Senin, 03 Oktober 2011

Mengembangkan Kemampuan Membawa Diri pada Anak-anak


Hal yang sangat penting dalam menjalin hubungan sosial adalah kemampuan membawa diri. Termasuk dalam kemampuan membawa diri ini adalah cara berpenampilan, menyapa dan bertutur kata, sikap dan gerak tubuh ketika berbicara atau sedang mendengarkan orang lain berbicara, dan cara duduk atau bahkan berjalan.

Kemampuan membawa diri ini biasanya diajarkan di sekolah-sekolah khusus atau tempat pelatihan khusus yang berkaitan dengan pengayaan sumber daya manusia, membangun kepribadian, penampilan, maupun pembentukan citra diri. Namun, para orangtua juga bisa melatihkan kemampuan dalam membawa diri ini kepada anak-anak agar bisa tampil dan menyenangkan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

Sebagai latihan dasar, penulis biasanya melatihkan kepada anak-anak untuk terbiasa melakukan tiga hal, yakni MPM (Maaf, Permisi, dan Makasih). Penjelasan dari ketiga latihan dasar tersebut adalah sebagai berikut:

a. Maaf; atau Permintaan Maaf kepada Orang Lain

Ini adalah latihan untuk terbiasa meminta maaf kepada orang lain apabila kita melakukan tindakan tidak sengaja (apalagi sengaja), namun ternyata tindakan tersebut bisa mengganggu atau melanggar hak orang lain. Misalnya, dengan tidak sengaja anak kita menyenggol pot bunga di teras rumah kita sendiri, pot tersebut akhirnya jatuh dan berserakan di lantai, dan pada saat yang sama ada tamu yang akan kita persilakan masuk ke dalam rumah kita. Meskipun anak kita menjatuhkan pot bunga di rumah kita sendiri, dan pot bunga itu pun milik kita sendiri, segera kita minta maaf, dan anak kita pun kita minta untuk meminta maaf, kepada tamu tersebut barangkali terganggu kenyamanannya dengan jatuhnya pot tersebut.

Kesadaran untuk segera meminta maaf kepada orang lain ini sangat penting untuk kita lakukan apabila kita melakukan tindakan yang menurut kita bisa mengganggu orang lain, terlepas dari orang tersebut akhirnya bilang tidak masalah atau merasa tidak terganggu dengan tindakan kita. Sungguh, sikap ini sangat perlu kita biasakan kepada anak-anak kita karena tidak jarang kita menemui orang-orang yang dengan jelas-jelas melakukan sebuah kesalahan kepada orang lain, namun sangat sulit baginya untuk bisa meminta maaf. Sehingga, tidak sedikit orang lain yang akhirnya menjauhi orang yang tidak bisa meminta maaf tersebut karena dianggapnya angkuh, tinggi hati, atau sombong.

Bila seseorang biasa meminta maaf kepada orang lain apabila melakukan tindakan yang dianggap mengganggu orang lain maka orang tersebut dinilai mempunyai kepribadian yang menyenangkan. Sungguh, kepribadian yang menyenangkan adalah modal penting agar seseorang bisa menjalin hubungan dengan relasi atau orang lain secara mengesankan.

 

b. Permisi; atau Mengucapkan Permisi kepada Orang Lain

Mengucapkan permisi kepada orang lain ini perlu kita biasakan kepada anak-anak kita apabila akan melakukan sesuatu tindakan, namun tindakan tersebut dikhawatirkan bisa mengganggu kenyamanan orang lain. Misalnya, kita perlu membiasakan anak-anak kita untuk mengucapkan permisi ketika akan melewati kerumunan orang-orang yang sedang duduk. Setelah mengucapkan permisi, kemudian kita atau anak-anak kita berjalan dengan sedikit menunduk.

Mengucapkan permisi kepada orang lain ini memang erat kaitannya dengan etika dalam sebuah pergaulan. Oleh karena itu, orang yang peka dan bisa memahami masalah ini akan dengan ringan hati dalam melakukannya. Namun, tidak sedikit orang yang kurang bisa memahami masalah ini. Misalnya, ada seorang suami yang memasuki kantor istrinya dan menemui istrinya tanpa minta izin untuk masuk atau permisi kepada teman-teman istrinya atau karyawan yang lainnya. Ia masuk begitu saja, padahal seorang lelaki atau suami tersebut melewati banyak karyawan lain di ruang depan. Sudah barang tentu, tindakan laki-laki tersebut, yang mulutnya enggan untuk mengucapkan permisi, akhirnya menjadi penilaian tersendiri di benak teman-teman istrinya, bahwa laki-laki tersebut mempunyai kepribadian yang tidak menyenangkan.

Pada hakikatnya permisi adalah meminta izin, perkenan, bahkan maaf apabila perbuatan yang kita lakukan itu barangkali mengganggu hak orang lain. Hak di sini lebih kepada kenyamanan, bukan hak kepemilikan sebuah barang. Misalnya, permisi mau lewat, permisi mohon diri duluan di sebuah pertemuan, atau permisi minta izin untuk masuk ke sebuah rumah. Bukan permisi dalam arti permisi akan mengambil mangga di kebun tetangga atau permisi akan memakai motor orang lain yang sedang diparkir; sebab untuk kasus yang pertama bisa dilakukan dengan meminta sedangkan untuk kasus yang kedua bisa dilakukan dengan meminjam.

 

c. Makasih; atau Mengucapkan Terima Kasih kepada Orang Lain

Mengucapkan terima kasih kepada orang lain perlu kita latihkan kepada anak-anak kita tidak saja apabila kita menerima pemberian yang bersifat materi atau yang bernilai besar saja. Sungguh, kita juga perlu untuk membiasakan anak-anak kita-dan kita pun memberikan contoh-agar segera mengucapkan terima kasih kepada orang lain, meskipun yang diberikan orang lain itu hal yang kecil atau biasa saja. Misalnya, buku kita terjatuh, dan teman kita atau orang lain yang kebetulan sedang berada di dekat kita ikut membantu untuk mengambilkan buku kita yang jatuh tersebut. Kepada orang yang membantu tersebut, kita sangat perlu untuk segera menyampaikan terima kasih.

Mengucapkan terima kasih juga perlu kita sampaikan kepada orang lain yang memberikan ide, saran, bahkan kritik kepada kita. Mengucapkan terima kasih jangan sampai kita lupakan apabila ada orang lain mengingatkan kita akan sesuatu yang ternyata kita benar-benar lupa atau khilaf. Demikian pula apabila ada orang lain yang memberikan ucapan selamat kepada kita, baik itu ucapan selamat karena kita mendapatkan kesenangan atau ucapan turut bersedih atau berduka apabila kita ditimpa musibah atau bencana. Mengucapkan terima kasih sungguh merupakan hal yang semestinya kita ucapkan apabila kita diberi pinjaman oleh orang lain, meskipun pinjaman itu barang kecil atau biasa saja, misalnya kita meminjam alat pemotong kuku, atau kita diberi selembar tisu oleh orang lain. Mengucapkan terima kasih semestinya kita latihkan kepada anak-anak kita semenjak kecil agar menjadi kebiasaan baik dalam kehidupannya.

 

Pembaca yang budiman, apabila kita membiasakan anak-anak kita untuk melakukan tiga hal tersebut, atau yang penulis singkat sebagai MPM, maka anak-anak kita telah mengembangkan hal yang mendasar dalam sebuah kecerdasan sosial. Penulis telah mencoba untuk melatihkan MPM tersebut kepada beberapa anak. Bila hal ini dilakukan dengan terus-menerus dengan penuh kesabaran-tidak jarang penulis juga mendiskusikan (ngobrol ringan begitu) dengan anak yang penulis latihkan agar mempunyai pemahaman tentang maksud dan tujuan mengapa kita perlu melakukan MPM-ternyata juga tidak terlalu sulit untuk mengubah sikap anak hingga akhirnya terbiasa dengan kebiasan baik tersebut.

Salah satu anak yang penulis nilai berhasil dalam menjalankan latihan ini adalah seorang anak kecil yang bernama Amelia. Sejak berumur dua tahun ia sudah terbiasa untuk segera meminta maaf apabila melakukan tindakan yang dinilainya mengganggu orang lain; ia dengan terampil mengucapkan permisi apabila melewati sekelompok orang yang sedang berkumpul; dan ia pun segera mengucapkan terima kasih apabila dia diberi sesuatu oleh orang lain. Saat tulisan ini penulis susun, Amelia berumur tiga tahun lebih sembilan bulan.

Ketiga hal tersebut adalah keterampilan dasar agar anak-anak kita mempunyai pribadi yang menyenangkan dalam pergaulan. Bila tiga hal mendasar tersebut dibiasakan dengan baik, maka seseorang biasanya juga belajar untuk mempunyai kemampuan dalam membawa diri sehingga menjadi pribadi yang mengesankan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar