Selasa, 15 November 2011

Mujizat Keluarga

Mujizat Keluarga

"Sesungguhnya keluarga kita adalah sebuah mujizat. Boleh dikatakan, keluarga adalah pemberian terindah dari semua yang kita miliki. Orangtua pemberi hidup, anak milik pusaka dan istri adalah kasih karunia.  Di dalamnya kita dilahirkan, dibesarkan dan mengenal kasih dan menikmati Anugerah" (JS)Pernahkah Anda membayangkan bagaimana Tuhan mempertemukan pria dan wanita, lantas menumbuhkan cinta di antara mereka? Pernahkah anda perhatikan Tiap pasangan memiliki cara masing-masing sehingga mereka akhirnya saling tertarik dan ingin selalu bersama seumur hidup.

MUJIZAT

Perkawinan adalah mujizat Allah yang terdiri atas anugerah, pemberian, dan penghiburan Ilahi. Kehadiran Tuhan dalam pernikahan dan keluarga kita  membuat  hidup sungguh  bermakna.

Pernikahan yang berbahagia memiliki aspek pertumbuhan di dalamnya. Pria dan wanita yang berasal dari planet berbeda ini berusaha hidup bersama, saling memahami, belajar mengampuni, dan bertumbuh. Lewat suka dan duka, untung dan malang.  Bukankah itu semua tidak terjadi jika mereka tidak hidup bersama dalam ikatan berkawinan?

Anak-anak yang lahir dalam sebuah pernikahan juga  mujizat. Mereka tidak hadir secara kebetulan. Ada maksud Allah yang Mahatinggi dalam tiap keluarga.

Orangtua kita adalah suatu anugerah mujizat. Bahkan hidup dan dibesarkan dalam sebuah keluarga juga sebuah mujizat. Tidak ada yang kebetulan dari kelahiran kita.

Bayangkan, bagaimana sepasang ayah-ibu belajar mengandalkan Tuhan dalam mendidik dan membesarkan anak-anak mereka! Alangkah tidak mudahnya mendidik anak di era ini. Betapa kita membutuhkan mujizat Allah agar anak-anak kita dapat mengerti rencana Allah dalam hidup mereka! Bergantung pada anugrahNya setiap hari.

DINAMIS

Dinamika yang terjadi dalam sebuah perkawinan bukan saja mengubah sistem keluarga, tetapi yang terutama adalah menumbuhkan  orang-orang yang ada di dalam institusi itu. Seperti kesaksian seorang Istri tentang suami dan perkawinannya.

"Kamu mengenalkan aku pada apa yang dinamakan cinta," kata seorang wanita tentang pasangan hidupnya.

"Sebelum bertemu kamu, aku tertarik pada beberapa pria, tetapi sulit mengatakan bahwa aku mencintai mereka seperti perasaan yang aku miliki terhadapmu. Cintaku  tumbuh diawali oleh adanya rasa aman waktu berjalan bersamamu. Aku suka humormu, sikap melindungi dan perasaan istimewa yang kau hadirkan. Denganmu, aku menjadi wanita."  Perkawinan itu membangun rasa percaya dan menerima orang lain apa adanya.

"Perubahan berikutnya yang terjadi dalam diriku adalah aku belajar mempercayakan diri dan masa depanku pada seorang pria yang sebenarnya aku tidak terlalu kenal," kata wanita itu setelah membiarkan angan-angannya sejenak berkelana.

"Aku rasa itu sebabnya banyak kerikil tajam dan batu besar yang kita hadapi pada awal mulanya. Kalau aku ingat sekarang, aku heran juga bagaimana kau mau hidup dengan seorang wanita yang bossy, hampir tidak betah di rumah, dan hanya sedikit punya keinginan mengurus rumah. Lagipula, belum tentu aku bisa memberimu anak, berhubung adanya pendapat dokter tentang kandunganku. Tetapi kamu tidak meninggalkan aku dan sedia menghadapi risiko itu. Denganmu, aku diterima apa adanya."

Salah satu hal penting yang kita pelajari dari pernikahan adalah mendorong orang yang kita cintai ke sebuah perubahan yang lebih baik.

Si wanita itu bersaksi lagi:

"Suamiku  memang luar biasa. Dia tahu, istrinya  suka membaca dan menulis. Lama-lama suamiku menyadari bahwa hobi ini sekedar untuk menutupi rasa aman palsu, karena dengan demikian aku  tidak perlu menjalin hubungan dengan orang lain. Dia menerima aku apa adanya"

Dia melanjutkan: "

"Suamiku melihat bahwa istrinya  memiliki beberapa keistimewaan yang masih bisa berkembang. Suamiku memberi arti yang berbeda tentang hobiku. Dia menolong aku untuk menuliskan masalah yang kami  hadapi sehingga menjadi bahan pembelajaran bagi orang lain. Ini hal baru buatku karena untuk melakukannya aku harus berhubungan dengan manusia. Ternyata, rasa aman di zona nyamanku ini perlu kubagi dengan orang lain."

HARMONIS

Apakah artinya saling menghargai? Bagi beberapa orang istilah ini diartikan sebagai tidak melakukan kekerasan terhadap anak dan pasangan, saling menolong, tidak melecehkan.

Tetapi pernikahan memberi arti baru pada kata saling menghargai dan hidup harmoni, yaitu siap menanggung kesalahan pasangan dan tidak membiarkan pasangannya merasa malu di depan orang lain. Ortu menjadi pembela anak. Tidak hanya peduli pada anak yang aik-penurut, tetapi juga pada "anak yang hilang", anak yang menjengkelkan.

Keluarga menjadi Harmonis dengan cara menjalankan fungsi sebagai Ayah, Ibu, Anak, Suami dan istri dengan sebaik-baiknya. Seimbang antara menjalani kehidupan karir dan keluarga.

KATARSIS

Keluarga juga tempat paling asyik kita bisa ngobrol apa saja, curhat pada orangtua saat ada masalah dari sekolah. Idealnya suami menjadi tempat curhat istri, saat ada sakit di hati. Istri tempat suami bercerita seelah seharian berjuang di kantor.

Dalam istilah Freud, keluarga menjadi tempat kita katarsis. Boleh ngomong atau curhat apa saja yang mengganggu emosi kita. Karena itu anggota keluarga yang baik, perlu belajar menjadi pendengar yang baik, bersedia menjadi "keranjang sampah" bagi yang lain. Jika tidak, jangan heran anak atau pasangan kita mencarinya di tempat lain.

SUMBER RASA SYUKUR

Mengapa pernikahan itu anugerah istimewa yang selalu patut kita syukuri?

Pertama, pernikahan adalah inisiatif Tuhan sendiri. Dia membentuk manusia pertama, Adam dan memberikan Hawa menjadi istrinya. Allah memberi mereka mandat budaya untuk mengelola bumi ini. (Kej.1:26)

Kedua,  keluarga adalah tempat lahir dan dibesarkannya orang-orang besar dan berguna. Para tokoh, pejuang, pahlawan, pemimpin dan pelayan masyarakat juga lahir dari sebuah keluarga. Dalam anugerah-Nya Tuhan memilih. Kita boleh jadi orang biasa saja saat ini. Tapi  Kita belum tahu bagaimana kelak keadaan anak-cucu kita. Seratus, empat ratus tahun mendatang, bisa saja lahir orang yang Dia pakai memberkati bangsa ini dari keturunan kita.

Ketiga,  perkawinan Itu   bersifat "trialog". Tuhan hadir di dalam relasi suami-istri, Orangtua dan anak. Semua  melibatkan Tuhan dalam komunikasi mereka. Firman-Nya menjadi tolok ukur, standar nilai-nilai keluarga di tengah tantangan limpahnya media, internet dan sebagainya.

Keempat,  pasangan suami dan istri akan menjadi ayah dan ibu. Ini merupakan jabatan istimewa, posisi yang tak tergantikan.  Banyak orang dapat menggantikan tugas kita sebagai guru, pembicara, atau direktur perusahaan. Tetapi tidak seorang pun yang dapat menjadi ayah dan ibu bagi anak-anak kita, menggantikan posisi suami bagi istri kita atau menjadi istri bagi suami kita.

Kelima,  beberapa penelitian membuktikan, bahwa perkawinan yang sehat dapat menjadi pemulihan hidup dari trauma masa lalu. Keluarga yang intim menjadi benteng stres kehidupan, menjadikan hidup orang yang menikmatinya, sehat serta produktif.

Keenam,   fungsi-fungsi dalam keluarga berdampak kekal. Kelak, di hari penghakiman-Nya kita semua berdiri dihadapan Tuhan Hakim yang Adil. termasuk anak dan pasangan kita. KIta perlu menyiapkan keluarga kita untuk menghadapi kekekalan. Semoga  kita tidak disibukkan hanya untuk kekinian, sampai lupa keluarga.

PENUTUP

Boleh dikatakan, keluarga adalah pemberian terindah dari semua yang kita miliki. Orangtua pemberi hidup, anak milik pusaka dan istri adalah kasih karunia.  Di dalamnya kita dilahirkan, dibesarkan dan mengenal kasih dan menikmati Anugerah-Nya. Soli Deo Gloria

"Julianto Simanjuntak"
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar