil yang secara mengejutkan
menumbangkan raksasa Goliat. Selanjutnya ia memimpin pasukan Israel
ke dalam berbagai kemenangan sehingga ia dielu-elukan oleh rakyat.
Ketika akhirnya menjadi raja, ia juga mencatat prestasi mengesankan:
mengembalikan tabut Allah yang dirampas bangsa Filistin ke
Yerusalem, meraih sekian banyak kemenangan militer, dan menunjukkan
kebaikan yang tulus kepada Mefiboset.

Namun, saat bertobat dari dosanya, ia tidak mengutip satu pun
pencapaian itu sebagai senjata untuk "merayu" Allah agar mengurangi
hukuman-Nya. Sama sekali tidak. Menarik dicatat pula, ia hanya
berseru, "ya Allah" bukan "ya Allahku". Ia menyadari betapa parah
dosa merusak hubungannya dengan Allah. Maka, ia hanya meminta belas
kasihan, kasih setia, dan rahmat Allah Yang Mahabaik. Kebaikannya
selama ini tidak berguna untuk meringankan dosa; hanya anugerah
Allah yang sanggup mengampuni dan menebusnya.

Anda bergumul dengan suatu pelanggaran, dan merasa harus melakukan
perbuatan baik tertentu untuk menebusnya? Berhentilah bergumul
seperti itu. Ikutilah teladan pertobatan Daud.

DOSA TIDAK DAPAT DIRINGANKAN OLEH PERBUATAN BAIK
NAMUN DAPAT DIHAPUSKAN OLEH ANUGERAH ALLAH


Mazmur 51:1-8

1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur dari Daud, (51-2) ketika nabi
Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri Batsyeba. (51-3)
Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah
pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!
2 (51-4) Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan
tahirkanlah aku dari dosaku!
3 (51-5) Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku
senantiasa bergumul dengan dosaku.
4 (51-6) Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah
berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata
Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.
5 (51-7) Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam
dosa aku dikandung ibuku.
6 (51-8) Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin,
dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.
7 (51-9) Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku
menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari
salju!
8 (51-10) Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah
tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali!

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Setiap Orang...

"Setiap orang yang mempunyai kepadanya akan diberi"

(2Mak 7:26-31; Luk 19:11-28)

" Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang keras, yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan

kepada orang yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya. Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina. Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya. Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku." Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem." (Luk 19:15-28),


·   Semakin orang memiliki banyak pekerjaan/fungsi/jabatan pada umumnya juga akan semakin bekerja keras: efisien, efektif dan afektif dalam menggunakan waktu dan tenaga, sehingga menghasilkan 'buah pekerjaan maupun keterampilan' yang memperkaya dirinya maupun orang lain. Sebaliknya orang yang hanya memiliki satu pekerjan/fungsi/jabatan sering dengan seenaknya melaksanakan tugasnya atau fungsi/jabatannya. Pada hari-hari terakhir dalam kalendarium/tahun Liturgi ini kita diajak uutuk mawas diri: sejauh mana kita telah menumbuh-kembangkan iman, keterampilan, bakat atau aneka macam anugerah Tuhan dalam rangka "meneruskan perjalanan ke Yerusalem", artinya menuju akhir hidup kita, sewaktu-waktu kita dipanggil Tuhan. Dengan kata lain: apakah kita semakin suci, semakin baik dan berbudi pekerti luhur, semakin berbakti kepada Tuhan dengan rendah hati, sebagaimana pepatah mengatakan 'tua-tua keladi/bulir padi semakin berisi akan semakin menunduk'.

Kami percaya bahwa umur kita bertambah, kesejahteraan hidup secara ekonomis juga bertambah, namun apakah juga semakin beriman, suci, rendah hati, baik dan berbudi pekerti luhur kiranya boleh dipertanyakan. Kita semua diharapkan menjadi 'hamba-hamba yang baik', yang senantiasa berbuat baik kepada siapa pun dan di mana pun.

·   "Aku mendesak, ya anakku, tengadahlah ke langit dan ke bumi dan kepada segala sesuatunya yang kelihatan di dalamnya. Ketahuilah bahwa Allah tidak menjadikan kesemuanya itu dari barang yang sudah ada. Demikianpun bangsa manusia dijadikan juga. Jangan takut kepada algojo itu. Sebaliknya, hendaklah menyatakan diri sepantas kakak-kakakmu dan terimalah maut itu, supaya aku mendapat kembali engkau serta kakak-kakakmu di masa belas kasihan kelak." (2Mak 7:28-29), demikian kata seorang ibu kepada anaknya yang akan menerima hukuman mati karena kesetiaan imannya. Kata-kata di atas ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita sebagai umat beriman atau beragama ketika karena kesetiaan dalam penghayatan iman harus menghadapi aneka macam ancaman, masalah maupun hambatan. Ingatlah dan hayatilah bahwa kita pernah tidak ada sama sekali dan keberadaan kita sampai saat ini merupakan anugerah atau karya Tuhan. Maka segala sesuatu yang ada di dunia ini,

termasuk tubuh kita, sungguh bersifat sementara, hidup kita hanya sementara, sebagaimana dikatakan dalam pepatah Jawa bahwa 'urip iku koyo wong mampir ngombe". Memang karena hanya sementara ada dua kemungkinan orang menyikapinya, yaitu hidup seenaknya menuruk keinginan pribadi dan berpesta pora atau bekerja keras tanpa kenal lelah seraya membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah. Tentu saja sebagai umat beriman atau beragama kita diharapkan memilih yang kemudian itu, yaitu bekerja keras tanpa kenal lelah seraya membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah. Maka marilah kita mawas diri apakah kita semakin membaktikan sepenuhnya kepada Allah dengan mengerahkan waktu dan tenaga kita sepenuhnya pada penghayatan panggilan, pelaksanaan tugas pengutusan atau kewajiban, apakah kita semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia dimana pun dan kapan pun.    

"Langkahku tetap mengikuti jejak-Mu, kakiku tidak goyang. Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah; sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku."

 (Mzm 17:5-6)


Powered by Telkomsel BlackBerry®

BAGAIMANA MENDAMPINGI ORANG SAKIT YANG MENJELANG AJAL

BAGAIMANA MENDAMPINGI ORANG SAKIT YANG MENJELANG AJAL

Dokter perlu memberitahukan kepada pihak keluarga, bahwa pasien sudah tidak memiliki harapan untuk hidup lebih lama lagi. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan keluarga dan pasien itu sendiri. Jika pihak keluarga tidak diberi tahu mengenai keadaan pasien yang sebenarnya dan akhirnya sang pasien meninggal, maka dokter bisa saja disalahkan oleh pihak keluarga. Dokter tidak perlu menutupi keadaan pasien, jika memang yang bersangkutan sudah tidak bisa ditolong. Setelah mendiagnosis dan kelihatannya tidak ada harapan, sebaiknya dokter memberitahukan kebenarannya.

Biasanya, reaksi pertama dari keluarga pasien adalah bingung dan mungkin tidak percaya. Mereka akan mencoba untuk bertanya lagi kepada dokter yang lain atau berobat ke tempat lain. Namun demikian, dokter sebaiknya tetap berusaha menjelaskan hasil pemeriksaan sedetail mungkin, dengan bahasa awam supaya dapat dimengerti.

Di satu sisi, ada keluarga yang memang tidak siap untuk menerima kenyataan seperti itu. Mereka pun berpikir, "Masa suami saya atau istri saya itu harus pergi secepat itu?" Tapi kalau kenyataannya seperti itu, kita harus bisa memberikan penjelasan secara kedokteran atau secara ilmiah. Pasien juga harus diberi tahu karena dia yang memunyai tubuhnya. Dalam kode etik di Indonesia, seharusnya pasien dulu yang berhak tahu. Tapi pada kenyataan atau praktiknya, keluarga yang minta agar si pasien jangan diberi tahu. Dalam kondisi seperti ini, disarankan agar pasien tetap diberi tahu, karena dialah yang memiliki tubuhnya sendiri. Tentu saja dengan memilih waktu yang tepat, setelah hati si pasien disiapkan, dan dengan pendekatan yang baik.

1. Sebagai keluarga yang dekat dengan pasien, entah sebagai suami, istri, atau anak, kita terlebih dahulu harus bisa menerima keadaan.

2. Mengenai obat, biasanya kalau untuk meringankan rasa sakit (penstillen) si pasien pasti mau.

3. Untuk penyakit yang tergolong berat, kalau bisa pihak keluarga mendampingi sepanjang waktu. Pasien membutuhkan pendampingan terutama dari orang yang dia kasihi dan orang yang paling berarti, terutama pada saat-saat terakhir.

4. Beberapa cara untuk menolong orang yang menderita penyakit yang makin lama makin parah. Kalau dia orang Kristen, kita tetap bisa mendoakan dengan bersuara, bisa pegang tangannya, menyanyi untuk dia, dan membacakan firman Tuhan untuknya. Jadi, dia masih merasakan bahwa kita ini masih memerhatikan, dengan begitu dia akan dibangkitkan kembali.

5. Kalau ada anggota keluarga yang koma, mungkin kita sulit menghadapinya. Bagaimana kita berkomunikasi dengan orang yang koma? Sebetulnya kalau jantungnya masih berdetak, kita bisa membisikkan dan mengucapkan sesuatu yang mungkin masih bisa didengarnya atau diresponinya. Saat koma, pasien biasanya tidak bergerak, hanya reaksi pupil terhadap cahaya masih bagus. Tapi kalau jantungnya sudah tidak berdetak, dipasang alat bantu pun percuma. Kalau keadaan pasien sudah makin kritis, biasanya keluarga akan dipanggil untuk hadir, ini sangat berpengaruh pada dirinya. Karena si pasien akan merasakan dia tidak sendiri, bagi orang yang akan meninggal, yang paling sulit itu dia akan meninggalkan dunia ini sendirian. Kita harus mengingat, Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup. Meskipun dokter mengatakan tidak ada harapan, kita tetap bersandar penuh pada Tuhan. Jadi, kita harus mencoba yang terbaik yang bisa kita lakukan, meskipun membutuhkan biaya yang banyak untuk merawat orang yang kita kasihi. Ada banyak pasien yang oleh dokter dikatakan tidak ada harapan, tapi sembuh karena Tuhan menyatakan mukjizat.

6. Kita bisa tahu bahwa pasien itu benar-benar sudah meninggal, misalnya dengan memeriksa nadinya sudah tidak ada, atau dari pupil matanya biasanya kalau sudah meninggal pasti melebar.

Biasanya kalau pasien akan meninggal dunia, seorang dokter Kristen akan mengingatkan kembali tentang Kristus yang mati di kayu salib untuk menebus dosa. Juga berita Injil tentang rumah Bapa di surga.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: TELAGA.org
Alamat URL: http://telaga.org/audio/bagaimana_mendampingi_orang_sakit_yang_menjelang_ajal
Judul transkrip: Bagaimana Mendampingi Orang Sakit yang Menjelang Ajal (T035B)
Penulis: Dr. Yanti & Dr. Vivian Andriani Soesilo
Tanggal akses: 10 Agustus 2011


Powered by Telkomsel BlackBerry®

PERLAWATAN ORANG SAKIT

PERLAWATAN ORANG SAKIT


Orang sakit kerap kali berkeluh kesah, lebih-lebih kalau sakitnya sudah cukup lama. Yang cukup berat, kalau kondisi tubuhnya merosot pelan-pelan. Karena itu, keluh kesah, kekecewaan, putus asa, marah, tidak mau lagi berdoa, menumpuk menjadi satu. Tidak hanya yang sakit yang mengalami hal itu, tetapi juga keluarganya. Kemungkinan besar, mereka pun ikut hanyut dalam situasi itu.

Salah satu bentuk konseling pastoral kepada mereka yang sedang dalam kelemahan fisik atau sakit adalah melakukan perlawatan pastoral kepada mereka, baik yang dirawat di rumah maupun di rumah sakit. Inti perlawatan pastoral adalah kita menjadi teman bagi orang yang sedang sakit dan menjadi rekan bagi keluarga pasien. Bantuan-bantuan yang bisa kita berikan adalah sebagai berikut:

1. Kunjungan Penyembuhan.

Maksudnya melakukan suatu fungsi penyembuhan "holistik", dalam bentuk kesediaan kita untuk duduk di samping pasien dan mendengarkan dia mengungkapkan perasaan, keluhan, kemarahannya di hadapan kita. Singkatnya, kita menjadi media katarsis baginya atau tempat "mencurahkan hati" dari berbagai keluh-kesahnya.

2. Penguatan.

Maksudnya mendampingi pasien atau keluarga yang merasa mendapat "beban", supaya mereka tidak mengalami stres berkepanjangan. Misalnya: bagaimana sikap kita saat berhadapan dengan pasien yang menjadi tidak percaya diri pascaamputasi kakinya karena kecelakaan lalu lintas? Setelah amputasi biasanya pasien merasa tidak sempurna/cacat dan tidak bersemangat/bergairah menjalani hidup. Untuk itu, kita harus mendorongnya untuk bangkit lagi supaya tetap memiliki pengharapan. Atau, bagaimana kita harus mendampingi seorang ibu yang dihantui oleh rasa bersalah/berdosa terus-menerus setelah melakukan aborsi, padahal dia melakukannya demi keselamatan nyawanya, karena ia mengidap penyakit lever. Contoh lain: bagaimana kita harus bersikap ketika mendampingi pasien yang mengalami penyakit terminal, yang merasa cemas dalam menjalani hari-harinya dalam ketidakpastian, atau yang ketakutan karena fakta kematian terbentang di hadapannya.

3. Pembimbingan.

Melakukan penelaahan bersama (dengan pasien atau keluarganya) dengan tujuan memahami kasus-kasus yang dialami pasien, yang biasanya tidak ada hubungan dengan rumah sakit sekalipun, tetapi tetap perlu dibantu untuk ditangani. Contoh: konseli yang mengalami perceraian, hamil di luar nikah (dan ingin melakukan aborsi), dll.. Kehadiran kita sangat bermanfaat untuk membantu konseli dalam melihat konsekuensi-konsekuensi untuk mengadakan pertimbangan-pertimbangan moral.

4. Rekonsiliasi (Memperbaiki Hubungan).

Pasien kerap kali memunyai perasaan telah menjadi beban bagi keluarganya, dan keluarga sendiri sering merasa bosan mendengar keluhan tersebut. Akibatnya, terjadi kerenggangan hubungan di antara pasien dan keluarganya. Untuk itu, pelayan perlawatan pastoral berperan sebagai media yang dapat "menyambung hati" antara kedua kubu tersebut. Kasus lain: pasien pengidap TBC, lever, AIDS, dan penyakit kelamin, kerap kali menjadi rendah diri (karena tahu penyakitnya itu termasuk kategori menular atau susah sembuh), maka pelayan perlawatan "Pastoral Care" perlu membantu pasien agar dapat memiliki kepercayaan diri lagi.

Kemampuan Mendengarkan

Syarat utama agar kita dapat menjalankan perlawatan pastoral adalah kemampuan mendengarkan pasien/konseli. Berikut ini, enam syarat yang harus dimiliki agar dapat mendengarkan secara efektif (bdk. Tulus Tu'u, Dasar-dasar Konseling Pastoral, Yogyakarta: Andi Offset, 2007).

1. Menatap wajah lawan bicara sebaik-baiknya. Perlu melakukan kontak mata, supaya orang yang diajak bicara merasa yakin sungguh didengarkan.

2. Menunjukkan minat. Maksudnya kita nampak antusias terhadap persoalan yang tengah diceriterakannya.

3. Memberi perhatian terhadap lawan bicara, tidak sibuk sendiri dengan HP atau kegiatan lain. Singkatnya menyingkirkan segenap gangguan yang ada.

4. Memahami segenap gejolak perasaan yang dialami oleh lawan bicara.

5. Berempati (memiliki keinginan dan kemauan pendengar untuk berada atau masuk dalam situasi/kondisi yang dialami lawan bicara).

6. Bersikap sabar, tenang, dan ramah, saat memberikan masukan/umpan balik.

Lawatan pastoral sangat penting sebagai tanda keprihatinan, kasih, dan perhatian kepada anggota dan keluarga yang sedang bergumul itu. Kalau sakit masih agak baru, mungkin banyak orang yang ikut menengok; tetapi kalau sudah cukup lama, semakin jarang orang melawatnya. Oleh karena itu, gereja sebaiknya memiliki program untuk melawat orang-orang sakit ini. Mereka sangat membutuhkan kasih dan perhatian. Tidak perlu berbicara panjang lebar. Tidak perlu nasihat. Cukup harapan, peneguhan, doa, dan membaca firman Tuhan.

Dirangkum dari:
1. Tu'u, Tulus. 2007. "Dasar-dasar Konseling Pastoral". Yogyakarta: Penerbit ANDI
2. _________. "Pastoral Care terhadap Orang Sakit". Dalam: http://igna.wordpress.com/2009/03/18/pastoral-care-terhadap-orang-sakit/


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Mujizat Keluarga

Mujizat Keluarga

"Sesungguhnya keluarga kita adalah sebuah mujizat. Boleh dikatakan, keluarga adalah pemberian terindah dari semua yang kita miliki. Orangtua pemberi hidup, anak milik pusaka dan istri adalah kasih karunia.  Di dalamnya kita dilahirkan, dibesarkan dan mengenal kasih dan menikmati Anugerah" (JS)Pernahkah Anda membayangkan bagaimana Tuhan mempertemukan pria dan wanita, lantas menumbuhkan cinta di antara mereka? Pernahkah anda perhatikan Tiap pasangan memiliki cara masing-masing sehingga mereka akhirnya saling tertarik dan ingin selalu bersama seumur hidup.

MUJIZAT

Perkawinan adalah mujizat Allah yang terdiri atas anugerah, pemberian, dan penghiburan Ilahi. Kehadiran Tuhan dalam pernikahan dan keluarga kita  membuat  hidup sungguh  bermakna.

Pernikahan yang berbahagia memiliki aspek pertumbuhan di dalamnya. Pria dan wanita yang berasal dari planet berbeda ini berusaha hidup bersama, saling memahami, belajar mengampuni, dan bertumbuh. Lewat suka dan duka, untung dan malang.  Bukankah itu semua tidak terjadi jika mereka tidak hidup bersama dalam ikatan berkawinan?

Anak-anak yang lahir dalam sebuah pernikahan juga  mujizat. Mereka tidak hadir secara kebetulan. Ada maksud Allah yang Mahatinggi dalam tiap keluarga.

Orangtua kita adalah suatu anugerah mujizat. Bahkan hidup dan dibesarkan dalam sebuah keluarga juga sebuah mujizat. Tidak ada yang kebetulan dari kelahiran kita.

Bayangkan, bagaimana sepasang ayah-ibu belajar mengandalkan Tuhan dalam mendidik dan membesarkan anak-anak mereka! Alangkah tidak mudahnya mendidik anak di era ini. Betapa kita membutuhkan mujizat Allah agar anak-anak kita dapat mengerti rencana Allah dalam hidup mereka! Bergantung pada anugrahNya setiap hari.

DINAMIS

Dinamika yang terjadi dalam sebuah perkawinan bukan saja mengubah sistem keluarga, tetapi yang terutama adalah menumbuhkan  orang-orang yang ada di dalam institusi itu. Seperti kesaksian seorang Istri tentang suami dan perkawinannya.

"Kamu mengenalkan aku pada apa yang dinamakan cinta," kata seorang wanita tentang pasangan hidupnya.

"Sebelum bertemu kamu, aku tertarik pada beberapa pria, tetapi sulit mengatakan bahwa aku mencintai mereka seperti perasaan yang aku miliki terhadapmu. Cintaku  tumbuh diawali oleh adanya rasa aman waktu berjalan bersamamu. Aku suka humormu, sikap melindungi dan perasaan istimewa yang kau hadirkan. Denganmu, aku menjadi wanita."  Perkawinan itu membangun rasa percaya dan menerima orang lain apa adanya.

"Perubahan berikutnya yang terjadi dalam diriku adalah aku belajar mempercayakan diri dan masa depanku pada seorang pria yang sebenarnya aku tidak terlalu kenal," kata wanita itu setelah membiarkan angan-angannya sejenak berkelana.

"Aku rasa itu sebabnya banyak kerikil tajam dan batu besar yang kita hadapi pada awal mulanya. Kalau aku ingat sekarang, aku heran juga bagaimana kau mau hidup dengan seorang wanita yang bossy, hampir tidak betah di rumah, dan hanya sedikit punya keinginan mengurus rumah. Lagipula, belum tentu aku bisa memberimu anak, berhubung adanya pendapat dokter tentang kandunganku. Tetapi kamu tidak meninggalkan aku dan sedia menghadapi risiko itu. Denganmu, aku diterima apa adanya."

Salah satu hal penting yang kita pelajari dari pernikahan adalah mendorong orang yang kita cintai ke sebuah perubahan yang lebih baik.

Si wanita itu bersaksi lagi:

"Suamiku  memang luar biasa. Dia tahu, istrinya  suka membaca dan menulis. Lama-lama suamiku menyadari bahwa hobi ini sekedar untuk menutupi rasa aman palsu, karena dengan demikian aku  tidak perlu menjalin hubungan dengan orang lain. Dia menerima aku apa adanya"

Dia melanjutkan: "

"Suamiku melihat bahwa istrinya  memiliki beberapa keistimewaan yang masih bisa berkembang. Suamiku memberi arti yang berbeda tentang hobiku. Dia menolong aku untuk menuliskan masalah yang kami  hadapi sehingga menjadi bahan pembelajaran bagi orang lain. Ini hal baru buatku karena untuk melakukannya aku harus berhubungan dengan manusia. Ternyata, rasa aman di zona nyamanku ini perlu kubagi dengan orang lain."

HARMONIS

Apakah artinya saling menghargai? Bagi beberapa orang istilah ini diartikan sebagai tidak melakukan kekerasan terhadap anak dan pasangan, saling menolong, tidak melecehkan.

Tetapi pernikahan memberi arti baru pada kata saling menghargai dan hidup harmoni, yaitu siap menanggung kesalahan pasangan dan tidak membiarkan pasangannya merasa malu di depan orang lain. Ortu menjadi pembela anak. Tidak hanya peduli pada anak yang aik-penurut, tetapi juga pada "anak yang hilang", anak yang menjengkelkan.

Keluarga menjadi Harmonis dengan cara menjalankan fungsi sebagai Ayah, Ibu, Anak, Suami dan istri dengan sebaik-baiknya. Seimbang antara menjalani kehidupan karir dan keluarga.

KATARSIS

Keluarga juga tempat paling asyik kita bisa ngobrol apa saja, curhat pada orangtua saat ada masalah dari sekolah. Idealnya suami menjadi tempat curhat istri, saat ada sakit di hati. Istri tempat suami bercerita seelah seharian berjuang di kantor.

Dalam istilah Freud, keluarga menjadi tempat kita katarsis. Boleh ngomong atau curhat apa saja yang mengganggu emosi kita. Karena itu anggota keluarga yang baik, perlu belajar menjadi pendengar yang baik, bersedia menjadi "keranjang sampah" bagi yang lain. Jika tidak, jangan heran anak atau pasangan kita mencarinya di tempat lain.

SUMBER RASA SYUKUR

Mengapa pernikahan itu anugerah istimewa yang selalu patut kita syukuri?

Pertama, pernikahan adalah inisiatif Tuhan sendiri. Dia membentuk manusia pertama, Adam dan memberikan Hawa menjadi istrinya. Allah memberi mereka mandat budaya untuk mengelola bumi ini. (Kej.1:26)

Kedua,  keluarga adalah tempat lahir dan dibesarkannya orang-orang besar dan berguna. Para tokoh, pejuang, pahlawan, pemimpin dan pelayan masyarakat juga lahir dari sebuah keluarga. Dalam anugerah-Nya Tuhan memilih. Kita boleh jadi orang biasa saja saat ini. Tapi  Kita belum tahu bagaimana kelak keadaan anak-cucu kita. Seratus, empat ratus tahun mendatang, bisa saja lahir orang yang Dia pakai memberkati bangsa ini dari keturunan kita.

Ketiga,  perkawinan Itu   bersifat "trialog". Tuhan hadir di dalam relasi suami-istri, Orangtua dan anak. Semua  melibatkan Tuhan dalam komunikasi mereka. Firman-Nya menjadi tolok ukur, standar nilai-nilai keluarga di tengah tantangan limpahnya media, internet dan sebagainya.

Keempat,  pasangan suami dan istri akan menjadi ayah dan ibu. Ini merupakan jabatan istimewa, posisi yang tak tergantikan.  Banyak orang dapat menggantikan tugas kita sebagai guru, pembicara, atau direktur perusahaan. Tetapi tidak seorang pun yang dapat menjadi ayah dan ibu bagi anak-anak kita, menggantikan posisi suami bagi istri kita atau menjadi istri bagi suami kita.

Kelima,  beberapa penelitian membuktikan, bahwa perkawinan yang sehat dapat menjadi pemulihan hidup dari trauma masa lalu. Keluarga yang intim menjadi benteng stres kehidupan, menjadikan hidup orang yang menikmatinya, sehat serta produktif.

Keenam,   fungsi-fungsi dalam keluarga berdampak kekal. Kelak, di hari penghakiman-Nya kita semua berdiri dihadapan Tuhan Hakim yang Adil. termasuk anak dan pasangan kita. KIta perlu menyiapkan keluarga kita untuk menghadapi kekekalan. Semoga  kita tidak disibukkan hanya untuk kekinian, sampai lupa keluarga.

PENUTUP

Boleh dikatakan, keluarga adalah pemberian terindah dari semua yang kita miliki. Orangtua pemberi hidup, anak milik pusaka dan istri adalah kasih karunia.  Di dalamnya kita dilahirkan, dibesarkan dan mengenal kasih dan menikmati Anugerah-Nya. Soli Deo Gloria

"Julianto Simanjuntak"
Powered by Telkomsel BlackBerry®

TUJUH KUNCI UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN

TUJUH KUNCI UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN


1. Mengembangkan Lingkungan yang Mendukung.

Hal terbaik yang perlu dikembangkan dalam mendisiplin anak ialah menjaga agar anak-anak kita tetap berkembang secara sehat. Selain itu, kita mesti memanfaatkan setiap kesempatan untuk bisa mendorong mereka. Yang dimaksud lingkungan yang mendukung ialah lingkungan di mana anak-anak kita tahu mereka berharga di hadapan Allah dan di hadapan kita sebagai orang tua; lingkungan di mana kita dapat memberi lebih banyak waktu untuk membangun dan mendorong mereka, bukannya memarahi dan menyalahkan mereka; lingkungan di mana kita menghargai mereka melalui cara kita berbicara; lingkungan di mana kita mendorong mereka untuk melakukan hal yang baik, dan bukannya membiarkan mereka tetap berperilaku buruk. Kita harus lebih banyak memuji mereka atas tanggung jawab yang dilakukan, daripada mengkritik dan mencela mereka karena gagal memenuhi harapan kita; lingkungan di mana kita menanggapi kegembiraan sekaligus kesedihan anak-anak kita.

2. Bersikaplah Terbuka Mengenai Kesalahan dan Kelemahan Anda.

Lingkungan yang mendukung ialah lingkungan di mana ada pengertian saat kita melakukan kesalahan. Sebenarnya, dalam lingkungan seperti itu anak bukan hanya mengerti, tetapi mereka juga dapat belajar bahwa Allah dapat memakai kegagalan mereka untuk menolong mereka bertumbuh. Mereka belajar bahwa yang tertulis dalam Roma 8:28 memang benar. Mereka belajar bahwa pertanyaan terbaik yang patut diucapkan setelah melakukan kesalahan ialah, "Hikmah apa yang dapat saya petik dari hal ini?" Salah satu cara terbaik untuk melakukan hal ini ialah dengan memperagakannya.

3. Siap Sedia.

Kunci ini merupakan kunci paling sederhana di antara ketujuh kunci lainnya, tetapi sekaligus yang tersulit. Kunci ini yang terpenting karena enam langkah lainnya tergantung pada kunci ini. Lalu mengapa kunci ini sederhana? Karena kunci ini tidak memerlukan bacaan atau pelatihan tertentu. Yang perlu dilakukan hanyalah selalu siap sedia bagi anak-anak. Siapa saja dapat melakukan.

Apa yang membuat hal ini begitu sulit? Karena kita semua sibuk. Kita banyak membebani diri dengan tuntutan dan tekanan dari diri sendiri maupun orang lain. Kita selalu merasa bahwa masih ada yang harus dan ingin kita lakukan. Hanya sedikit dari kita yang duduk tenang di penghujung hari dan berkata kita telah menyelesaikan semua yang kita inginkan.

Di tengah berbagai kesibukan, anak-anak dengan mudah dapat menjadi gangguan. Tentunya tidak realistis bagi kita untuk selalu membatalkan semua kegiatan dan memenuhi tuntutan anak-anak kita saja. Pada saat yang sama, kita perlu memahami bahwa mereka tidak memiliki persepsi tentang waktu seperti kita. Anak-anak hanya memiliki keterampilan abstraksi yang rendah dan bagi sebagian besar mereka, masa sekarang ialah segalanya.

Kita dapat selalu siap sedia bagi anak-anak melalui dua cara. Pertama, kita dapat meluangkan waktu khusus bagi mereka, contohnya menyapa pada waktu bangun pagi atau di kesempatan lain dan ada waktu untuk mengobrol. Mungkin Anda juga dapat menemukan waktu-waktu tertentu di sepanjang hari, di mana mereka bersikap lebih terbuka untuk mengobrol. Pada saat-saat seperti ini, akan sangat bijaksana jika Anda "mengesampingkan" jadwal Anda dan "secara kebetulan" siap untuk berbicara dan mendengarkan pengalaman mereka di hari itu, membaca, bermain bersama-sama mereka, atau berbagi pengalaman dengan mereka.

Kedua, kita dapat mempelajari kiat-kiat "menciptakan" waktu pada saat diperlukan. Kita dapat mengembangkan kemampuan untuk mencari "waktu untuk dapat mengajar". Dalam Lukas 5:17-20, Kristus mengajar kelompok orang Farisi dan ahli Taurat yang terkenal. Mereka datang dari jauh untuk mendengar ajaran-Nya. Ketika Yesus sedang mengajar, ada orang-orang yang membongkar atap rumah di atas kepala-Nya. Mereka tidak hanya membongkar atap, tetapi juga menurunkan seorang lumpuh dalam usungan dan meletakkannya di hadapan Yesus.

Meski kebanyakan di antara kita melihatnya sebagai gangguan, tetapi Kristus melihatnya sebagai kesempatan yang unik. Dia melihat adanya suatu kebutuhan. Dia melihat iman mereka dan sudah pasti Dia menganggap hal itu lebih penting daripada pembicaraan-Nya. Dengan segera Dia melihat peristiwa ini sebagai momen yang dapat dipakai-Nya untuk mengajar. Dia betul-betul memanfaatkannya.

Kita dapat meluangkan waktu untuk menolong anak-anak menangani masalah. Kadang-kadang mereka ingin segera mengatasinya. Kadang-kadang mereka perlu memikirkan dan membicarakannya sebelum tidur. Anak-anak tidak selalu dapat melupakan pengalaman emosional yang menyakitkan. Mereka perlu menyelesaikannya. Meskipun demikian, mereka juga perlu belajar menyelesaikannya bersama seseorang yang dapat menolong mereka "keluar dari permasalahan", sekalipun tidak "menyelesaikan" masalah itu bagi mereka. Meskipun mencoba-coba, kita sebagai orangtua dapat meluangkan waktu dan menyediakan tempat yang aman bagi mereka untuk menyelesaikan masalah. Hanya dengan meluangkan waktu bersama, kita akan dapat berkomunikasi, menyelesaikan konflik, membangun, merawat, menyayangi, mengasihi, dan saling menguatkan.

4. Lihat, Dengar, Baru Berbicara.

Ketika berbicara tentang komunikasi yang baik, kebanyakan dari kita telah mengalami kemunduran. Kita cenderung terus berbicara, baru kemudian melihat dan mendengar. Ketika kebanyakan orang berpikir mengenai komunikasi, mereka cenderung menekankan aspek verbal. Bagi mereka, komunikasi ialah kata-kata yang disampaikan seseorang kepada orang lain. Banyak orang terkejut saat mempelajari bahwa untuk menyampaikan pesan sebenarnya hanya diperlukan 7 persen kata-kata. Nada suara menyumbangkan 38 persen, dan faktor-faktor nonverbal lainnya 55 persen.

Saat anak Anda berbicara, kita perlu mengembangkan kebiasaan mendengarkan dengan penuh perhatian. Menjadi pendengar yang baik tidaklah mudah dan tidak terbentuk dengan sendirinya. Alkitab berbicara banyak tentang pentingnya mendengar. Amsal 18:13 mengatakan, "Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya." Kemudian Yakobus 1:19, "Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah."

Salah satu keunikan Tuhan Yesus ialah bahwa Ia sungguh-sungguh memerhatikan setiap pribadi. Bagi-Nya tidak ada orang yang dianggap terlalu rendah, terlalu tua, terlalu muda, terlalu lambat, atau apa pun. Dia selalu meluangkan waktu bersama mereka semua. Orang-orang biasa sudah cukup menjadi alasan bagi-Nya untuk datang, mati, dan bangkit kembali. Jika orang biasa saja penting bagi Yesus, tidakkah anak-anak kita semestinya lebih penting bagi kita?

Anda dapat membuat anak-anak Anda tahu bahwa Anda mengasihi mereka melalui sesuatu yang sederhana. Misalnya lewat kontak mata, senyuman, anggukan kepala, atau kesediaan untuk membiarkan mereka bebas berbicara. Kadang-kadang saat anak Anda ingin mengungkapkan sesuatu, Anda sedang tidak punya waktu untuk mendengarkan. Dengan jujur, katakan bahwa Anda bersedia mendengarkan, tetapi tidak saat itu. Lalu berjanjilah untuk mendengarkannya lain waktu. Yang penting, pastikan untuk memenuhi janji Anda.

Saat mendengarkan anak Anda, jangan hanya mendengar kata-katanya. Belajarlah untuk membaca bahasa nonverbal mereka. Perhatikan ekspresi wajah, postur, dan gerak-gerik tubuh mereka. Selain itu, belajarlah menangkap makna di balik nada suara anak. Adakah perubahan nada, kecepatan, susunan kata-kata, dan volume suara? Ungkapkan interpretasi Anda kepadanya. Hal ini akan membuatnya merasa dipahami dan menolong Anda menguji ketepatan interpretasi Anda.

Jika Anda sudah terampil dalam melihat perubahan raut wajah anak Anda dan mendengarkannya, Anda akan memahaminya dengan lebih baik. Anda akan lebih dapat menyadari adanya sesuatu yang tidak beres. Jika kita bersedia mendengarkan anak-anak dan membiarkan mereka menumpahkan emosi-emosi yang negatif, menyakitkan, dan membingungkan, mereka akan lebih mudah menemukan perasaan-perasaan positif dan menjadi lebih terbuka untuk mendengar beberapa alternatif pemecahan masalahnya.

5. Saat Anda Berbicara, Ajukan Pertanyaan.

Kunci kelima untuk mengusahakan lingkungan yang sehat ialah mempelajari seni mengajukan pertanyaan yang baik. "Ada dua macam pertanyaan: pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup ialah pertanyaan yang dapat dijawab dengan satu kata seperti, "Apakah semuanya berjalan baik hari ini?" Pertanyaan terbuka ialah pertanyaan yang membutuhkan jawaban lebih dari satu kata, misalnya, "Apa yang paling membuatmu senang hari ini?" Akan lebih baik bila kita mengajukan beberapa pertanyaan terbuka daripada pertanyaan tertutup.

Selain itu, penggunaan waktu yang tepat juga penting. Jika memungkinkan, pilihlah waktu ketika Anda dan anak-anak tidak dalam kondisi tergesa-gesa. Jika Anda selalu menyelesaikan ucapan-ucapan anak Anda, atau hanya menjawab, "ya, aku mengerti" atau "cukup", tampaknya Anda telah salah memilih waktu.

Saat mengajukan pertanyaan, pastikan untuk memberi cukup waktu kepada anak Anda untuk menjawabnya. Jika Anda mengajukan pertanyaan dan menuntut jawaban secepatnya, hal itu dapat menekan anak Anda dan memberi kesan keliru. Meskipun Anda bermaksud mengatakan, "Engkau penting bagiku," kesan yang mereka terima dapat menjadi, "Apa yang kau katakan penting jika kau katakan dengan cepat. Ada hal-hal penting lain yang harus saya lakukan."

Ketika anak Anda menjawab pertanyaan, dengarkan apa yang dikatakannya dan bagaimana ia mengatakannya dengan penuh perhatian, karena isi maupun nada suara dalam jawabannya sama pentingnya. Jika ia menjawab dengan bersemangat atau jika ia menambahkan keterangan-keterangan lain, berarti Anda sudah menemukan kuncinya. Daripada mengajukan pertanyaan yang hebat, ajukan pertanyaan seputar topik yang penting baginya, atau temukan waktu saat ia bersedia mengobrol.

6. Izinkan Anak Anda Mengekspresikan Emosinya.

Tedd Tripp menulis bahwa komunikasi bukan sekadar mendisiplin, tetapi juga memuridkan. Komunikasi yang baik dapat menggembalakan anak-anak dalam jalan Allah. Acap kali orang tua terlalu sibuk, sehingga tidak ada waktu untuk berbicara, kecuali jika ada masalah. Kebiasaan berdiskusi bersama akan membantu kita saat perlu berbicara dalam situasi tegang. Anda tidak akan dapat meraih hati anak-anak Anda, jika Anda hanya berbicara dengan mereka ketika ada masalah.

Karena kurangnya pendidikan atau masuknya informasi yang keliru, kebanyakan di antara kita, khususnya pria, diajar untuk tidak mengacuhkan saat merasakan sesuatu. Ketika mengalami depresi, kita diajar bahwa itu hanyalah keputusan biasa. Ketika merasa sedih, kita diajar untuk bergembira. Ketika marah, kita diajar untuk bersikap tenang. Ketika merasa sakit hati, kita diajari untuk menghadapinya dengan berani dan tersenyum.

Dr. Haim G. Ginot mengatakan, "emosi adalah bagian dari sifat genetis yang menurun". Pengajaran tentang emosi dapat menolong anak-anak untuk menyadari apa yang mereka rasakan dan kapan mereka merasakannya. Menurut Dr.Ginot, "Lebih penting bagi seorang anak untuk mengenal apa yang dirasakannya daripada menyadari alasan ia merasakannya. Ketika ia mengenal apa yang dirasakan dengan jelas, besar kemungkinan ia tidak akan merasakan 'kekacauan' dalam batinnya". Agar anak dapat memiliki dasar yang kuat bagi kehidupan emosi mereka di kemudian hari, mereka perlu dikuatkan untuk mengalami dan mengekspresikan berbagai emosi. Pengalaman emosi mereka seharusnya tidak dibatasi pada emosi yang menyenangkan saja. Jika mereka hanya diizinkan untuk mengalami satu sisi emosinya, mereka akan memiliki kesadaran yang terbatas tentang Allah yang menciptakan mereka dan perspektif yang keliru tentang orang lain. Kemampuan mereka untuk menarik hikmah dari emosi sangat terbatas, dan mereka akan lebih menjadi lebih mudah dikuasai oleh emosi mereka sendiri.

Anak-anak juga perlu didorong untuk mengalami kegembiraan dan kesedihan, harapan dan ketakutan, sukacita dan depresi, kecemburuan dan belas kasihan. Proses belajar yang sejati tidak terjadi dalam lingkup emosi yang terbatas, tetapi dalam emosi yang menyenangkan dan juga menyakitkan. Pernyataan yang menyebutkan bahwa kita diciptakan segambar dengan Allah juga mengandung arti bahwa kita memiliki emosi. Orang tua yang baik akan mengizinkan anak-anaknya mengekspresikan berbagai emosi dengan cara yang tepat. Hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam hal emosi adalah gambaran wajahnya. Perhatikanlah stres emosional yang memengaruhi mereka. Jika memungkinkan doronglah anak Anda untuk menceritakan semua kekhawatiran dan perasaan mereka. Doronglah mereka untuk menceritakan apa pun yang mereka rasakan -- positif atau negatif, menyenangkan atau menyakitkan. Jika mereka sulit untuk terbuka, Anda dapat memulainya dengan menceritakan perasaan Anda sendiri.

7. Memahami Bahwa Hal-hal yang Diperlukan untuk Sukses Dalam Berbisnis dan Mengasuh Anak Tidaklah Sama.

Kunci keberhasilan di kantor mestinya juga dapat dipakai di rumah. Bagaimanapun juga, sudah semestinya orang tua mempersiapkan anak untuk menghadapi dunia "nyata".

Diringkas dari:
Judul asli buku: Raising Kids to Love Jesus 1
Judul buku terjemahan: Memahami Anak Sesuai dengan Kecenderungan Kepribadiannya
Judul artikel: Tujuh Kunci untuk Mendorong Pertumbuhan Anak-anak
Penulis: H. Norman Wright dan Gary J. Oliver
Penerjemah: Otniel Sintoro dan Mariani Sutanto
Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2003
Halaman: 70 -- 90


Powered by Telkomsel BlackBerry®