Senin, 31 Oktober 2011

Engkau akan mendapat...

 "Engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang  benar"

(Rm 11:29-36; Luk 14:12-14)

"Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar." (Luk 14:12-14),

·   Alfonsus Rodriguez dikenal sebagai biarawan atau bruder SJ yang sederhana dan pendoa, maka ia boleh dikatakan termasuk orang-orang yang dikehendaki oleh Yesus maupun melaksanakan sabdaNya , sebagaimana disabdakan dalam Warta Gembira hari ini "undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta". Tugas utamanya sebagai bruder Yesuit adalah menerima tamu atau menjaga pintu gerbang, dengan demikian ia bertemu dengan aneka macam orang yang datang atau memiliki kepentingan dengan segenap anggota kolese/komunitas dimana ia tinggal dan bekerja. Dengan keramahan dan kerendahan hati ia menerima tamu-tamunya, dan sementara tidak ada tamu ia berdoa untuk mendoakan sahabat-sahabat atau siapapun yang minta didoakan. Dengan kata lain Alfonsus Rodriguez sungguh menjadi 'man for/with others', seluruh hidup dan dirinya dipersembahkan kepada Tuhan melalui sesamanya tanpa pandang bulu. Kita dipanggil untuk meneladannya,

dan sesama yang perlu kita perhatikan pada masa kini adalah 'orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta", dengan kata lain mereka yang miskin dan berkekurangan. Maka marilah kita hayati dan sebarluaskan salah satu prinsip hidup menggereja, yaitu 'preferential option for/with the poor'. Kemiskinan merupakan salah satu keprihatinan yang hendaknya kita tanggapi dengan sungguh-sungguh, karena terjadi keserakahan sementara orang maka banyak orang menjadi semakin miskin. Dari diri kita sendiri hendaknya hidup dan bertindak sederhana, tidak boros dan tidak berfoya-foya.

·   "Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Rm 11:34-36), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Sebagai orang Kristen atau Katolik sering menerima ejekan dari orang lain bahwa Allah orang Kristen dan Katolik adalah Tiga dengan menyatakan diri Allah Tritunggal. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang secara sempurna mengetahui dan memahami siapa itu Allah, melainkan hanya sampai pada gambaran sebagai Yang Maha Kuasa, Maka Kasih, Maha Adil, Maka Pemurah dst.. Sebagai orang Kristen atau Katolik kita menggambarkan Allah sebagai Bapa, maka benarlah kata Paulus bahwa "segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan

sampai selamanya". Maaf tanpa bermasksud melecehkan rekan-rekan perempuan dan mungkin sedikit porno: bukankah masing-masing dari kita ada karena kreatifitas dan usaha keras dari sperma yang mencari dan menyatu dengan sel telor. Konon kita ini laki-laki atau perempuan juga ditentukan jenis sperma yang menyatu dengan sel telor. Dalam masyarakat paternalistis peranan bapa/laki-laki dalam keluarga sangat dominan juga, dan semua anggota keluarga seolah-olah tergantung sepenuhnya kepada bapa/ayah. Diri kita dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini berasal dari Allah, anugerah Allah yang kita terima karena kasih, kemurahan dan kebaikan Allah melalui orang-orang atau siapapun yang mengasihi dan memperhatikan kita. Maka selayaknya  kita hidup dan bertindak dengan rendah hati, sebagaimana juga dihayati oleh Alfonsus Rodriguez. Sekali lagi kami ingatkan: semakin tua, semakin tambah usia, semakin berpengalaman, semakin kaya,

semakin cerdas atau pandai, semakin  suci, dst.. hendaknya semakin rendah hati. Ingat pepatah "bulir/batang padi semakin tua dan berisi semakin menunduk".

"Tetapi aku ini tertindas dan kesakitan, keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku! Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur; Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali! Sebab TUHAN mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan" (Mzm 69:30-31.33-34)


Powered by Telkomsel BlackBerry®

APLIKASI KONKRET

Aplikasi Konkret

2 Timotius 3: 15-17

3:15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.

3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

3:17 Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.

Kisah mengenai Adam dan Hawa dalam kitab Kejadian menjadi lebih berarti kalau kita mengambil maknanya yang terdalam, bukan hanya menganggapnya sekadar cerita historis. Kitab Suci sebagai tulisan yang diilhamkan Allah bukan hanya kumpulan cerita, melainkan tuntunan kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus. Oleh karena itu tanpa mengurangi penghargaan terhadap kisah Adam dan Hawa sebagai fakta historis, yang penting adalah kita harus dapat menggali makna yang terkandung di dalamnya, sehingga aplikasi konkretnya bisa dikenakan dalam kehidupan hari ini.

Jika kita melihat cerita-cerita dalam Alkitab hanya sebagai sejarah, maka yang terjadi adalah pemahaman yang dangkal, bahkan menimbulkan kebingungan. Sebab pikiran manusia modern yang terlatih, analitis, kritis dan cermat akan tertumbuk pada pembahasan yang kurang esensial, seperti penekanan secara harfiah bahwa dunia diciptakan dalam enam kali 24 jam, bumi lebih dahulu ada daripada matahari, ular dahulu bisa berbicara, dan sebagainya. Pikiran yang sama cerdasnya pula mempertanyakan kebenaran historis kisah itu, sebab tampak bertentangan dengan sains. Perdebatan yang timbul di sini tidak menuntun pada keselamatan.

Sesungguhnya kita harus memahami bahwa cerita-cerita dalam Alkitab seperti kisah Adam dan Hawa bukan sekadar kisah sederhana. Dengan hikmat Tuhan, kita dapat menguraikannya sebagai suatu kebenaran yang sangat luar biasa. Ada sesuatu yang lebih bermakna daripada selintas cerita tentang buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Makna itulah yang dapat diurai, sehingga dapat menjadi konsumsi jiwa di zaman mana pun. Roh Kudus memimpin kita untuk mengerti kebenaran, dan untuk mengerti kebenaran dibutuhkan sikap keterbukaan untuk berani menerima hal-hal yang selama ini terpatok pemikiran konservatif.

Pesan yang disampaikan oleh Allah yang Mahacerdas dibungkus melalui cerita-cerita sederhana, yang sesuai dengan penerimanya. Apabila orang Israel pada zaman Musa—3500 tahun yang lalu—diberi penjelasan secara rinci seperti kita di era internet ini, mereka tak sanggup menerimanya, karena mereka adalah orang-orang yang berpikiran sederhana. Bagi mereka cerita itu sudah cukup mewakili kehendak Tuhan yang harus mereka pahami. Tetapi setelah Injil diberitakan, dapatlah kita peroleh pengetahuan tanpa batas oleh tuntunan Roh Kudus. Dengan-Nya kita dapat memahami makna yang dalam, yang up-to-date dan relevan sepanjang masa. Kita pun sadar bahwa kisah sederhana itu memperlengkapi kita untuk perbuatan baik.

Cerita Alkitab sederhana seperti kisah Adam dan Hawa makin berarti manakala kita dapat mengenakan aplikasi konkretnya hari ini.

Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

SEMUA ORANG KUDUS

SEMUA ORANG KUDUS: Why 7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a

"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah"

Kiranya kita semua tahu atau kenal dengan Ibu Teresa dari Calcuta, entah melalui bacaan buku atau media cetak atau media elektronik. Ia adalah seorang biarawati yang tersentuh dan tergerak hatinya atas penderitaan jutaan manusia yang miskin dan berkekurangan serta kurang menerima perhatian; ia meninggalkan kemegahan biara dan sekolah yang diasuhnya dan kemudian 'menggelandang' di jalanan untuk menemani orang yang hampir mati atau sakit, bayi yang dibuang oleh yang melahirkannya, memberi makan apa adanya kepada mereka yang kelaparan dst.. Pribadi dan karyanya begitu memikat, mempesona dan menarik banyak orang, dan pada suatu saat diwawancari oleh seorang wartawan TIME. "Ibu menurut kata banyak orang ibu adalah orang suci atau santa yang masih hidup. Sebenarnya orang suci itu semacam apa ibu?", demikian kurang lebih pertanyaan sang wartawan kepada Ibu Teresa. Dan dengan rendah hati dan mantap Ibu Teresa menjawab:"Orang suci itu bagaikan lobang

kecil dimana orang dapat mengintip siapa itu Tuhan, siapa itu manusia dan apa itu harta benda". Memang dari cara hidup dan cara bertindak ibu Teresa kita dapat mendalami kebenaran perihal 'siapa Tuhan, siapa manusia dan apa harta benda'.  Maka marilah pada Hari Raya Semua Orang Kudus hari ini kita mawas diri, entah dengan cermin ibu Teresa dari Calcuta, santo-santa pelindung kita masing-masing atau bacaan-bacaan hari ini. Perkenankan saya merefleksikan secara sederhana apa yang tertulis dalam Injil hari ini.

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:3)

"Miskin di hadapan Allah"  berarti menggantungkan atau mengandalkan diri sepenuhnya kepada Allah, menyadari dan menghayati bahwa hidup dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah Allah, cara hidup dan cara bertindaknya dikuasai atau dirajai oleh Allah sehingga hidup dan bertindak menurut kehendak Allah. Dalam keadaan atau kondisi dan situasi apapun orang yang 'miskin di hadapan Allah' senantiasa bergembira dan berbahagia, karena bersama dan bersatu dengan Allah, dan tidak takut menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan dalam penghayatan iman. Ia dapat menemukan Allah dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Allah.

"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." (Mat 5:4)

"Menemukan Allah dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Allah" memang butuh perjuangan dan pengorbanan alias siap sedia untuk berdukacita. Berdukacita berarti ada yang meninggal atau ditinggalkan, dan tentu saja dalam hal ini bukan orang, melainkan keinginan, nafsu, harapan atau dambaan pribadi yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.

 Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia." (Yoh 16:20-21), demikian sabda Yesus. Marilah sabda Yesus ini kita renungkan, refleksikan dan hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.

"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Mat 5:5)

Buah atau dampak ketahanan dan ketabahan dalam berdukacita atau penderitaan adalah lemah lembut, sabar dan tekun, tidak kasar dan tidak terburu-buru dalam menghadapi segala sesuatu. Yang bersangkutan juga hidup membumi, memperhatikan hal-hal sederhana dengan penuh cintakasih, ia mengerjakan hal-hal sederhana dan kecil dengan kasih yang besar. Kami percaya bahwa pada umumnya rekan-rekan perempuan atau para ibu lebih lemah lembut dari pada rekan-rekan laki-laki atau para bapak, maka kami berharap rekan-rekan perempuan atau para ibu dapat menjadi teladan dalam kelemah lembutan dalam hidup sehari-hari di dalam lingkungan hidup maupun lingkungan kerjanya, dan kepada rekan-rekan laki-laki atau para bapak hendaknya tidak malu-malu belajar lemah lembut juga dari rekan-rekan perempuan atau para ibu. 

"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan" (Mat 5:6).

Perkembangan dari lemah lembut adalah 'lapar dan haus akan kebenaran', yang bersangkutan sungguh membuka diri sepenuhnya terhadap aneka macam nasihat, saran, ajaran , informasi dst.. dalam rangka menemukan kebenaran. Kebenaran sejati antara lain adalah bahwa kita adalah orang-orang lemah, rapuh dan berdosa yang dikasihi dan dipanggil oleh Allah untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Maka yang bersangkutan sungguh menghayati diri sebagai yang diperhatikan, banyak orang memperhatikannya, dan dengan demikian ia sungguh dipuaskan dengan berbagai bentuk perhatian.    

"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." (Mat 5:7)

Orang yang menghayati diri sebagai yang diperhatikan banyak orang berarti kaya akan kemurahan hati, maka yang bersangkutan akan bermurah hati juga kepada orang lain atau siapapun juga. Murah hati berarti hatinya dijual murah alias siapapun boleh minta diperhatikan atau ia memperhatikan siapapun tanpa pandang bulu. Masing-masing dari kita kiranya telah menerima kemurahan hati Allah, terutama dan pertama-tama melalui orangtua kita masing-masing, khususnya ibu kita yang telah mengandung dan melahirkan serta membesarkan dan  mengasuh kita dengan sepenuh hati. Maka selayaknya sebagai umat beriman kita saling bermurah hati atau memperhatikan.   

"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." (Mat 5:8)

Buah bermurah hati adalah suci atau  "sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci" (1Yoh 3:2-3). Orang suci adalah "orang yang menaruh pengharapan kepadaNya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci". Orang suci mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, sehingga semakin dikasihi oleh Allah dan sesamanya. Ia sungguh menjadi 'kekasih Allah'

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Mat 5:9)

"Menjadi kekasih Allah" secara otomatis akan "membawa damai" dimana pun ia berada atau kemana pun ia pergi, terutama damai di hati. Bersama dan bergaul dengan 'kekasih Allah' akan terasa sejuk, damai dan tenteram serta aman. Perdamaian menjadi dambaan atau kerinduan semua orang, maka marilah kita sebagai orang beriman atau kekasih Allah senantiasa menjadi saksi atau teladan perdamaian serta menyebarluaskan perdamaian kepada siapapun dan dimanapun . "There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness" (= Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan), demikian pesan Paus Paulus II memasuki millennium ketiga yang sedang kita jalani ini. Pembawa damai berarti senantiasa mengampuni siapapun yang telah menyalahi atau menyakitinya.    

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:10)

Memang ketika kita disalahi atau disakiti segera mengampuninya dan tidak balas dendam , kita akan merasa 'teraniaya'. Baiklah jika demikian adanya marilah kita memandang dan menatap Dia yang tergantung di kayu salib. Untuk mewujudkan Kerajaan Allah/Sorga atau Allah yang meraja di dunia ini memang harus melalui penderitaan bahkan sampai wafat di kayu salib. Teraniaya atau menderita karena kebenaran adalah jalan keselamatan atau kebahagiaan sejati, maka nikmati saja apa adanya.

"Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat" (Mat 5:11)

"Tibo kebrukan ondho" = Jatuh tertimpa tangga, demikian kata pepatah Jawa. Ada kemungkinan dalam keadaan teraniaya dan menderita karena kebenaran kita masih dicela dan difitnah. Sekali lagi nikmati dan hayati aneka celaan dan fitnahan dalam dan bersama Tuhan, meneladan Yesus, Penyelamat Dunia, yang telah mengalaminya.

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan" (Mzm 24:1-4b)


Powered by Telkomsel BlackBerry®

MUJIZAT MASIH TERJADI

MUKJIZAT MASIH TERJADI

Puncak gunung Sgurr Choinnich Mor di Skotlandia menjulang begitu
tinggi dan terjal bahkan nyaris vertikal. Pada tanggal 30 Januari
2011, Adam Potter (36 tahun) berhasil menaklukkannya. Namun, Potter
terjatuh di dinding terjal sisi timur, dari ketinggian sekitar 300
meter. Tim penyelamat berhasil menemukan Potter di kaki gunung, dan
mendapati Potter tidak cedera sedikit pun, kecuali goresan kecil di
dada. Dengan keheranan, Letnan Baker pimpinan tim penyelamat
mengatakan: "Ia beruntung masih hidup. Sangat sukar dipercaya bahwa
orang yang jatuh dari ketinggian itu ke tempat berbatu-batu, masih
bisa berdiri dan berbincang dengan kami!"

Mukjizat masih terus terjadi hingga saat ini. Namun, dari dulu
hingga sekarang, banyak orang yang sulit memercayai adanya mukjizat,
dan selalu punya alasan untuk menyangkal. Lihatlah ketika Yesus
mengadakan mukjizat: mengusir setan dan menyembuhkan si bisu (ayat
14). Orang Farisi yang tak mau mengakui keilahian Kristus, berdalih
untuk tidak memercayai-Nya dan malah mengatakan bahwa Yesus
melakukannya dengan kuasa penghulu setan. Bagaimana mungkin pimpinan
setan mengusir setan yang menjadi anak buahnya? Bukankah seharusnya
mereka mengakui bahwa Yesus melakukannya karena kuasa Roh Allah?
Bukankah seharusnya mereka mengakui bahwa Kerajaan Allah hadir dalam
diri Yesus?

Dengan tegas Yesus berkata bahwa orang yang tak mempercayai Dia,
berarti melawan Dia. Apakah Anda memercayai Dia? Dia masih terus
mengadakan banyak mukjizat setiap hari. Bukankah hidup Anda sendiri
adalah mukjizat Allah? Maukah Anda mengakuinya? --SST

TUHAN MASIH TERUS BERKARYA DENGAN BANYAK CARA HINGGA KINI
AGAR MANUSIA DIKUATKAN OLEH KEBESARAN-NYA DI HIDUP INI

Ayat Alkitab: Lukas 11:14-23

14 Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang
membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat
berkata-kata. Maka heranlah orang banyak.
15 Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir setan
dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan."
16 Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk
mencobai Dia.
17 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap
kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah
tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh.
18 Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri,
bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata,
bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.
19 Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan
kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu
merekalah yang akan menjadi hakimmu.
20 Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka
sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.
21 Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga
rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya.
22 Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan
mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan
senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan
rampasannya.
23 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak
mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Telah Diselamatkan

Telah diselamatkan

Efesus 1:15-23
Sukacita besar akan dirasakan hamba Tuhan

bila gereja yang pernah dia layani bertumbuh dalam iman, pengharapan, dan

kasih. Inilah yang dirasakan Rasul Paulus saat mendengar berita bahwa jemaat

Efesus yang dia layani selama tiga tahun (Kis. 20:31) dengan penuh kesabaran,

kesungguhan hati, dan tantangan dari luar (Kis. 20:18-21, 33-35) bertumbuh

dalam segala hal. Mereka telah bertumbuh dalam iman, yang mewujud dalam hidup

sehari-hari dengan saling mengasihi (15). Untuk itu Paulus tidak henti-hentinya

bersyukur dan juga mendoakan mereka.

 

Apa isi doa Paulus? Pertama, agar jemaat

Efesus mendapat hikmat dan iluminasi Roh Kudus hingga makin mengerti kebenaran

firman Tuhan dan mengenal Allah dengan benar (17). Kedua, agar jemaat Efesus

dapat mengerti pengharapan di balik panggilan sebagai orang percaya dan

pengharapan akan kemuliaan kelak bahwa semua orang percaya akan mendapat bagian

warisan secara penuh dari apa yang Tuhan telah janjikan (18). Di samping itu,

jemaat Efesus juga harus menyadari bahwa mereka memiliki kuasa untuk hidup dan

melayani Dia sebagai anak-anak Allah (19). Kuasa ini pertama-tama telah

membangkitkan Yesus dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan

Allah Bapa di surga (20) sebagai Penguasa mutlak atas semua kuasa di bawah

kolong langit ini, sekarang dan yang akan datang. Dia juga Kepala jemaat, yaitu

kepala bagi setiap orang yang percaya dan menyembah Dia.

 

Sebagai orang yang telah diselamatkan, kita

memiliki Roh Kudus sebagai tanda dan jaminan bahwa kita adalah milik Kristus

(13-14). Kehidupan iman kita harus bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus

bahwa Dialah Tuhan satu-satunya. Oleh karena Dia adalah penguasa atas alam

semesta dan sekaligus Kepala jemaat, kita yang adalah jemaat-Nya tidak takut

akan kuasa apa pun di dunia ini. Justru sebagai tubuh Kristus kita menyaksikan

kekayaan rohani kita berupa kasih dan kuasa-Nya yang memancar keluar melalui

setiap perbuatan dan perkataan kita setiap hari.

Sumber:

http://sabda.org/publikasi/e-sh/MUKJIZAT

MASIH TERJADI

: Lukas 11:14-23
: Lukas 12-14
Jika Aku mengusir setan dengan kuasa

Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu (Lukas 11:20)

 

Puncak gunung Sgurr Choinnich Mor di

Skotlandia menjulang begitu tinggi dan terjal bahkan nyaris vertikal. Pada

tanggal 30 Januari 2011, Adam Potter (36 tahun) berhasil menaklukkannya. Namun,

Potter terjatuh di dinding terjal sisi timur, dari ketinggian sekitar 300

meter. Tim penyelamat berhasil menemukan Potter di kaki gunung, dan mendapati

Potter tidak cedera sedikit pun, kecuali goresan kecil di dada. Dengan

keheranan, Letnan Baker pimpinan tim penyelamat mengatakan: "Ia beruntung

masih hidup. Sangat sukar dipercaya bahwa orang yang jatuh dari ketinggian itu

ke tempat berbatu-batu, masih bisa berdiri dan berbincang dengan kami!"

 

Mukjizat masih terus terjadi hingga saat ini.

Namun, dari dulu hingga sekarang, banyak orang yang sulit memercayai adanya

mukjizat, dan selalu punya alasan untuk menyangkal. Lihatlah ketika Yesus

mengadakan mukjizat: mengusir setan dan menyembuhkan si bisu (ayat 14). Orang

Farisi yang tak mau mengakui keilahian Kristus, berdalih untuk tidak

memercayai-Nya dan malah mengatakan bahwa Yesus melakukannya dengan kuasa

penghulu setan. Bagaimana mungkin pimpinan setan mengusir setan yang menjadi

anak buahnya? Bukankah seharusnya mereka mengakui bahwa Yesus melakukannya

karena kuasa Roh Allah? Bukankah seharusnya mereka mengakui bahwa Kerajaan

Allah hadir dalam diri Yesus?

 

Dengan tegas Yesus berkata bahwa orang yang

tak mempercayai Dia, berarti melawan Dia. Apakah Anda memercayai Dia? Dia masih

terus mengadakan banyak mukjizat setiap hari. Bukankah hidup Anda sendiri

adalah mukjizat Allah? Maukah Anda mengakuinya?

 

TUHAN MASIH TERUS BERKARYA DENGAN BANYAK CARA

HINGGA KINI AGAR MANUSIA DIKUATKAN OLEH KEBESARAN-NYA DI HIDUP INISumber:

http://sabda.org/publikasi/e-rh/[


Powered by Telkomsel BlackBerry®

KEUNIKAN KONSELING PASTORAL

KEUNIKAN KONSELING PASTORAL

Dibandingkan dengan konseling umum, konseling pastoral memiliki ciri khusus yang unik. Keunikannya terlihat dalam lima faktor berikut.

1. Pelatihan Konselor Pastoral.

Pelatihan konseling pastoral memberikan perspektif rohani yang unik kepada konselor terhadap konseli dan persoalannya. Dalam pelatihan ini, calon konselor (pendeta) dibekali dengan teologi sistematis, pelajaran alkitabiah, etika, dan sejarah gereja. Dengan demikian, konselor memiliki perspektif tak ternilai terhadap konseli mereka. Para psikolog/psikiater Kristen, dengan refleksi dan pengamatan diri yang cermat, bisa membawa pandangan subjektifnya sejalan dengan pandangan alkitabiah, tetapi filter klinis yang mereka pakai untuk melihat seseorang berbeda dengan perspektif konselor pastoral. Pelatihan konseling pastoral ini, dapat memperlengkapi calon konselor untuk melihat seseorang secara rohani, dan memahami pengembaraan mereka, serta pergumulan mereka dengan Allah.

Pengetahuan psikologi yang dimiliki konselor pastoral mungkin tidak sebanyak para psikolog, psikiater, atau psikoterapis sekuler. Namun, mereka lebih diperlengkapi untuk memelihara kesehatan rohani konseli. Inilah yang menjadi keunikan sekaligus kelebihan pelatihan konseling pastoral. Hal ini menggambarkan sebuah pendekatan konseling yang tidak hanya sesuai dengan aspek-aspek lain dalam fungsi pastoral, tetapi juga mengintegrasikan konseling pastoral dalam konteks pemeliharaan pastoral.

2. Peran Konselor Pastoral.

Dalam fungsi sosial dan simbolis, konselor pastoral (pendeta) memiliki keunikan. Mereka adalah sosok pemimpin agama, yang secara simbolis melambangkan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan religius. Oleh karena itu, harapan konseli yang datang kepada pendeta akan berbeda dibanding harapan konseli kepada ahli konseling yang lain. Mereka berharap pendeta menunjukkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan komitmen-komitmen Kristen, serta "membawa makna Kristen ke dalam persoalan manusia" (Catatan 1).

Sebaliknya, karena para pendeta dianggap sebagai perwakilan gereja, maka beberapa orang tidak mau mendatanginya saat mereka bergumul dengan persoalan pribadi. Pengalaman traumatis yang dialami konseli dengan pendeta, dapat membuatnya takut untuk mendatangi pendeta meskipun mereka membutuhkannya. Beberapa orang lainnya, memiliki pandangan bahwa para pendeta hanya tertarik dengan hal-hal yang agamawi saja, dan mereka menilai persoalan mereka terlalu duniawi/sekuler bagi si pendeta.

Walaupun demikian, asosiasi dan harapan simbolis yang sama ini membuat sebagian orang memiliki kesimpulan yang bertentangan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika pada tahun 1957, 42 persen sampel mengatakan bahwa pendeta adalah orang pertama yang mereka temui saat mereka menghadapi masalah genting. Seorang dokter keluarga dipilih oleh 29 persen sampel (Catatan 2). Ketika penelitian ini diulangi lagi pada tahun 1976, hasilnya adalah sebagai berikut.
1. Pendeta dipilih 39 persen sampel (Catatan 3).
2. Psikolog dan psikiater dipilih 29 persen sampel.
3. Dokter umum (nonpsikiater) dipilih 21 persen sampel.

Statistik ini menunjukkan bahwa para pendeta masih banyak dibutuhkan ketimbang ahli jiwa lainnya. Mereka menganggap pendeta menempati fungsi sebagai perwakilan gereja yang menghasilkan perspektif Kristen, sekaligus sumber-sumber pemulihan Kristen yang unik.

3. Konteks Konseling Pastoral.

Hiltner dan Colston mempelajari proses konseling dalam konteks yang berbeda-beda dan menemukan bahwa dalam kondisi yang sama, konseling berlangsung lebih cepat dalam konteks gereja (Catatan 4). Beberapa hal lain seperti tempat yang tenang dan aman untuk menemui Allah, juga mendukung pelaksanaan konseling pastoral.

Lebih-lebih, gereja bukanlah sekadar bangunan, melainkan komunitas iman. Umumnya, konselor pastoral memberikan konseling dalam keadaan stabil, penuh kepercayaan, dan kasih. Tidak ada konselor lain yang memunyai sumber komunitas yang sebanding. Jika sidang jemaat adalah jenis komunitas ini, pendeta dapat menyatukan orang-orang yang terluka dengan jemaat dan kelompok dalam gereja, yang dapat memberi kasih dan dukungan. Dalam situasi tertentu, pendeta tidak bertanggung jawab untuk memenuhi semua kebutuhan orang-orang yang meminta pertolongannya, namun bisa dikatakan, dialah perantara sumber-sumber pemulihan di gereja.

Aspek khusus dari konseling pastoral yang terakhir adalah kontak alamiah antara pendeta dan jemaat. Para pendeta memberikan konseling dalam suatu jaringan yang memungkinkan konseli dan konselor saling mengenal dan memahami. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan keduanya, sehingga semakin mempermudah proses konseling. Hal ini juga memampukan pendeta untuk mengidentifikasi persoalan, sebelum mencapai fase lanjut dan memunyai kesempatan untuk terlibat lebih awal.

4. Sasaran Konseling Pastoral.

Menentukan sasaran adalah salah satu aspek penting dalam konseling. Tanpa sasaran yang jelas, konseling menjadi aktivitas yang tidak bertujuan, tidak berakhir. Apalagi, sasaran pendekatan konseling dapat menentukan karakter khusus konseling daripada aspek lainnya, termasuk teknik yang digunakan.

Sasaran konseling pastoral harus jelas dan spesifik. Sasaran utamanya adalah memfasilitasi pertumbuhan rohani, termasuk menolong para konseli untuk memahami persoalan dan kehidupan mereka, dengan mengingat hubungan mereka dengan Allah, kemudian hidup lebih sungguh dalam hubungan tersebut.

Dasar pelayanan pastoral adalah pertumbuhan rohani yang menjadi pondasi seluruh kesatuan manusia, dan pada saat yang sama, tetap terkait dengan seluruh aspek kesatuan yang lain. Tidak ada bidang kehidupan yang tidak memiliki kepentingan religius. Oleh karena itu, tidak ada bidang kehidupan yang tidak relevan dengan konseling pastoral. Entah fokusnya pada kesedihan menghadapi kehilangan, konflik dalam suatu hubungan, persoalan memilih pekerjaan, atau kekhawatiran menghadapi penyakit. Tantangannya adalah menolong seseorang yang membutuhkan bantuan untuk hidup di hadapan Allah dan meneladani kesempurnaan kehidupan-Nya.

Para konselor pastoral sebaiknya memiliki perhatian lebih dalam memfasilitasi pertumbuhan rohani, sehingga mereka tidak hanya memerhatikan/mengutamakan persoalan-persoalan yang kelihatannya rohani, tetapi semua aspek kehidupan. Apalagi, persoalan-persoalan rohani muncul paling jelas dalam konteks pengalaman dan pergumulan hidup sehari-hari, dan keduanya merupakan fokus alami hubungan konseling. Keunikan konseling pastoral tidak terletak pada persoalan yang dibahas, melainkan pada sasarannya.

Namun demikian, kepentingan rohani dari persoalan atau pengalaman tertentu harus dipahami terlebih dahulu, baru diidentifikasi dengan saksama bagi setiap individu. Jadi, pendeta sebagai konselor harus peka terhadap Roh Kudus yang adalah Penasihat Sejati (Catatan 5). Para konselor pastoral seharusnya bergantung kepada Roh Kudus, dan menyadari bahwa pemulihan tidak datang dari penerapan teknik-teknik tertentu secara terampil maupun dari kehidupan, melainkan dari Allah, yang hadir di tengah-tengah kehidupan dan menjadi sumber segala pertumbuhan dan perubahan yang membangun (Catatan 6).

5. Sumber-Sumber Konseling Pastoral.

Keunikan konseling pastoral yang terakhir adalah penggunaan sumber-sumber religius: doa, Alkitab, sakramen, pengurapan minyak atau penumpangan tangan, dan renungan atau bacaan rohani. Semuanya dijadikan sebagai sumber-sumber potensial dalam proses konseling. Kegagalan dalam memanfaatkan salah satu di antaranya, menyebabkan terkikisnya aspek khusus dalam konseling pastoral.

Namun demikian, yang terpenting dan terutama adalah bagaimana sumber-sumber religius tersebut dialami terlebih dulu dalam kehidupan sang konselor. Dengan begitu, sumber-sumber ini dapat dipergunakan lebih tepat dalam konseling.

Seorang konselor juga harus memunyai empati, bisa menempatkan diri dalam posisi seseorang yang bingung, terluka, marah, atau takut. Meskipun tindakan konselor tidak memunyai pengaruh penebusan utama seperti yang dinyatakan dalam keikutsertaan Yesus dalam menanggung dosa kita, tindakan-tindakan tersebut menggambarkan unsur proses pemulihan yang penting, dan mengingatkan kita mengapa konselor sangat perlu mengalami pembaruan terus-menerus melalui Alkitab, doa, dan sakramen. Baterai rohani seseorang harus diisi terus-menerus, agar dia dapat memberikan sesuatu bagi orang lain. Hanya bersama Tuhan, seseorang dapat menemukan kekuatan untuk menanggung bukan hanya beban diri sendiri, tetapi beban orang lain juga.

Dalam konseling, hal-hal rohani harus digunakan dengan hati-hati dan bijak. Doa, membaca Alkitab, dan hal-hal rohani lainnya, bisa memunculkan beban emosional yang berat dan negatif bagi beberapa orang. Namun, hal itu juga bisa menimbulkan rasa bersalah yang keliru atau kekhawatiran yang tidak perlu. Hal-hal itu juga bisa dengan mudah menghalangi percakapan dalam konseling. Untuk itu, para pendeta perlu mengetahui mengapa hal-hal rohani tertentu harus digunakan dalam situasi tertentu pula. Misalnya, bagaimana menghindari pembicaraan tentang pokok bahasan yang tidak menyenangkan, menyediakan penghiburan prematur, atau menghilangkan kegelisahan atau penderitaan konseli. Untuk menjawabnya, para pendeta harus mengenal diri sendiri dan mampu bercermin pada tingkah laku mereka dengan kadar objektivitas dan kejujuran tertentu. Tanpa pemeriksaan diri, konseling pastoral bisa-bisa hanya menjadi obrolan rohani klise.

Penggunaan sumber-sumber religius secara tepat dalam konseling, didahului dengan sadarnya pendeta terhadap persoalan konseli dan latar belakang rohaninya, sekaligus sikapnya terhadap agama. Selain itu, sebelum menggunakan hal-hal tersebut, pendeta sebaiknya bertanya apakah semuanya itu akan berguna dan dihargai. Hal ini menunjukkan penghormatan pada perasaan dan keyakinan konseli, dan sering kali akan membuka percakapan yang efektif tentang konflik dan hambatan rohani. Jika konseli memilih untuk tidak menggunakan doa atau Alkitab, bukan berarti kita membatasi doa bekerja baginya di lain waktu.

Clinebell mencatat bahwa sumber-sumber religius sebaiknya digunakan untuk menguatkan konseli, bukan mengecilkan prakarsa, kekuatan, atau tanggung jawabnya (Catatan 7). Hal ini penting bagi orang-orang yang cenderung bergantung dan dengan mudah berserah pada kuasa doa atau pembacaan Alkitab oleh pendeta daripada belajar mempraktikkannya sendiri. Terhadap orang-orang semacam ini, pendeta lebih tepat jika meminta mereka berdoa, alih-alih mendoakan mereka. Clinebell juga menyatakan bahwa pendeta perlu menggunakan hal-hal rohani untuk "memfasilitasi, ketimbang menghambat kemunculan dan hilangnya perasaan-perasaan negatif". Ingatlah bahwa Allah menyambut keterusterangan umat-Nya dengan terbuka, dan Dia mengundang kita untuk datang kepada-Nya di tengah kebingungan, keraguan, kemarahan, keputusasaan, dan kesedihan. Inilah yang dimaksudkan Clinebell, bahwa hal-hal rohani digunakan untuk memfasilitasi muncul dan hilangnya perasaan-perasaan negatif.

Inti hal-hal religius adalah menyediakan hubungan dinamis antara Allah dan konseli yang meminta pertolongan pastoral. Oleh karena itu, penggunaan hal-hal itu tidak boleh bersifat mekanis, legal, atau magis. Jika digunakan dengan kepekaan, semuanya itu secara unik dapat menolong konseli merasakan pemeliharaan, pemulihan, dan kehadiran Allah secara pribadi. Setelah meningkatkan hubungan pribadi dengan Allah, sumber-sumber itu memberi kontribusi luar biasa terhadap proses konseling. Jika tidak berhasil menghadirkan hubungan tersebut, hal-hal itu barangkali digunakan secara salah. (t/Dicky)

Catatan:
1. Clebsch W. dan C. Jaekle. 1964. "Pastoral Care in Historical Perspektif". N.J.:Englewood Cliffs. Hlm. 4-5.
2. Gurin, G., J. Verhoff, dan S. Feld. 1960. "Americans View Their Mental Health". New York: Basic Books.
3. Verhoff, J., R. Kukla, dan E. Dorran. 1981. "Mental Heart in America". New York: Basic Books.
4. Hiltner, S. dan L. Colston. 1961. "The Context of Pastoral Counseling". New York: Abingdon.
5. Oates, W. 1962. "Protestant Pastoral Counseling". Philadelphia: Westminster.
6. Brister, C. 1964. "Pastoral Care in the Church". New York: Harper & Row.
7. Clinebell, H. 1984. "Basic Types of Pastoral Care and Counseling. Nashville: Abingdon.

Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul asli buku: Strategic Pastoral Counseling
Judul asli artikel: The Uniqueness of Pastoral Counseling
Penulis: David G. Benner
Penerbit: Baker Book House, Michigan 1992
Halaman: 23 -- 32

Powered by Telkomsel BlackBerry®

TERSEMBUNYI

"Maka kata

Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan

mengumpamakannya?  Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan

orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara

bersarang pada cabang-cabangnya."  Dan Ia berkata lagi: "Dengan

apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?  Ia seumpama ragi yang

diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat

sampai khamir seluruhnya" (Luk 13:18-21).

 

Bagaimana Roh bekerja kita tidak bisa

mengenalinya, Dia bekerja secara tersembunyi, diam-diam Dia menggerakkan hidup

bergerak dengan cinta.  Mari kita belajar

untuk menceburkan diri kita pada yang menggerakkan ini secara tersembunyi,

sehingga kita melihat lebih dalam, mendengar lebih dalam, bicara setiap kali

lebih dalam.  Itu berarti usaha menyadari

agar ketekunan kita pada apa yang kita kenal lebih dengan mencari hubungan kita

dengan sesuatu yang menggerakkan itu. Sehingga kita kembali bisa mendengar dengan

lebih dalam,  berjalan dengan lebih

dalam, bicara lebih dalam, dan dengan begitu kelakuan kita dalam kehidupan kita

sehari-hari menjadi lebih bermakna.

 

Tuhan

Yesus memberkati kita semua.  Amin.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

KEMBANGKAN KETRAMPILAN ANDA AGAR BERHASIL

Amsal 19:8 (BIS) "Siapa mengejar pengetahuan, mengasihi dirinya; dan siapa mengingat apa yang dipelajarinya, akan bahagia."
__________________________________________

Jika Anda ingin sukses dalam hidup, pendidikan Anda tidak berakhir saat Anda lulus.
Semua pemimpin adalah mereka yang suka belajar, dan Anda perlu untuk terus belajar seumur hidup Anda.
Sebab pada saat Anda berhenti bertumbuh, kontribusi Anda untuk perusahaan Anda berhenti bertumbuh juga.

Berikut adalah kunci berikutnya untuk berhasil: Kembangkan keterampilan Anda.

Pertama, mulai bekerja dengan antusias.
Kedua, memahami untuk siapa Anda benar-benar bekerja.
Ketiga, berkonsentrasi pada pembangunan karakter Anda.
Keempat, peduli pada orang yang bekerja dengan Anda.
Kelima, melebihi apa yang diharapkan dari Anda.
Keenam, perluas keterampilan Anda untuk berhasil di tempat kerja.

Pengkhotbah 10:10 berkata, "Apabila parangmu tumpul dan tidak kauasah, engkau harus bekerja dengan lebih bersusah payah. Pakailah akal sehatmu, dan buatlah rencana lebih dahulu." (BIS)
Sangat penting untuk bekerja lebih cerdas, untuk mempertajam kapak.
Anda tidak akan membuang banyak waktu bila Anda melakukan ini.

Bagaimana Anda mempertajam kapak?
Dengan mengisi kepala Anda dengan belajar -- membaca buku, mendengarkan seminar, mengambil training, menghadiri gereja.
Jika Anda terus belajar, maka Tuhan dapat terus memperluas wawasan Anda.

"Siapa mengejar pengetahuan, mengasihi dirinya; dan siapa mengingat apa yang dipelajarinya, akan bahagia." (Amsal 19:8 BIS).
Solusi untuk sebagian besar masalah kehidupan adalah latihan.
Jadi pelajari semua yang Anda bisa.

Itulah mengapa saya mendorong jemaat saya untuk membuat catatan selama khotbah saya.
Apakah Anda tahu bahwa jika Anda tidak membuat catatan, maka dalam waktu 72 jam Anda akan lupa 95 persen dari apa yang Anda dengar?
Jadi, Anda mungkin terlihat sangat rohani, tapi Anda terlihat tidak pintar.

Saya dapat mengatakan ini karena hal ini adalah pelajaran yang Tuhan ajarkan pada saya ketika saya masih muda.
Suatu hari saya sedang membaca Matius 7:6 yang mengatakan, "jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi" dan Tuhan berkata kepada saya, "Rick, menurut kamu babi itu siapa?"
Saya pikir itu pasti orang-orang Farisi, tetapi Tuhan berkata, "Tidak, kamulah babi. Kamu tidak cukup peduli untuk menuliskan hal yang Aku katakan kepada kamu."
Dan itu benar, karena selama bertahun-tahun, saya tidak pernah mencatat di gereja.
Setiap hari Minggu pendeta melemparkan mutiara kebijaksanaan dan itu hanya memantul dari kepala saya, masuk di satu telinga dan keluar dari telinga yang lain.

Pelajari semua yang Anda dapat pelajari dan ingat baik-baik apa yang Anda pelajari dan lihat bagaimana Tuhan memberkati pekerjaan Anda.
__________________________________________

Bacaan Alkitab Setahun :
Yehezkiel 6-11; I Timotius 5
__________________________________________

Tuhan memberkati orang yang selalu ingin belajar dan mengembangkan keterampilannya.


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Lakukan Lebih dan Anda Akan Berhasil

Kolose 3:22 "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan." (MSG)
__________________________________________

Jika Anda ingin pekerjaan Anda diberkati oleh Tuhan, Anda perlu melakukan lebih dari apa yang diharapkan dari Anda.
Tidak peduli apa yang Anda lakukan, apakah Anda seorang sopir truk, seorang pengacara, koki atau guru, lakukan yang lebih dari minimum.
Jangan hanya melakukan sesuatu yang biasa.

Kunci agar Anda dapat berhasil:
Pertama, mulai bekerja dengan antusias.
Kedua, memahami untuk siapa Anda benar-benar bekerja.
Ketiga, berkonsentrasi pada pembangunan karakter Anda.
Keempat, peduli kepada orang-orang yang bekerja dengan Anda.
Kelima, melakukan hal yang melebihi dari apa yang diharapkan dari Anda.

Tuhan ingin Anda melampaui apa yang normal dan melakukan lebih dari yang diperlukan.
Ayat hari ini memberitahu kita untuk melakukan yang melebihi harapan atasan Anda, melebihi harapan pelanggan Anda.
Itu adalah jenis pekerjaan yang akan diberkati Tuhan.

Kita hidup dalam budaya biasa-biasa saja.
Seberapa sering kita mengeluh tentang produk yang buruk atau pelayanan yang buruk atau kualitas yang rendah?
Bangsa Amerika dulu senang memiliki kebanggaan dalam hasil karya mereka, tapi sekarang mentalitas itu sudah hampir tidak terlihat lagi.
Jadi banyak orang hanya melakukan hal minimal yang diperlukan dari mereka dan lebih suka mengambil jalan pintas, melakukan pekerjaan mereka dengan upaya sesedikit mungkin.

Itu berita buruk.
Kabar baiknya adalah bahwa hal ini membuat orang yang sungguh-sungguh menjadi sangat mudah untuk menonjol di tempat kerja.
Setiap kali Anda ingin memiliki kebanggaan dalam pekerjaan Anda dan memutuskan untuk melakukan lebih dari yang diharapkan, Anda akan naik ke atas.

Sekarang ada dua macam kebanggaan.
Galatia 6:4 mengatakan "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain."

Apakah Anda memperhatikan perbedaannya?
Salah satu jenis kebanggaan adalah berpusat pada diri atau kebanggaan komparatif di mana Anda mencoba untuk menempatkan diri di atas orang lain.
Kebanggaan seperti ini adalah dosa.
Tapi Anda bisa memiliki kebanggaan ketika Anda membandingkan diri Anda dengan diri sendiri dan menunjukkan peningkatan dari sebelumnya.

Bahkan lebih dari kebanggaan pribadi, kita harus unggul dalam pekerjaan kita karena kita mewakili Yesus Kristus untuk semua orang di sekitar kita.
Dan Yesus berkata, "Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil." (Matius 5:41)
Lakukan melebihi apa yang diharapkan dari Anda dan lihat bagaimana Tuhan memberkati Anda.
__________________________________________

Bacaan Alkitab Setahun :
Yehezkiel 1-5; I Timotius 4
__________________________________________

Lakukan lebih dari yang diharapkan dan diperlukan, maka pekerjaan Anda akan diberkati dan dibuat berhasil oleh Tuhan.


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 27 Oktober 2011

"IA MEMILIH....

"Ia memilih dari antara mereka dua belas orang  yang disebutNya rasul"

(Ef 2:19-22; Luk 6:12-19)

"Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya

dan semua orang itu disembuhkan-Nya" (Luk 6:12-19),

·   "Dipilih, dikumpulkan dan kemudian disebar", itulah jatidiri para rasul. Dikumpulkan untuk dibina dan dibekali aneka macam pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan Kabar Gembira serta kemudian ditugaskan untuk mewartakan Kabar Gembira yang telah diterimanya, entah sendirian atau bersama-sama. Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki dimensi rasuli yang harus kita hayati, maka marilah kita mawas diri sejauh mana cara hidup dan cara bertindak kita berjiwa rasuli. Salah satu bentuk kerasulan yang utama dan pertama-tama serta dapat dilakukan oleh semua orang ialah kesaksian atau keteladanan: saksi atau teladan Kabar Baik, artinya cara hidup dan cara bertindaknya senantiasa baik, membahagiakan dan menyelamatkan kapanpun dan dimanapun. Semoga pribadi kita seperti atau mendekati Yesus, dimana "semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari padaNya dan semua orang itu disembuhkanNya". Siapapun yang

melihat, mendekati dan bersama kita sebagai orang beriman atau beragama disembuhkan dari aneka penyakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuhnya. Pada masa kini kiranya cukup banyak orang yang sakit hati atau sakit jiwa (mungkin belum seratus persen sakit), yang membutuhkan penyembuhan, maka marilah kita datangi mereka dengan dan dalam rendah hati serta cintakasih. Pendekatan dan kehadiran yang dijiwai oleh rendah hati dan cintakasih pasti akan menjadi warta gembira, dan mereka yang menderita sakit akan tergerak untuk sembuh. Perkenankan secara khusus kami mengingatkan para dokter dan perawat: hendaknya melaksanakan tugasnya dengan rendah hati dan cintakasih dalam rangka memeriksa dan merawat pasien.

·   "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan" (Ef 2: 19-21). Kebetulan hari ini tanggal 28 Oktober adalah Hari Sumpah Pemuda, hari untuk mengenangkan para pemuda yang beraneka ragam suku dan bahasa menyatakan kesatuannya: satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa. Kita semua umat beriman adalah 'anggota-anggota keluarga Allah', kebersamaan hidup yang dijiwai dan dihidupi oleh Allah. Maka baiklah pada hari ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal wawasan kebangsaan atau kesatuan dalam keragaman atau keragaman yang bersatu, bhineka tunggal ika. Hidup bersama pada masa kini sedang dirongrong oleh kelompok radikal dengan dan melalui aneka

perusakan dan kerusuhan. Kami harapkan dalam tingkat basis, paguyuban hidup bersama dalam satu desa, kampung atau rukun warga yang kiranya terdiri dari aneka macam orang, sungguh terjadi persaudaraan atau persahabatan sejati. Jika pada tingkat basis persaudaraan atau persahabatan sungguh kuat dan handal, maka dapat mengantisipasi aneka usaha yang merusak hidup bersama, yang dilakukan oleh kelompok radikal maupun orang-orang egois. "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh", demikian kata sebuah pepatah, dan kiranya kita semua mendambakan kesatuan sejati. Kesatuan, persaudaraan atau persahabatan hidup bersama sendiri sudah bersifat rasuli, karena persaudaraan atau persahabatan sungguh memikat dan mempesona, sehingga siapapun yang melihat persaudaraan atau persahabatan hidup bersama akan tergerak untuk bersaudara atau bersahabat juga.

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari,"

 (Mzm 19:2-5)


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Berjaga-jaga Dan Berdoa

Berjaga-jaga Dan Berdoa

 Matius 26: 41

26:41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

Keselamatan dari Allah kita terima sama sekali bukan karena perbuatan baik atau jasa kita, tetapi oleh karena anugerah. Tetapi anugerah itu pun akan sia-sia apabila kita tidak bertanggung jawab dalam pemberian Allah tersebut. Anugerah-Nya memberi jalan bagi kita untuk menjadi anak Allah, atau pantas disebut anak Allah.

Dalam hal ini kita mengerti mengapa Paulus berkata bahwa ia juga berusaha, baik diam di dalam tubuh ini, maupun diam di luarnya, supaya dikenan-Nya (2Kor. 5:9). Berusaha untuk dikenan ini adalah perwujudan iman yang benar. Orang yang tidak beriman tidak akan berusaha untuk dikenan-Nya. Allah berkenan kepada kita apabila segala yang kita lakukan sesuai dengan kehendak-Nya.

Seirama dengan tanggung jawab untuk dikenan Allah ini, Paulus juga menyatakan bahwa dirinya melatih tubuhnya dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan ia sendiri ditolak (1Kor. 9:27). Pernyataan Paulus ini menunjukkan bahwa sekalipun ia sudah memberitakan Injil, tetapi kalau ia tidak bisa mengendalikan tubuhnya, ia juga bisa ditolak. Ia harus mengendalikan tubuhnya, artinya rohnya harus berkuasa atas jiwanya yang mengendalikan seluruh tubuh. Untuk itu kita yang mau memperoleh perkenanan Allah harus selalu berjaga-jaga dan berdoa.

Kata "berjaga-jaga" dalam teks kita hari ini adalah gregorévo yang artinya "tetap terjaga, tidak tidur" atau "waspada". Pertanyaannya adalah bagaimanakah sikap berjaga-jaga itu? Sikap berjaga-jaga adalah selalu berusaha mengoreksi apakah suatu tindakan baik, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, sungguh-sungguh berasal dari Allah. Koreksi tersebut hanya bisa dilakukan melalui kecerdasan roh, bukan dengan cara membandingkan dengan hukum yang tertulis. Untuk memiliki kecerdasan roh kita harus bertumbuh dalam kebenaran Firman Tuhan yang murni.

Langkah berikunya adalah berdoa. Kata doa dalam bahasa Yunaninya adalah prosévkhomai, gabungan dari dua kata: prós dan évkhomai. Prós adalah kata depan yang menunjukkan arah ke depan, tetapi lebih kuat daripada pró. Sementara évkhomai berarti "berharap" atau "berkehendak". Jadi, prosévkhomai berarti harapan dan keinginan yang sangat kuat ke depan. Sebagai anak-anak Allah, yang kita pandang dan kita harapkan ke depan adalah dikenan Tuhan, agar kita dipantaskan menjadi anak-anak-Nya.

Untuk memperoleh perkenanan Allah kita harus selalu berjaga-jaga dan berdoa.

Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Doa Menghadapi Musuh

Doa Menghadapi Musuh

Di puncak kejayaan Yehuda, bani Moab dan bani Amon datang berperang melawan Yosafat bersama-sama sepasukan orang Meunim (2 Tawarikh 20:1). Bagaimana reaksi sang raja? Alkitab mencatat: Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari Tuhan (2 Tawarikh 20:3). Yosafat dan seluruh orang Yehuda berdoa puasa.

Ketika berada di puncak keberhasilan, entah itu dalam pelayanan atau bisnis, kita harus tetap waspada sebab bahaya tetap saja mengintai. Sering kali euforia kesuksesan membuat para pemimpin lupa daratan, sehingga mengabaikan kehidupan doanya. Ketika kemudian bahaya datang, kita menjadi bingung dan takut.

Ketakutan itu sendiri wajar dan manusiawi. Meskipun kerajaan kita kuat, organisasi kita solid, keuangan kita aman, ketakutan masih bisa mencekam kehidupan seorang pemimpin. Yosafat pun takut, padahal angkatan bersenjatanya sangat kuat. Tetapi, pemimpin Kristen yang baik tidak larut dalam ketakutan. Ia akan berdoa!

Menghadapi bahaya musuh, Yosafat menggerakkan sebuah konser doa nasional. Orang-orang berdatangan dari semua kota di Yehuda, berkumpul dan berdoa bersama (2 Tawarikh 20:4). Yosafat tahu akan kuasa doa persepakatan yang kelak di kemudian hari diajarkan oleh Tuhan Yesus: "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 18:19) Yosafat pun bangkit memimpin doa bersama tersebut (2 Tawarikh 20:5-13).

Pemimpin Kristen tidak akan bekerja secara "one man show". Ia akan bekerja secara tim, bahkan di dalam doa kepada Tuhan. Ketika bahaya mengancam gereja misalnya, sang pendeta hendaknya memobilisasi seluruh jemaat untuk berdoa bersama. Namun, ia sendiri harus berani berdiri menjadi imam yang penuh iman.

Di tengah konser doa nasional itu, Yahaziel bin Zakharia bin Benaya bin Matanya, seorang Lewi dari bani Asaf, dipenuhi Roh Kudus dan bernubuat. Pesan profetiknya berisi tentang: penguatan iman (2 Tawarikh 20:15), marifat atau petunjuk roh tentang musuh (2 Tawarikh 20:16b), dan strategi peperangan yang harus dilakukan (2 Tawarikh 20:16-17). Berdasar petunjuk-petunjuk profetik itu, Yosafat berunding dan mengatur strategi perang dengan menempatkan para pemuji di depan pasukan (2 Tawarikh 20:21).

Dalam doa bersama, Tuhan akan berbicara. Seorang pemimpin tidak perlu merasa tersingkir ketika Tuhan berbicara melalui tokoh lain. Pemimpin Kristen yang baik akan mempertimbangkan semua petunjuk Roh Kudus sebagai masukan guna menentukan strategi dan langkah-langkah praktis.

Diambil dari:
Judul buku: Mezbah Doa Para Pemimpin
Judul artikel: Yosafat: Meminta Kemenangan
Penulis: Haryadi Baskoro
Penerbit: Yayasan ANDI Yogyakarta, 2004
Halaman: 45 -- 50

Powered by Telkomsel BlackBerry®

YOSAFAT...

YOSAFAT: MEMINTA KEMENANGAN

Yosafat adalah anak dan pengganti raja Asa. Karena takut akan Tuhan, maka Tuhan mengokohkan kerajaan yang ada di bawah kekuasaannya (2 Tawarikh 17:5a). Yosafat tumbuh menjadi seorang pemimpin bangsa yang kaya dan sangat terhormat (2 Tawarikh 17:5b; 18:1).

Di bawah kepemimpinannya, Yehuda menjadi kerajaan yang sangat kuat, yang luar biasa kokohnya (2 Tawarikh 17:12a). Alkitab mencatat bahwa ketakutan yang dari Tuhan menimpa semua kerajaan di negeri-negeri sekeliling Yehuda, sehingga mereka tidak berani berperang melawan Yosafat (2 Tawarikh 17:10). Orang-orang Filistin dan Arab mempersembahkan upeti kepada Yosafat sebagai tanda hormat (2 Tawarikh 17:11).

Begitu naik takhta, Yosafat langsung melakukan langkah strategis untuk memperkuat Israel secara militer. Ia menempatkan tentara di semua kota di Yehuda dan pasukan-pasukan pendudukan di tanah Yehuda serta di kota-kota Efraim yang direbut oleh Asa, ayahnya (2 Tawarikh 17:2). Yosafat juga memperkuat angkatan bersenjatanya.

Dalam rangka pembangunan mental-spiritual bangsa, pada tahun ketiga pemerintahannya, Yosafat mengutus para pembesar bersama tim untuk mengajar Taurat ke seluruh pelosok negeri (2 Tawarikh 17:7-9). Yosafat sendiri berkunjung ke banyak daerah untuk menyerukan pertobatan rakyatnya (2 Tawarikh 19:4).

Yosafat berhasil melakukan penataan ulang sistem pengadilan di Israel, dengan mengangkat hakim-hakim yang berkualitas (2 Tawarikh 19:5). Pemerintahan Yosafat sangat bersih dan berwibawa. Yosafat adalah seorang pemimpin yang sangat menekankan profesionalisme yang jujur dan transparan, bebas dari kolusi dan korupsi (2 Tawarikh 19:7).

Kehidupan Doanya

Dalam hal doa dan ibadah, Yosafat tidak pernah kompromi. Yosafat menjaga kemurnian ibadahnya di hadapan Allah Daud, bapa leluhurnya, dan tidak mencari Baal-baal (2 Tawarikh 17:3). Ia mencari Allah dengan tekun (2 Tawarikh 19:3). Yosafat bahkan dengan tegas menghapuskan penyembahan berhala yang masih tersisa. Ia menjauhkan dari Yehuda segala bukit pengorbanan dan tiang berhala (2 Tawarikh 17:6b). Dan sisa pelacuran bukti yang masih tinggal dalam zaman Asa, ayahnya, dihapuskannya dari negeri itu (1 Raja-Raja 22:47).

Seorang gembala harus berani bersikap tegas dalam hal kemurnian ibadahnya. Sebagai pemimpin umat, ia juga harus berani menegur jemaatnya yang masih senang pergi ke dukun, menyembah berhala, bertanya kepada arwah, dan memakai azimat. Banyak pemimpin Kristen takut berbicara tegas dalam perkara ini.

Kepemimpinan dalam dunia bisnis tak lepas dari godaan untuk berpaling kepada berhala dan kepercayaan yang sesat. Dalam membangun gedung untuk kantor atau toko misalnya, kadang kita tergoda untuk memikirkan sisi peruntungannya secara astrologis. Pemimpin Kristen harus tegas, jangan bercabang hati.

Dalam kehidupan doanya, Yosafat adalah seorang pemimpin yang selalu berkonsultasi dengan Tuhan. Ketika diajak oleh Ahab untuk maju bersama dalam perang, Yosafat berkata kepada raja Israel itu: "Baiklah tanyakan dahulu firman Tuhan" (2 Tawarikh 18:4). Setelah itu, Ahab mengumpulkan para nabi dan Yosafat meminta masukan profetik dari mereka (2 Tawarikh 18:5). Terlihat bahwa Yosafat adalah pendoa yang kritis, ia tidak asal menerima kata-kata nubuat yang ada, tetapi mencari peneguhan dari nabi-nabi lain (2 Tawarikh 18:6).

Pemimpin Kristen yang baik tidak akan mengambil keputusan dengan tergesa-gesa. Ia akan berdoa untuk menanyakan kehendak Tuhan, baik berdoa sendiri maupun bersama tim doa yang lebih berpengalaman dalam mendengar suara Tuhan. Dalam mempertimbangkan petunjuk profetik, jangan asal terima, ujilah dahulu dan carilah peneguhan yang lebih banyak. Di satu sisi, janganlah memadamkan roh dan meremehkan nubuatan-nubuatan, tetapi di sisi lain kita harus selalu menguji setiap pewahyuan yang muncul supaya tidak menjadi sesat (1 Tesalonika 5:19-21).

Kecuali itu, pemimpin Kristen harus terbuka untuk menerima teguran yang bersifat profetik. Ketika pelihat Yehu bin Hanani menegur, Yosafat menerimanya sebagai masukan yang berharga (2 Tawarikh 19:1-3).

Powered by Telkomsel BlackBerry®

DOA DALAM KESEJAHTERAAN

DOA DALAM KESEJAHTERAAN

"Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22)

Sekalipun doa Anda selama ini jarang dan tidak teratur, namun berkat Allah tetap besar dan melimpah. Anda telah berdoa dengan tekun pada saat-saat yang sulit, tetapi setelah Allah menolong, di manakah doa Anda yang tekun itu? Pada saat menghadapi masalah, Anda menghampiri takhta-Nya dengan segenap kekuatan. Lalu saat Anda mengalami kesejahteraan, Anda tidak bisa seketika berhenti menaikkan permohonan. Tetapi doa Anda pada masa ini kurang sungguh-sungguh dibandingkan doa yang diperas keluar dari jiwa Anda oleh tangan kasar penderitaan. Namun demikian, meskipun Anda sudah tidak berdoa seperti sebelumnya, Allah tidak pernah berhenti mencurahkan berkat.

Saya kagum dengan Tuhan yang menghargai permintaan yang terus-menerus, sekalipun permintaan itu tidak sungguh-sungguh dan timbul tenggelam sesuai keadaan. Oh, sungguh Dia adalah Allah yang baik. Dia mendengar doa orang-orang yang datang kepada-Nya hanya karena kebutuhan, yang sering mengabaikan Dia setelah menerima berkat-Nya. Juga orang-orang yang mendekat kepada-Nya pada saat-saat terpaksa, dan selalu lupa untuk datang kepada-Nya ketika berkelimpahan berkat dan mengalami sedikit penderitaan. Perhatikanlah doa-doa Anda sekali lagi dari sisi yang berbeda. Betapa seringnya kita berdoa demikian! Anda dan saya menghampiri takhta anugerah dan meminta Allah memberkati kita. Tetapi, kita tidak sepenuhnya percaya bahwa Dia akan benar-benar mengabulkan doa kita.

Dia berkata, "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22) Oh, rasanya saya ingin memukul diri sendiri karena terlalu sering meragukan Allah di dalam doa-doa saya!

Diambil dari:
Judul asli buku: Quiet Times With Charles Spurgeon
Judul buku terjemahan: Waktu Teduh Bersama Charles Spurgeon
Judul artikel: Doa dalam Kesejahteraan
Penulis: Charles Spurgeon
Penerjemah: Haniel Eko N
Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2004
Halaman: 66

Powered by Telkomsel BlackBerry®

PINTU

PINTU

Salah satu sebutan Yesus yang saya dapati sangat menarik adalah
"pintu". Yesus sendiri yang membuat sebutan itu, seperti diuraikan
bacaan hari ini. Seperti pintu kandang bagi domba-domba, demikianlah
Yesus menjadi sumber keselamatan dan kehidupan bagi umat-Nya.
Perumpamaan yang sangat indah.

Kita mengetahui bahwa domba-domba aman setelah mereka masuk kandang
melalui pintu. Kita juga mengetahui, domba-domba bisa makan setelah
mereka keluar kandang melalui pintu. Sebagai "Pintu", Yesus menjadi
jalan masuk kita, domba-domba-Nya, menuju keselamatan. Melalui Dia
kita aman. Melalui Dia pula, kita "makan" dan hidup.

Akan tetapi, hal lain yang saya dapati menarik adalah fakta bahwa
banyak orang tertegun atau ragu tatkala berada di depan "Pintu" itu.
Bukannya mencoba lewat untuk mengalami keselamatan dan kehidupan,
mereka malah mempersoalkan banyak hal tentang "Pintu" tersebut. Ada
yang tidak suka tampilan-Nya: tidakkah Dia terlalu sederhana anak
tukang kayu untuk menjadi Penyelamat manusia? Ada yang
membandingkannya dengan "pintu-pintu" lain: Bukankah Dia cuma satu
dari sekian banyak tokoh agama? Ada juga yang menuntut penjelasan:
bagaimana "Pintu" yang satu ini bisa menuntun kepada keselamatan dan
kehidupan kekal?

Sebagai umat sang "Pintu", kita wajib menanggapi semua pertanyaan
itu sebaik-baiknya. Namun, janganlah kita terpancing untuk terpaku
dalam usaha memberi penjelasan logis. Kadang-kadang cara manjur
untuk meyakinkan orang yang ragu di depan "Pintu" itu adalah cara
Filipus: "Mari dan lihatlah" (Yohanes 1:46-49) --SAT

UMAT KRISTUS HARUS MENJADI SAKSI TEPERCAYA
TENTANG KEHIDUPAN DI BALIK PINTU KESELAMATAN

Ayat Alkitab: Yohanes 10:1-10

1 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam
kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat
tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;
2 tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.
3 Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan
suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut
namanya dan menuntunnya ke luar.
4 Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di
depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka
mengenal suaranya.
5 Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari
dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka
kenal."
6 Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka,
tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian
kepada mereka.
7 Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
Akulah pintu ke domba-domba itu.
8 Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan
perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.
9 Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan
ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.
10 Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan
membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan
mempunyainya dalam segala kelimpahan.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

BERMAIN AMAN

⌣̊※BERMAIN AMAN※⌣̊

Dalam sebuah pertandingan sepakbola, konsistensi dalam bertanding memegang peranan yg sangat penting utk meraih kemenangan. Yg sering terjadi adl, saat sebuah tim unggul lebih dulu, maka tim tsb biasanya tdk lagi konsisten seperti sebelumnya. Bila sebelumnya tim tsb begitu ngotot utk mencetak gol, kini setelah unggul beberapa gol mulailah tim tsb memilih "Bermain Aman" & tdk sengotot sebelumnya.

Strategi seperti ini justru berbahaya. Saat memilih "Bermain Aman" biasanya serangannya akan kendor & sebaliknya memilih utk bertahan saja. Justru saat-saat seperti inilah lawan akan mendapat angin sehingga gantian mereka yg akan menguasai jalannya pertandingan sehingga tim yg bermain aman tsb akan kebobolan, bahkan akhirnya kalah.

Strategi "Bermain Aman" itulah yg digunakan oleh suku Ruben & suku Gad. Saat mereka melihat tanah Yaezer & tanah Gilead yg tampaknya cukup baik utk peternakan mereka, maka ke2 suku tsb menghadap Musa agar diizinkan tinggal didaerah itu. Sebagus-bagusnya tempat itu, tetap saja kalah jauh dibandingkan dgn Kanaan yg dijanjikan TUHAN. Namun apa mau dikata, mereka memilih utk berpuas diri & tdk berani berjuang utk mendapatkan yg lebih baik yg telah dijanjikan TUHAN bagi mereka.

Bagaimana dgn kita? Apakah kita cukup puas dgn pencapaian kita saat ini & memilih utk berhenti pada titi ini saja? Jika itu yg terjadi, sesungguhnya kita memasuki zona bahaya.

Sebenarnya zona yg paling berbahaya adl ZONA KENYAMANAN. Biasanya ‎​di zona ini kita "Bermain Aman" & memilih utk bersantai-santai saja. Bahkan biasanya kita tdk sadar bahwa lawan kita si iblis sdg mengawasi siap utk menerkam kita. WASPADALAH...

‎​

Saat kita "Bermain Aman" sebenarnya kita memberi kesempatan kpd lawan menguasai jalannya pertandingan.. tetaplah siap siaga...

GBU


Powered by Telkomsel BlackBerry®

KELIMPAHAN ANUGERAH

KELIMPAHAN ANUGERAH

Pada 4 Agustus 1987, Carlina White yang baru berusia 19 hari
diculik seorang wanita yang menyamar sebagai perawat di Harlem
Hospital, New York. Saat masih kecil, ia kerap dipukul. Maka, saat
remaja, White curiga apakah benar Pettway ialah ibu kandungnya.
Terutama saat "sang ibu" menolak memberikan akta kelahirannya, saat
ia hendak mengurus SIM. Kini, misteri itu terkuak dan si penculik
sedang menjalani pemeriksaan FBI.

Ketika Joy White ibu kandung Carlina dipertemukan dengan anaknya
pada 2010, ia berkata: "Saya ingin Pettway menderita seperti yang
saya alami selama 23 tahun ini." Namun, sungguhkah Joy White bisa
puas dan bahagia ketika si penculik dihukum seberat-beratnya? Ia
memang telah menderita selama 23 tahun, tetapi bukankah seharusnya
seluruh penderitaan itu sirna dan diganti dengan kebahagiaan serta
syukur melimpah karena Tuhan mengembalikan anaknya? Begitulah
kebanyakan manusia mengukur keadilan, yakni dengan hukum "mata ganti
mata, gigi ganti gigi" (ayat 38). Bahkan dendam bisa menutupi
kebaikan dan kasih Allah yang masih berlaku baginya.

Namun, seseorang yang telah mengalami anugerah Tuhan akan dimampukan
untuk melihat bagaimana tangan Allah berkarya baginya. Dengan
begitu, ia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan juga, tetapi
mengasihi musuh dan berdoa baginya (ayat 39, 44). Ini tidak gampang.
Kekuatan manusiawi saja tak sanggup melakukannya. Itu sebabnya kita
perlu kekuatan surgawi, yakni jamahan kasih Allah, supaya kita dapat
menunjukkan sikap sebagai anak-anak Bapa (ayat 45): tidak mendendam
dan tidak membalas segala hal tidak baik hanya untuk memuaskan hati

DENDAM ITU TAK BERGUNA DAN TAK MENYELESAIKAN MASALAH
HANYA KASIH YANG MELEGAKAN DAN MEMUASKAN JIWA YANG RESAH


Matius 5:38-48

38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti
gigi.
39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang
berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi
kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini
bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
41 Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil,
berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak
orang yang mau meminjam dari padamu.
43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan
bencilah musuhmu.
44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah
bagi mereka yang menganiaya kamu.
45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di
sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang
yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang
yang tidak benar.
46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?
Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu
saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah
orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?
48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di
sorga adalah sempurna."


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 24 Oktober 2011

Tidak memandang Muka

Tidak Memandang Muka

Bacaan: 1 Petrus 1: 14-17

1:14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsuyang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,

1:15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmusama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,

1:16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

1:17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya,maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpangdi dunia ini.

Allah tidak memandang muka. Siapa pun yang tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah—sekalipun beragama Kristen—bukanlah anak-anak Allah. Itulah sebabnya Rasul Petrus menasihati kita, kalau kita memanggil Dia Bapa, maka hendaklah kita hidup dalam ketakutan (ay. 17). Mengapa harus ketakutan? Sebab kalau kita memanggil-Nya Bapa, maka kita harus hidup sesuai dengan kehendak Bapa, sebab Ia tidak memandang muka.

Di Perjanjian Lama pun Tuhan tidak memandang muka apakah seseorang termasuk bangsa Israel atau kafir; yang penting adalah melakukan Taurat. Sekarang, Ia juga hanya memandang apakah kita beriman dengan benar atau tidak. Orang yang beriman dengan benar akan menunjukkan imannya dengan perbuatan yang konkret (Yak. 2:26). Dalam hal ini jangan merasa telah beriman, bila tidak menunjukkan iman tersebut dengan perbuatan konkret yang memenuhi standar kebaikan menurut ukuran Tuhan. Kalau hanya menjadi orang baik di mata manusia dan pergi ke gereja, belum tentu memiliki iman yang dikehendaki oleh Bapa.

Dengan demikian sejak kita memanggil Dia Bapa, berarti kita harus memiliki kebaikan menurut ukuran-Nya. Kebaikan ini berakar pada dua hal. Pertama, meletakkan seluruh pengharapan kepada penyataan Tuhan Yesus, berarti kerinduan terbesar dalam hidup ini adalah kedatangan-Nya. Hanya anak-anak Tuhan yang sejati yang memiliki pengharapan ini dengan jujur. Anak Tuhan yang baik merasa bahwa hidupnya telah selesai; ia hidup hanya untuk menantikan jemputan dari Tuhan Yesus yang akan membawanya ke rumah Bapa. Kedua, hidup dalam ketaatan kepada kehendak Bapa, sampai kekudusannya seperti Bapa.

Pemaparan Petrus dalam suratnya ini menunjukkan dengan jelas bahwa untuk menjadi anak-anak Allah ada syarat yang harus dipenuhi. Itulah maksud penebusan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus itu, agar kita ditebus dari cara hidup yang kita warisi dari nenek moyang kita. Cara hidup yang kita warisi dari nenek moyang adalah karakter nenek moyang, yaitu karakter manusia berdosa. Sekarang setelah menerima kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, kita mewarisi karakter Bapa, sehingga kita mengambil bagian dalam kodrat ilahi. Kodrat ilahi yang dikenakan orang percaya adalah karakter Bapa. Dengan demikian untuk membuktikan apakah seseorang anak Allah atau tidak, dapat dilihat dari karakternya.

Iman kita terbukti bila kita meletakkan seluruh pengharapan kepada penyataan Yesus dan hidup dalam ketaatan kepada kehendak Bapa.

Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Membentuk Kepribadian Anak

Dalam kehidupan keluarga maupun bermasyarakat,seringkali kita tidak sadar membohongi anak-anak karena kita sulit menjawab pertanyaannya. Seringkali pertanyaan anak-anak dengan suatu kebohongan. Anak-anak senang bertanya . Ia bertanya dari manakah datangnya dunia ini. Darimanakah datangnya manusia dan binatang. Banyak orangtua menjawab dengan cerita-cerita dongeng untuk memuaskan rasa ingin tahu anak.Diceritakan berbagai macam dongeng dan kebohongan stereotip(kebohonhan tidak tetap). Kebohongan ini juga dipakai untuk menakut-nakuti si anak. Di Indonesia banyak kita temukan dongeng /kebohongan yang dapat memaksa anak untuk tidak bertanya lagi.
Umpamanya, lekaslah tidur,nanti kau digigit hantu. Habiskan nasimu, kalau tidak ayammu akan mati. Jangan duduk diatas bantal,nanti kau sakit bisul. Anak kecil tidak boleh makan ekor ayam,nanti kau pelupa. Jangan makan kepala ayam,nanti cepat ubanan. Sudah magrib,jangan pergi kemana-mana,nanti kau diculik kuntilanak dan masih banyak lagi kata-kata bohong untuk menakut-nakuti anak. Segala kebohongan2 itu berasal dari alam takhyul.
Ini jelas tidak mendidik anak-anak akan kejujuran,karena kebohongan serupa menimbulkan rasa takut pada si anak. Seringkali rasa takut itu tidak bisa hilang seumur hidup. Ini tidak pedagogis dan tidak dapat dipertanggungjawabkan sevara etis. Anak diajar percaya kepada takhyul sebagai kenyataan.. Jadi ,didalam mendidik anak kebohongan semacam ini tidak boleh dipergunakan. Kita dipanggil mendidik anak-anak kita dalam kejujuran dan kebenaran. Bila anak bertanya,tak perlu kita memasukkan kebohongan dalam menjjawabnya.
Jika kita mau melatih si anak membiasakan adat yang baik, atau menghilangkan sifat2 buruknya, janganlah hal itu dilakukan dengan kebohongan2 dengan menimbulkan rasa takut.
Adakalanya kebohongan ini tidak datang dari orangtua,tetapi berasal dari pembantu rumah tangga. Kita harus beritahukan pula kepada pembantu agar mengatakan yang benar.jangan menakut-nakuti anak.
Kata-kata berkuasa untuk membentuk kepribadian anak.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

JAMIE TAYLOR

Rev. James Hudson Taylor IV yang akrab dipanggil Jamie Taylor adalah generasi ke-4 dari misionaris asal Inggris, James Hudson Taylor, yang pada tahun 1854 mengabarkan injil ke China, menetap dan memenangkan China. Selama 51 tahun pelayanannya di China, James Hudson Taylor telah menginspirasi 800 misionaris dari seluruh dunia untuk melayani di China, merintis sekolah, membawa 18.000 orang China untuk menerima Kristus, membangun lebih dari 300 pos pelayanan beranggotakan lebih dari 500 sukarelawan local di 18 propinsi di China. James Hudson Taylor juga adalah pendiri organisasi misi bagi China, China Inland Mission, yang sekarang menjadi OMF International.

Jamie Taylor meneruskan pelayanan kakek buyutnya dan sekarang menjabat sebagai direktur operasional pelayanan masyarakat China di OMF Internasional, Hongkong. Misionaris yang fasih berbahasa mandarin ini melayani di bidang misi khususnya bagi komunitas masyarakat China di Asia sebagai pembicara internasional, pengkotbah, dan penulis artikel.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

KEPRIBADIAN

KEPRIBADIAN

Melankolik, kolerik, sanguin, dan plegmatik. Teori penggolongan
manusia menjadi empat tipe kepribadian ini lahir dari kepercayaan
orang Yunani kuno bahwa tubuh manusia tersusun oleh empat macam
cairan, yang dalam bahasa Yunani disebut melanchole (cairan empedu
hitam), chole (cairan empedu kuning), phlegm (lendir), dan sanguis
(bahasa Latin: darah). Menurut mereka, setiap orang memiliki
kecenderungan kepribadian tertentu sejak lahir karena perbedaan
komposisi cairan-cairan ini.

Kepercayaan ini sendiri sudah dibantah oleh para ilmuwan modern.
Namun, sistem penggolongannya masih populer, terutama di kalangan
awam. Sekadar sebagai bahan diskusi, tak menjadi masalah. Sayangnya,
klasifikasi ini kerap dijadikan alasan orang untuk tidak mau
memperbaiki diri. "Saya lahir dengan kepribadian begini, jadi memang
saya lemah di hal-hal ini, " begitu kilah sebagian orang.
Seakan-akan kepribadian dan karakternya tidak mungkin lagi berubah.
Padahal, setiap manusia terus berubah sepanjang hidupnya.
Masalahnya, ke arah manakah ia berubah?

Alkitab mengajarkan bahwa kita sebagai umat Allah harus berubah
semakin sempurna. Sebab, setelah Kristus menebus kita, kita
dipanggil untuk "dibangun di atas Dia" (ayat 7). Untuk semakin
berpusat dan semakin sempurna di dalam Dia. Jadi, selama kita belum
memiliki "kepribadian seperti Dia", kita harus terus memperbaiki
diri. Dengan pertolongan Roh Kudus, kita tekun mengejar
kesempurnaan. Membangun karakter mulia, meninggalkan
kecenderungan-kecenderungan yang kurang mulia, menjadi dewasa rohani
dan menjadi saluran berkat bagi orang lain.

KITA DIPANGGIL UNTUK TERUS MEMBANGUN DIRI
AGAR OLEH KASIH TUHAN KITA MENJADI SEPERTI KRISTUS


Kolose 2:6-15

6 Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu
hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.
7 Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia,
hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan
kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.
8 Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan
filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun
dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.
9 Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan
ke-Allahan,
10 dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua
pemerintah dan penguasa.
11 Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan
oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari
penanggalan akan tubuh yang berdosa,
12 karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam
Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja
kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.
13 Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh
karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah
bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala
pelanggaran kita,
14 dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan
hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan
memakukannya pada kayu salib:
15 Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa
dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas
mereka.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 23 Oktober 2011

INTI TERDALAM

 INTI TERDALAM

 "Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam

salah satu rumah ibadat pada hari Sabat.  Di situ ada seorang perempuan yang telah

delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya

dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak.  Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata

kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh."  Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga

berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah.  Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada

hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: "Ada enam hari untuk

bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan

jangan pada hari Sabat."  Tetapi

Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap

orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari

kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?  Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh

Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan

Abraham?"  Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua

orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya. "

(Luk 13:10-17). 

 

Santo Paulus mengingatkan kepada bahwa kita berkat penebusan Yesus

Kristus sudah dibebaskan dari posisi sebagai hamba dan diangkat menjadi anak-anak

Allah.

 

Sebenarnya karakter dan pendekatan dalam hidup kita, macam apa yang

dilakukan oleh anak-anak Allah.  Apa yang

menjadi ciri seorang yang merupakan anak Allah.  Kalau kita bertanya tentang hal itu, kita dapat melihat dan juga belajar

dari Yesus sendiri dalam cara Dia menanggapi persoalan-persoalan hidup.  Seorang hamba salah satunya ialah selalu melihat

macam-macam peristiwa lewat aturan-aturan dan itulah yang dilakukan oleh para

ahli taurat dan orang farisi.  Mereka

berpegang teguh pada aturan, takut melanggar aturan.  Karena berpusat pada aturan belaka, mereka tidak

dapat melihat peluang untuk berbuat baik.  Aturan kadang menghalangi mereka untuk berbuat baik.  Persis inilah yang dilakukan oleh Yesus.  Yesus mampu melihat sesungguhnya untuk apa

sebuah peraturan itu dan apa sesungguhnya kehendak Allah.  Allah tidak hanya menginginkan manusia mengikuti

aturan-Nya, tetapi Allah mengehendaki agar manusia selamat dan demi keselamatan

itulah kadang kala kita mesti berani melanggar peraturan itu.  Karena peraturan dimaksudkan demi keselamatan

manusia.

 

Kita semua oleh Tuhan sendiri telah dianugerahi untuk menjadi anak-anak-Nya.  Bagaimana kita mendekati hidup ini apakah

kita menjalaninya sungguh-sungguh sebagai anak-anak Allah yang mengetahui inti

terdalam kehendak Tuhan dan juga kita

dilibatkan dalam karya penyelamatan-Nya atau kita masih semata-mata berpegang

pada peraturan-peraturan?.

 

Mari kita mohon rahmat, semoga semakin hari kita semakin mampu meneladan

Yesus yang pusat hidupnya adalah keselamatan banyak orang.


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

SIKAP PRAKTIS PEMIMPIN KRISTEN

SIKAP PRAKTIS PEMIMPIN KRISTEN

"Seorang pemimpin Kristen dituntut tidak hanya bisa memandang positif setiap kesulitan yang ada, menghindari ketegangan, mengontrol amarah, namun setiap pemimpin juga diharapkan memiliki kesabaran, mengasihi tiap-tiap orang yang dipimpin, mengusahakan persahabatan, dan dapat meneladani Yesus Kristus."

D. Memelihara Kesabaran.

Anda tentu ingat buah-buah Roh yang terdapat dalam Galatia 5:22-23. Salah satu buah Roh Kudus yang sangat menentukan dalam hidup seorang pemimpin ialah "kesabaran". Tuhan menuntut kepada kita kesabaran (2 Petrus 1:5-17 -- Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri. Kepada penguasaan diri ketekunan dan kepada ketekunan kesalehan. Dan kesalehan kasih akan mewujudkan kasih persaudaraan dan kasih akan semua orang). Rentetan sifat-sifat yang diminta oleh Tuhan di sini, hanya mungkin dapat terjadi atas dasar kesabaran yang dimungkinkan oleh penguasaan diri. Di antara semua sifat-sifat baik sebagai hasil karya Roh Kudus dalam kehidupan manusia, kesabaran merupakan buah sulung. Itulah sebabnya kesabaran adalah ratu segala kebajikan.

Pemimpin yang tidak sabar dan tidak sanggup menguasai diri, akan menemui banyak kesulitan dalam kepemimpinannya. Untuk mencapai kesabaran, kita membutuhkan proses pembentukan Tuhan yang tidak singkat. Dari segi latar belakang suku dan ras, banyak orang berkata bahwa orang dari suku tertentu dengan sendirinya bisa sabar, sedangkan orang yang tinggal di tengah-tengah komunitas suku yang berkarakter keras, pasti tidak akan bisa sabar. Namun, pendapat ini ternyata keliru, sebab kesabaran yang dituntut oleh firman Tuhan melalui Rasul Paulus dan Petrus ialah kesabaran buah Roh Kudus, bukan tabiat daging yang menyabarkan. Dengan demikian, kesabaran dari Roh Kudus adalah hak segala suku/ras, entah Jawa, Ambon, Timor, Batak, Manado -- semua dapat mengalami dan menerima sifat sabar itu sebagai karya Roh Kudus dalam hidupnya. Saya yakin bahwa para pemimpin Kristen sudah mengalami buah sulung ini seperti saya juga mengalaminya.

Sebagai seorang Timor yang berasal dari kepulauan Rote [sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Rote merupakan wilayah paling selatan Indonesia, Red], saya menyadari bahwa sifat dan latar belakang saya adalah seorang yang pemarah dan tidak sabar -- marah dan tidak sabar biasanya adalah sahabat akrab. Sebelum Tuhan mengurus sifat-sifat pribadi saya, kesabaran itu tidak ada pada saya. Puji Tuhan, karena Tuhan Yesus telah menyalibkan dan memotong sifat tidak sabar saya, dan menggantikannya dengan kesabaran sebagai buah Roh Kudus. Ketidaksabaran kita oleh karena perkembangan masa lalu, latar belakang pembentukan ketika masih kecil, dapat menjadikan kesulitan di dalam kepemimpinan kita. Oleh sebab itu, kita membutuhkan pekerjaan Roh Kudus yang nyata, dalam menyelesaikan dan mengurus latar belakang ketidaksabaran kita berdasarkan hal-hal di atas.

Saya mengenal beberapa pemimpin gereja yang belum mengalami pertobatan dan kelahiran baru oleh Roh Kudus. Dahulu mereka orang-orang yang keras kepala, sedikit-sedikit cepat naik darah, tetapi setelah Roh Kudus memperbarui, mereka menjadi pemimpin yang tenang, senang mendengar orang lain berbicara, juga menampung pendapat orang lain sebelum membuat kesimpulan. Oleh karena itu, kesabaran merupakan hal yang paling utama. Syarat mutlak agar dapat memelihara kesabaran adalah, Anda harus masuk dalam penyangkalan diri yang terus-menerus dan memohon Roh Kudus untuk bekerja. Kesabaran adalah buah Roh Kudus, menuntut penyangkalan diri oleh karya salib Yesus Kristus bagi tiap-tiap orang, terlebih para pemimpin.

E. Mengasihi Tiap Orang yang Dipimpin.

Kasih merupakan istilah yang populer. Kasih itu melebihi iman dan pengharapan. Kasih adalah penyusun persahabatan. Kasih selalu menjadi kunci untuk mengalahkan segala sifat yang lain. Tuhan Yesus mengasihi murid-murid-Nya dengan kasih yang kekal. Tuhan berkata kepada Yeremia, "Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal. Sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu." (Yeremia 31:3) Kasih yang kekal adalah kasih yang tidak berkesudahan. Kasih itulah yang dituntut dari setiap pemimpin yang dapat dirasakan oleh orang-orang yang dipimpin. Nasihat Paulus dalam 1 Korintus 13 sangat penting, supaya kita tidak hanya berbicara banyak tentang kasih, tentang perbuatan, dan tentang iman, melainkan hiduplah dengan kasih. 1 Korintus 13 memberikan kesimpulan utama yaitu: "Iman itu berkesudahan, pengharapan itu berakhir, tapi kasih itu kekal selamanya".

F. Mengusahakan Persahabatan.

Di dalam Alkitab, kita bertemu dengan para pemimpin yang menjalankan pengaruh, wibawa, dan pengajarannya berdasarkan kasih, kesetiaan, dan pengenalan akan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin di dalam Alkitab ialah pemimpin yang membuat dirinya menjadi sahabat bagi orang yang dipimpinnya. Memang hal ini tidak gampang, tetapi bagaimanapun juga, seorang pemimpin yang dapat marah, ia juga harus dapat menjadi sahabat erat dengan orang yang dipimpin. Dengan demikian, kita bertemu lagi dengan "seni" kepemimpinan rohani, bahwa pada saat yang tepat, boleh marah demi kemuliaan Tuhan, tetapi pada saat yang sama, ia menjadi sahabat karib dalam mengatasi kesulitan orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin betul-betul dapat menguasai, bukan oleh karena kekuasaan yang dia terima dari teman-teman yang dipimpin atau dari Tuhan, melainkan oleh karena di dalam menjalankan kepemimpinannya, ia membuat teman-teman sekerjanya menjadi sahabat. Persahabatan itu lebih penting daripada kekuasaan.

Dalam 2 Samuel 23:15-16, kita bertemu dengan kepemimpinan Daud yang tahu menempatkan diri sebagai pemimpin sekaligus sebagai sahabat. Rasul Paulus seorang teolog yang sangat tegas dan jelas dalam pendirian teologinya, juga berhasil menempatkan dirinya sebagai sahabat bagi banyak orang. Ingatlah surat-suratnya kepada Timotius. Ia menjadikan Timotius sahabatnya. Begitu juga hubungannya dengan Epafroditus, ia sangat menghargainya.

Tiap kali bicara tentang pemimpin yang sungguh-sungguh, para pemimpin juga sahabat bagi orang-orang yang dipimpinnya, kita dapat menyadari bahwa pentingnya kemampuan untuk menciptakan seni kepemimpinan. Tidak mudah dari orang yang bisa marah demi kemuliaan Tuhan, menjadi orang yang sabar, dan dari kesabaran itu menciptakan jembatan untuk persahabatan.

Dalam suratnya kepada Filemon, Paulus membuat satu pernyataan yang sangat dalam mengenai Onesimus, yaitu supaya Onesimus, budak yang melarikan diri itu, diterima kembali bukan lagi sebagai budak, melainkan sebagai sahabat bagi Filemon. Kepemimpinan rohani, senantiasa menuntut kita untuk menjadi orang yang bersahabat dengan sebanyak mungkin orang. Pemimpin yang cerdas, tegas, dan pintar, tanpa persahabatan, kesabaran, kasih, dan tidak dapat mengambil hati orang-orang yang dipimpinnya, bukan pemimpin yang bermoral tinggi.

Oleh anugerah Allah, Anda mampu menjadikan setiap orang yang Anda pimpin menjadi sahabat. Berdoa dan berusahalah! Jadilah pemimpin oleh karena menguasai hati manusia, dan bukan oleh karena kedudukan dan posisi sebagai pemimpin. Itulah tuntutan sebagai seorang pemimpin dalam pekerjaan Tuhan. Perlu diketahui bahwa menguasai karena jabatan, jenjang dalam kedudukan, kategori, kecerdasan, dan kepintaran, tidak menjamin kelangsungan kepemimpinan seorang rohaniwan. Melainkan, kepemimpinan dapat berlangsung apabila seorang pemimpin mampu menciptakan persahabatan, mampu memperkaya orang yang dipimpin dengan perkara-perkara rohani, penglihatan rohani, wibawa rohani, dan karya rohani.

G. Meneladani Yesus Kristus.

Pribadi pemimpin yang benar ialah Yesus Kristus. Dialah satu-satunya lambang pemimpin yang sanggup memperkaya orang-orang yang dipimpin. Yohanes berkata, "Lihatlah anak domba Allah yang mengangkut dosa isi dunia." Artinya mengorbankan segala sesuatu demi Anda dan dunia. Selanjutnya Yohanes berkata, "Membuka tali kasut-Nya pun, aku tidak sanggup." Apa yang keluar dari Yesus kepada Yohanes adalah kepribadian yang penuh dengan berbagai kekayaan. Bukan materi, bukan uang, melainkan "kepribadian" yang memancarkan kemuliaan Tuhan. Kasih Tuhan, pengorbanan, iman, dan segala sesuatu yang dibutuhkan sebagai lambang dari pada kepribadian yang sempurna dari seorang pemimpin.

Tokoh pemimpin yang paling memperkaya orang lain, termasuk memperkaya pemimpin dunia ialah "Yesus Kristus". Semua sifat dan sikap yang sempurna dan kita perlukan, hanya ada dalam pribadi Yesus Kristus. Oleh sebab itu, kualifikasi seorang pemimpin rohani yang terutama adalah tergantung kepada kepribadian, kerohanian, mental, dan sifat-sifat sosial yang meneladani pemimpin yang Agung, Yesus Kristus, disertai dengan wibawa intelektual, pengetahuan, dan kebijaksanaan-Nya.

Pemimpin rohani tidak seperti pemimpin-pemimpin dunia. Tidak seperti Presiden Charles de Gaulle, pemimpin yang mengisolasikan diri dalam suatu kekuatan, memerintah berdasarkan suatu kekuatan, dan terisolir dari dunia sekitarnya. Pemimpin rohani tidak mengisolasikan diri, melainkan ia harus berada di tengah-tengah orang yang dipimpin. Sewaktu-waktu, pemimpin harus ada di depan dan pada kesempatan lain ada di belakang, dan sering berada di tengah para sahabatnya. Raja Daud dan Rasul Paulus telah memberikan contoh kepemimpinan rohani yang benar, seperti Yesus Kristus memperkaya para murid-Nya.

Meneladani kepemimpinan Yesus Kristus, berarti memanifestasikan kehadiran-Nya di bumi, untuk memperbarui hidup dan memberikan hidup yang kekal kepada manusia. Dia sendirilah yang memberi hidup yang berkelimpahan bagi sahabat-sahabat dan orang yang percaya kepada-Nya. Dengan demikian, maka para pemimpin Kristen pun harus meneladani-Nya. Jadilah pemimpin yang dapat memberikan keteladanan yang baik.

Diambil dari:
Judul buku: Manajemen dan Kepemimpinan menurut Wahyu Allah
Judul artikel: Beberapa Sikap Praktis yang Perlu
Penulis: Dr. P. Octavianus
Penerbit: Gandum Mas, Malang 1986
Halaman: 219 -- 225

"Karisma adalah hasil dari kepemimpinan yang efektif, bukan sebaliknya." (Warren Bennis)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Danau Toba adalah Kawah Gunung Api yang Sedang Tidur.

Kabar terakhir, katanya air di danau Toba udah hangat, berarti?????

Bacanya wkt santai aja, memang agak panjang, tapi baik utk pengetahuan & berjaga2.

GBU!

=================================================

Danau Toba Adalah Kawah Gunung Api Raksasa yang Sedang Tidur <

http://blognyajose.blogspot.com/2010/09/danau-toba-adalah-kawah-gunung-api.html>

Share <

http://www.addthis.com/bookmark.php?v=250&pub=jose07>


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kebenaran dan Kebohongan dalam sopan santun.

Pada umumnya kita mengetahui bahwa selalu ada kebohongan-kebohongan dalam "pergaulan yang sopan", seolah-olah orang sudah sepakat dalam kebohongan itu.
Apabila orang saling memberi salam, surat menyurat ,menerima atau menyambut kedatangan tamu maka sering kita saksikan penyambutan yang pura-pura dan berlebihan. Menyebutkan gelar seseorang secara berlebihan,keramah-tamahan yang berlebihan. dalam pidato-pidato atau percakapan pribadi lidah orang seringkali dapat memuji dengan fasihnya,tetapi rasa hormat sebenarnya tidak ada dalam hatinya.. Kita bisa melihat dua orang yang saling membenci,tetapi dalam perkataan surat-menyurat justeru memakai kata-kata yang halus.
Tuan rumah menyambut kedatangajn tamunya dengan "selamat datang",dengan senyum manis dan kata-kata gembira. tetapi sebenarnya ia ingin tamu itu datang dilain waktu saja. Si anak disuruh menjawab pertanyaan seorang tamu dengan"Bapa tidak ada dirumah",padahal bapak benar-benar ada dirumah,cuma segan menerima tamu tersebut.. Tanpa kita sadari dalam pergaulan sopan ini,banyak sekali kita temukan orang berbohong (dusta). Mulut kita,lidah kita,pena dan senyum kita berbohong dengan frekuensi luar biasa.
kebohongan dan kepura-puraan itu dalam pergaulan tidak akan bebas dari hukuman,karena hal itu salah. Kalau begitu,bolehkah kita bertindak tidak sopan? sudah tentu,tidak ! Bolehkah kita bertindak bijjaksana? Sudah tentu harus. tetapi sopan santun dan kebijaksanaan dalam pergaulan itu tidak boleh lepas dari kejujuran dan kebenaran.. Kasih sejati kepada kepada sesama manusia bukanlah tak sopan dan bukan tak bijaksana,melainkan jujur dan ikhlas. Makna sopan santun adalah kasih kepada sesama manusia. Kasih yang jujur tidak mengecualikan keikhlasan hati,bahkan sebaliknya.Keikhlasan hati termasuk dalam kasih yang jujur. Sopan santun yang ikhlas dan sejati tidak berbicara dengan lidah bujuk rayu. Sopan santun yang jujur dan sejati mengatakan yang sebenarnya . Apabila seseorang sakit hati terhadap orang lain,maka sakit hati itu dihilangkan dengan pengampunan(Kol. 3:13)
 Sopan santun yang jujur dan sejati  mengajarkan kita bergumul melawan kepura-puraan menuju pergaulan yang ikhlas dan jujur,sup[aya kasih dan kebenaran tampak dengan jelas.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi

 "Biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi"

(Rm 8:1-11; Luk 13:1-9)

"Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.  Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.  Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian."  Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.  Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun

aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!  Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,  mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglahdia!"(Luk 13:1-9),
·   Allah adalah maha sabar dan maha belas kasih; kepada siapapun yang sungguh beriman kepadaNya ketika berdosa atau bersalah pasti akan diampuni melalui orang-orang yang baik hati di sekitar lingkungan hidup dan kerja kita. Marilah kita sadari dan hayati bahwa bertambah  usia pada umumnya kita juga bertambah dosanya, dan dengan demikian kesabaran dan belas kasih Allah sungguh nyata, karena kita dibiarkan saja. Dengan kata lain marilah kita hayati kesabaran dan belas kasih Allah dan kemudian kita teruskan atau salurkan kepada saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Kita semua umat beriman dipanggil untuk menjadi pembantu Allah dalam menyalurkan kesabaran dan belas kasih, dan hal itu kiranya secara konkret menjadi nyata dalam fungsi kita sebagai 'penyiram' (perawat atau pengelola). Sebagai 'penyiram' memang harus hidup dijiwai oleh kesabaran dan belas kasih, sebagaimana dihayati oleh para petani, yang merawat tanamannya. Ingatlah dan

sadari bahwa kesabaran dan belas kasih sungguh dibutuhkan oleh semua ciptaan Allah di bumi ini: manusia, binatang maupun tanaman, maka marilah kita sikapi, entah itu manusia, binatang maupun tanaman dengan dan dalam kesabaran dan belas kasih. Para ibu yang pernah mengandung dan melahirkan anak kiranya memiliki pengalaman kesabaran dan belas kasih, maka kemi harapkan dapat menjadi teladan dalam penghayatan maupun penyebaran kesabaran dan belas kasih. Kami berharap kepada para guru, orangtua, pamong atau pendamping dst.. menghayati fungsinya dalam dan dengan kesabaran dan belas kasih.

·   "Keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu" (Rm 8:6-9), demikian kesaksian iman dan peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua segenap umat beriman. Sebagai umat beriman kita semua dipanggil untuk hidup dalam dan oleh Roh, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Maka perkenankan dengan ini secara khusus saya mengingatkan dan mengajak segenap rohaniwan dan rohaniwati untuk dapat menjadi teladan dalam hidup oleh Roh

alias penghayatan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh di atas. Marilah kita sadari dan hayati bahwa sebagai rohaniwan dan rohaniwati kita memiliki tugas pengutusan untuk menyirami umat Allah dengan keutamaan-keutamaan tersebut, agar segenap umat Allah akhirnya juga menghayati atau menghasilkan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut di atas. Maka perkenankan saya mengangkat keutamaan 'sabar' yang menurut hemat saya pada masa kini sungguh mendesak untuk kita hayati dan sebarluaskan. "Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24)

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?""Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu" (Mzm 24:1-4).


Powered by Telkomsel BlackBerry®