Kamis, 10 November 2011

ADA SAATNYA MENYERAH

 ADA SAATNYA MENYERAH

: Yeremia 27

: Kisah Para Rasul 1-4

Nats : Beginilah firman TUHAN

kepadaku: "Buatlah tali pengikat dan gandar, lalu pasanglah itu pada

tengkukmu!" (Yeremia 27:2)

 

Yos memukul tengkuk lelaki itu hingga

pingsan. Ia terpaksa melakukannya karena pria itu terus meronta dan menyulitkan

saat hendak ditolong dalam proses evakuasi di laut. Ketika ia dibuat tak

berdaya, Yos bisa merangkul leher pria itu dan berenang membawanya ke pantai.

 

Bacaan hari ini secara mencengangkan

menceritakan bahwa ada saat untuk menyerah, untuk menaklukkan diri kepada orang

yang mungkin bukan sahabat kita, bahkan merupakan musuh yang akan mengambil hak

kita. Tentu sepanjang hal itu dikehendaki Tuhan. Gandar kayu di tengkuk Yeremia

adalah gambarannya. Yeremia diminta memberi tahu raja-raja tetangga bahwa

seluruh negeri telah diserahkan ke tangan Nebukadnezar, raja Babel, dan mereka

harus takluk kepadanya agar tidak mati oleh pedang, kelaparan, penyakit. Ini

pun berlaku bagi Yehuda yang saat itu diperintah Raja Zedekia. Ini perintah

yang sulit dan tak menyenangkan untuk dilakukan, terutama oleh bangsa yang

"tegar tengkuk".

 

Mungkin ada saat kita bertanya;

mengapa Tuhan menaruh kita di posisi tidak berdaya, mengapa Tuhan seolah-olah

melukai ego kita dan tidak membiarkan kita bangkit. Belajar dari kisah evakuasi

laut yang dilakukan Yos, ada saatnya ketidakberdayaan itu membantu proses kita

diselamatkan dari bahaya yang lebih besar. Sayangnya dalam lanjutan bacaan ini,

kerajaan Yehuda tidak mau menyerah hingga mereka berakhir di ujung pedang dan

pembuangan di Babel.

 

Kita mungkin diizinkan Tuhan untuk

tidak berdaya, tetapi bukan berarti Tuhan juga sedang tanpa daya. Jika kita

meyakini segala sesuatu tetap dalam kendali Tuhan, kita bisa belajar menyerah

pada kehendak Tuhan tanpa takut dan ragu.
 

TUHAN TIDAK SEDANG

TINGGAL DIAM SAAT DIA MEMINTA KITA UNTUK MENYERAH

Sumber:

http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||

Arif atau bebal?

Efesus 5:15-21

Begitu berharganya waktu sehingga

lahirlah ungkapan Time is money (waktu adalah uang). Tiap menit bahkan tiap

detik dihargai dengan nilai uang, sehingga waktu yang terbuang percuma dapat

dinilai sama dengan pemborosan uang yang seharusnya dapat dihasilkan di dalam

waktu yang terbuang itu.

 

Berdasarkan perkataan Paulus, kita

melihat dua jenis orang, yaitu orang bebal dan orang arif. Penggolongan ini

dilihat berdasarkan cara hidup, yaitu berdasarkan pemanfaatan waktu. Karena

orang percaya telah menerima terang maka orang percaya harus berjalan sesuai

terang itu. Hidup sesuai terang berarti seperti orang arif dan bukan seperti

orang bebal (15). Bagaimanakah hidup orang arif? Ia memanfaatkan waktu

semaksimal mungkin bagi kemuliaan Tuhan (16). Mengapa kearifan dikaitkan dengan

pemanfaatan waktu? Setiap hari bersifat jahat, kita bisa saja tergoda

memanfaatkannya untuk kesenangan diri, bukan kesenangan Tuhan. Oleh sebab itu

orang perlu hikmat sejati agar memahami kehendak Allah (17), terutama dalam

pemanfaatan waktu.

 

Orang arif dipenuhi Roh Kudus. Ini

bukan terjadi sekali seumur hidup, tetapi secara berkelanjutan setelah orang

mengalami transformasi. Orang yang dipenuhi Roh tidak akan membiarkan dirinya

mabuk oleh alkohol (18). Mabuk merupakan kesia-siaan dalam pemanfaatan waktu

yang seharusnya dipersembahkan bagi Kristus. Karena alkohol membuat orang

kehilangan kesadaran, pengendalian diri, dan juga hikmat, serta dikuasai hawa

nafsu. Hal sebaliknya akan terjadi bila orang dikuasai Roh Kudus karena Ia

bekerja dalam diri setiap orang yang percaya Kristus, untuk menghasilkan

hal-hal terbaik dalam hidupnya bagi kemuliaan Tuhan

 

Orang arif juga akan saling melayani

dalam kasih (19-21). Bila kita dipenuhi Roh Kudus, kita akan memiliki hasrat

untuk menyembah Allah dan mendorong orang lain untuk menyembah Allah juga.

Orang yang dipenuhi Roh akan dipenuhi dengan ucapan syukur dan bersikap rendah

hati terhadap satu sama lain dan ini terjadi karena rasa takut akan Tuhan bukan

pada manusia. Apakah Anda sudah arif?

Sumber:

http://sabda.org/
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar