Kamis, 10 November 2011

PENGHARAPAN

PENGHARAPAN

: Roma 15:1-13
Semoga Allah, sumber

pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera (Roma

15:13)

 

Pada 5 Agustus 2010, tambang emas dan

tembaga di Copiapo, Cile, runtuh. Sebanyak 33 penambang terperangkap. Regu

penyelamat yang mencari mereka, nyaris putus asa. Namun, 17 hari kemudian,

diketahui bahwa mereka masih hidup walau terperangkap di dalam tambang sedalam

700 meter. Dan, mereka harus sabar menanti hingga 7 minggu, sebelum mesin bor

berhasil menembus lubang tempat mereka berlindung.

 

Ya, manusia bisa bertahan hidup selama

40 hari tanpa makan, 4 hari tanpa minum, 4 menit tanpa bernapas. Namun, manusia

tak mampu hidup bahkan selama 4 detik saja, jika ia tak punya semangat dan

harapan. Itu sebabnya di tengah impitan dan tahap awal aniaya terhadap jemaat

Roma, Paulus menasihati agar setiap orang percaya bergantung kepada Allah

sumber pengharapan, sukacita, damai sejahtera. Di tengah tekanan sekalipun, Dia

sanggup memberi kekuatan dan pengharapan (ayat 13). Maka, yang kuat dapat

menolong yang lemah dan lelah. Dengan kerukunan yang demikian, orang-orang

beriman itu memuliakan Allah (ayat 1-6).

 

Ketika dunia menganggap 33 penambang

Cile itu pahlawan, dengan keras Henriques salah satu dari mereka menolaknya.

Katanya, "Kita bukan pahlawan, dan jika ada pahlawan, itu adalah semangat

yang diberikan Tuhan, yang membuat kami bertahan". Ternyata, semasa di

dalam tambang ia membacakan sejumlah ayat Alkitab kepada teman-temannya, untuk

menjaga semangat mereka.

 

Mari jalani hidup ini dengan penuh

semangat. Apalagi untuk melakukan tugas sebagai saksi Kristus: memberkati dan

menolong banyak orang di sekitar kita yang hidup dalam keputusasaan.

 

HIDUP DIBERI AGAR DIJALANI

DENGAN PENUH ARTI MAKA TUHAN MENYALAKAN SEMANGAT AGA KITA MENJADI BERKAT


Meniru Allah

Efesus 5:1-6
"Buah jatuh tak jauh dari

pohonnya", demikian kata sebuah pepatah yang bermakna bahwa karakter,

kebiasaan, atau hidup seorang anak tak akan jauh berbeda bila dibandingkan

dengan karakter, kebiasaan, atau hidup orang tuanya.

 

Di ayat 1, Paulus mengingatkan jemaat

Efesus bahwa mereka adalah anak-anak Allah. Sebagai anak, orang percaya

berbagian dalam natur keilahian Allah. Paulus mengajarkan bahwa orang percaya

harus meniru Allah dengan menunjukkan kasih seperti yang Kristus telah nyatakan

(2). Kita tahu bahwa Kristus telah menyerahkan diri-Nya untuk dikurbankan bagi

umat-Nya. Itulah wujud kasih Allah bagi umat-Nya. Inilah wujud kasih orang

Kristen seharusnya yaitu menyatakan kasih dengan sebuah tindakan pengurbanan,

baik bagi Allah maupun manusia. Kasih orang Kristen tidak akan pernah

dinyatakan dalam tindakan yang bersifat amoral, sebab amoral bukanlah karya Roh

Kudus melainkan buah kedagingan.

 

Karena itu ada hal yang tidak boleh

dilakukan oleh orang percaya, yaitu percabulan, kecemaran atau keserakahan,

juga perkataan kotor (3). Jangankan untuk dilakukan, untuk dibicarakan saja

tidak pantas! Maka topik-topik semacam itu bukanlah subjek yang pantas untuk

dijadikan bahan obrolan oleh orang-orang tebusan Kristus. Sebab itu dilakukan

bukan atas dasar kasih Kristen sejati, melainkan kedagingan, yaitu hawa nafsu

dan kesenangan diri.

 

Perhatikan perkataan Paulus: semua itu

harus dihindari bukan supaya umat menjadi kudus, melainkan karena umat adalah

kudus maka umat harus hidup sebagaimana seharusnya orang kudus hidup. Jika

kerajaan Allah hidup di dalam diri mereka, maka sebuah transformasi hidup

niscaya akan terjadi sehingga mereka tidak lagi hidup untuk melakukan hal-hal

itu. Patut diingat bahwa orang yang melakukan percabulan, kecemaran atau

keserakahan, dan orang-orang yang berkata-kata kotor tidak mendapat bagian

dalam Kerajaan Allah.

 

Meniru Allah berarti meniru Kristus.

Yaitu meniru kasih, kekudusan, kebajikan, dan sikap-Nya memuliakan Allah.


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar