Rabu, 05 Oktober 2011

KOMUNIKATOR KRISTEN

Seorang komunikator memiliki dua peran. Pertama, ia meneliti dunia yang ada di sekitarnya serta melaporkan apa yang terjadi di dalamnya. Penelitian itu perlu dilakukan bukan hanya dalam lingkungan kristiani, tetapi dalam semua bidang pengetahuan, baik itu geologi, teknologi komputer, olahraga, atau politik. Seorang ilmuwan, wartawan, mahasiswa, cendekiawan atau sastrawan, mencari tahu sesuatu lalu menyampaikannya kepada ilmuwan lain, murid, pengamat, ataupun orang awam melalui buku atau bahan literatur lainnya.

Kedua, seorang komunikator menafsirkan apa yang diamatinya itu. Hal ini juga perlu dilakukan dalam semua bidang, kendati cara menafsirkannya berbeda-beda. Kita, sebagai orang Kristen, harus berpedoman kepada firman Tuhan sebagai dasar penafsiran. Apakah bahasan kita sesuai dengan kata Tuhan? Dengan memakai Alkitab sebagai pedoman, bagaimana kita seharusnya menanggapi, menyikapi, atau menghadapi suatu persoalan? Sebagai orang Kristen, apa yang bisa kita sumbangkan dalam bidang yang dibahas itu? Literatur Kristen harus sanggup menilai dan menanggapi seluruh bidang pengetahuan dari kacamata Alkitab.

Literatur punya tujuan yang lebih mulia lagi. Kita tidak hanya menanggapi dunia secara pasif, tetapi aktif mengabarkan kasih Kristus, keselamatan dan datangnya Kerajaan Allah. Untuk itu, pengetahuan yang disampaikan ialah firman Tuhan sendiri. Kata Tuhan itu harus ditafsirkan dan diajarkan sesuai dengan situasi dan kondisi masa kini. Tugas menafsirkan itulah yang menjadi peranan literatur Kristen.

Apa Syarat Menjadi Komunikator Kristen?

Kedua kegiatan menafsirkan keadaan dan menafsirkan firman Tuhan merupakan timbal balik dari misi utama literatur Kristen. Sebagai contoh, lihatlah tiga kenyataan di Tanah Air saat ini: korupsi di tengah-tengah krisis ekonomi; perkembangan gereja di tengah masyarakat yang mayoritas non-Kristen; dan kemajuan di segala bidang yang dinikmati beberapa kota besar, sedangkan daerah lain masih banyak yang terbelakang dan miskin.

Pada satu sisi, umat Kristen perlu mengenali apa yang dikatakan Alkitab tentang keadaan-keadaan ini. Mereka perlu tahu bagaimana menerapkan firman Tuhan dalam situasi seperti itu. Bagaimana sikap dan apa yang harus diperbuatnya bila lingkungannya di kantor menyuruh dia korupsi? Bagaimana memuliakan Kristus di tengah masyarakat yang tidak menyukai Dia? Bagaimana mengembangkan profesi kita dengan tetap menjaga kemuliaan Tuhan, sambil tidak mengabaikan orang miskin dan orang tertindas?

Di sisi lain, firman Tuhan juga berbicara kepada hati manusia. Kristus turun ke dunia untuk membawa Kabar Baik, membebaskan manusia dari dosa, dan memberi hidup kekal kepada orang percaya kepada-Nya. Lalu, firman Tuhan menyerukan pertobatan kepada semua orang yang mendengar Kabar Baik, dan memerintahkan kita untuk menyebarluaskan Kabar Baik itu. Panggilan pertama dan utama dari seorang komunikator Kristen dalam bidang literatur adalah memanfaatkan media cetak untuk memberitakan Kerajaan Allah.

Kalau begitu, apa syaratnya supaya orang bisa masuk ke dunia literatur Kristen? Bagi orang yang ingin menjadi komunikator, yaitu penulis, editor, atau pengarang, yang terpenting adalah ia punya sesuatu yang baik untuk disumbangkan kepada orang lain. Ini menyangkut beberapa hal berikut ini.

1. Seorang komunikator harus mengenal dan memahami lingkungan dan negaranya sendiri. Ia tahu keadaan tersebut karena mengikuti perkembangan situasi dari media lain, dan keterlibatan pribadinya sebagai warga masyarakat, gereja, dan bangsa. Berarti dia mengenal jiwa dan kebutuhan orang yang ingin dilayani.

2. Ia harus memiliki pandangan alkitabiah. Ia mengenali isi Alkitab, bukan hanya mengingat ayat-ayat dan cerita Alkitab di luar kepala, tetapi sebagai pernyataan misi Allah. Ia pun sanggup menyatakannya kembali kepada pembaca dalam bentuk yang relevan. Kalaupun ada jawaban atas suatu pertanyaan yang belum ia ketahui, ia rajin mencari tahu hal itu.

3. Ia telah mendalami suatu topik atau bidang tertentu. Artinya, ia tahu lebih daripada pembaca tentang topik itu. Memang harus begitu, tapi banyak calon penulis yang berpikir, menulis tidak lebih dari mengatur kata dan menggurui! Richard Foster, penulis buku unggulan tentang doa yang berjudul "Prayer: Finding the Hearts True Home", bertahun-tahun merasa belum siap menulis buku itu. Alasannya, dia perlu mendalami kegiatan berdoa sendiri dulu.

4. Ia mengenal Kristus. Pengenalan ini mutlak, apabila kita mau memperkenalkan Kristus kepada orang lain.

Selain adanya sumbangan tersebut, komunikator harus punya beban untuk menyampaikannya demi kepentingan sesamanya dan kemuliaan Allah. Tetapi bagaimana caranya?

Untuk menjadi komunikator yang baik, ia harus mampu menyampaikan dirinya, agar apa yang ia maksudkan bisa dipahami oleh pembaca yang menjadi sasarannya. Hasratnya itu mendorong dia untuk mau belajar dan menguasai teknik berkomunikasi (menulis, menyunting, menggambar), peralatan komunikasi (komputer, software, mesin cetak) dan sarana komunikasi (buku, majalah, brosur, dan lain-lain).

Semua keterampilan tersebut dapat dipelajari. Tentu saja ada bakat khusus untuk menulis atau mendesain. Namun, semua keterampilan dalam bidang literatur dapat dikembangkan bila calon komunikator mau dan rajin mempelajarinya. Dan banyak juga cara untuk terlibat di dalamnya.

Dua Cerita

Menjadi penulis, editor, karyawan, atau penyebar literatur Kristen, berarti ikut mengambil bagian dalam pelayanan yang mulia. Kita menjadi pendengar, pemelihara, peneliti, penafsir, dan pengantar kata Tuhan yang penuh kuasa dan pengharapan itu. Kata kita dipakai untuk memberitakan kata Dia. Hal ini merupakan tanggung jawab yang besar, namun memberikan kepuasan yang tak terbandingkan.

Pelayan yang bergerak dalam bidang tersebut tidak selalu melihat hasilnya secara langsung. Kita tidak ragu bahwa buku memberi dampak yang besar, tetapi kita tidak berada di tempat saat terjadi perubahan pada pembaca tersebut. Meski begitu, kadang-kadang mereka bercerita.

- Dia mendapatkan buku "Damai dengan Allah" dan membacanya. Dia menerima Kristus, menyerahkan dirinya kepada Tuhan dan telah lulus [dari sekolah Alkitab] beberapa tahun yang lalu. "Sungguh, saya sudah dengar ada orang yang menjadi kenal Tuhan melalui buku itu, lebih dari buku apa pun, tetapi saya tidak ingat cerita-ceritanya."

- "Saya dibesarkan di keluarga yang tidak percaya kepada Tuhan. Ketika saya masih remaja, saya diundang mengikut sebuah 'camping' yang membawa pengaruh amat besar dalam diri saya. Ada kolportase di sana dan karena saya adalah pembaca yang bersemangat. Saya hanya mencari buku yang paling tebal. Tahu-tahu buku itu adalah biografi seseorang yang belum pernah saya dengar namanya: Hudson Talyor [seorang misionaris di China pada abad ke-19]. Saya membacanya beberapa kali, sehingga mata saya terbuka tentang apa artinya memiliki hubungan yang hidup dengan Tuhan. Saat itu, saya sadar bahwa saya juga dipanggil untuk menjadi hamba Tuhan." [Seorang hamba Tuhan yang telah melayani di Indonesia lebih dari 20 tahun].

Begitulah kuasa dari hal yang paling kecil -- kata kita -- apabila diikatkan dengan kuasa yang paling besar -- kata Tuhan -- yang menjadikan langit dan bumi. Kata itulah yang mencari dan menyelamatkan kita karena kasih-Nya. Kata itulah yang kita masyhurkan dalam pelayanan literatur Kristen.

Diambil dari:
Nama Seminar: Seminar Pembinaan Bidang Media Bagi Jemaat "Literatur dan Gereja di Era Globalisasi"
Penyelenggara: Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT), 2003
Halaman: 12 -- 15
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar