Sabtu, 01 Oktober 2011

 Yes 5:1-7; Flp 4:6-9; Mat 21:33-43

" Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita"

Pada masa Orde Baru jika ada tokoh masyarakat, bangsa atau Negara yang tidak taat kepada orang nomor satu di negeri ini, meskipun orangnya cerdas, beriman dan baik, maka yang bersangkutan akan diusir atau disingkirkan atau `dikeluarkan dari fungsi/jabatannya yang strategis' dalam hidup bermasyarakat , berbangsa dan bernegara. Jika ada orang baik yang mencoba mengganggu atau mempersulit keinginan dan dambaan anggota keluarga orang nomor satu di negeri ini juga disingkirkan dengan berbagai cara. Ada yang dibunuh, ada yang dipenjarakan dan ada yang melarikan diri keluar negeri dst.. Bahkan orang-orang pandai yang bersifat egois alias tidak prihatin dan berpartisipasi membangun dan membenahi kesremawutan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara juga lebih senang bercokol di luar negeri. Cara berpikir atau paradigma orang bersikap mental materialistis atau duniawi memang berlawanan dengan cara berpikir atau paradigma Tuhan. Maka marilah kita renungkan sabda Yesus hari ini.

"Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita." (Mat 21:42)

Yang dimaksudkan dengan `tukang-tukang bangunan' disini tidak lain adalah mereka yang bersikap mental materialistis atau duniawi, yaitu yang gila akan harta benda/uang, pangkat/ keududukan/jabatan dan kehormatan duniawi, seperti orang-orang Farisi yang menjadi tokoh-tokoh bangsa Yahudi pada zaman Yesus. Dengan keserakahan dan kesombongannya mereka merampas hak-hak rakyat dan orang baik, cerdas dan beriman. Mereka menggunakan `aji mumpung' atau kesempatan sesuai dengan selera pribadi dan kewenangan atau kekuasaannya. Pada masa perjuangan kemerdekaan negeri kita mungkin dapat kita kenangkan tokoh Sukarna dan Hatta, yang sempat dibuang oleh penguasa penjajah berkali-kali dan akhirnya menjadi proklamator kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan namanya diabadikan di pintu gerbang negeri ini, nama bandara internasional terbesar di negeri ini, Bandara Sukarna-Hatta Cengkareng-Jakarta.

Mayoritas penumpang pesawat terbang yang melalui Bandara Sukarna-Hatta Cengkareng maupun bandara-bandara lainnya di negeri ini adalah orang-orang penting dan kaya, dengan kata lain menentukan kwalitas hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka kami berharap kepada mereka ini agar setiap kali singgah sejenak atau seraya menunggu keberangkatan pesawat terbang di ruang tunggu Bandara Sukarna-Hatta Cengkareng, untuk mengenangkan cara hidup, cara bertindak, perjuangan dan pengorbanan para proklamator negeri ini. Saya percaya bahwa para proklamator negeri ini sungguh cerdas beriman, hidup, berjuang dan berkorban demi kesejahteraan umum atau bangsa seluruhnya.

Kepada siapapun yang berada `di poros bisnis maupun di poros badan publik' dalam hidup bersama di negeri ini kami harapkan berpihak pada dan bersama mereka yang berada `di poros komunitas', yaitu rakyat. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa anda berada `di poros badan publik' karena dipilih dan didukung oleh rakyat dan ketika berkampanye anda berjanji untuk mensejahterakan rakyat, demikian pula yang berada `di poros bisnis' hendaknya menyadari dan menghayati bahwa keberhasilan bisnis anda tak terlepas dari rakyat, kerja, perjuangan dan keringat rakyat. Jangan ingkari janji dan kebenaran ini: rakyat adalah batu sendi atau penjuru bangunan hidup bersama, hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tentu saja secara konkret kami juga berharap kepada segenap orangtua untuk senantiasa berpihak dan bersama dengan anak-anak yang telah dianugerahkan oleh Tuhan. Bukankah hidup berkeluarga atau sebagai suami-isteri tanpa anak terasa hambar dan kurang bergairah? Bukankah kehadiran anak-anak dalam keluarga anda menggembirakan dan menggairahkan hidup anda berdua? Boroskan waktu dan tenaga anda bagi anak-anak anda sebagai bukti cintakasih anda kepada anak-anak anda, yang telah dianugerahkan Tuhan kepada anda berdua!

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Flp 4:6-8)

Ajakan atau peringatan Paulus kepada umat di Filipi di atas ini hendaknya juga dijadikan ajakan atau peringatan kita semua, umat beriman atau beragama. Pertama-tama kita semua diharapkan tidak kuatir tentang apa pun juga; orang yang mudah kuatir berarti tidak/kurang beriman. Ingatlah dan sadari bahwa jika kita dalam keadaan kuatir atau takut berarti ketahanan tubuh kita dalam keadaan lemah dan dengan demikian mudah terserang oleh aneka jenis virus dan penyakit serta akhirnya jatuh sakit. Marilah kita imani dan hayati bahwa Allah senantiasa menyertai dan mendampingi perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan masing-masing serta kita diharapkan senantiasa bersyukur karena pendampingan atau penyertaanNya. Sebagai ucapan syukur kepada Allah kita diharapkan memikirkan "semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis dan semua kebajikan".

Jika kita senantiasa memikirkan hal-hal di atas berarti kita juga akan melakukan atau menghayatinya, karena apa yang akan kita lakukan atau hayati sangat tergantung dari apa yang sedang kita pikirkan. Cara hidup dan cara bertindak kita tergatung dari apa yang kita pikirkan. Marilah kita melakukan apa yang benar, mulia, adil, suci, manis dan bijaksana kapan pun dan dimana pun, karena apa yang disebut benar, mulia, adil, suci, manis dan bijaksana hemat saya berlaku secara universal atau umum, dimana saja dan kapan saja. Kami berharap nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan tersebut sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari para orangtua.

"Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak;Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya" (Yes 5:5-6), demikian firman Allah melalui nabi Yesaya kepada kita semua, umat beriman atau beragama. Firman ini hemat saya merupakan peringatan bagi kita semua yang tidak melakukan apa yang benar, mulia, adil, suci, manis dan bijaksana. Orang yang tidak menghayati keutamaan-keutamaan tersebut akan menderita dan sengsara, tidak hidup dalam damai dan sejahtera. Mereka akan merasa dirinya ditinggalkan oleh semua orang dan dengan demikian akan merasa kesepian. Maka baiklah firman Allah di atas ini sungguh kita renungkan, sehingga kita tergerak terus menerus untuk melakukan apa yang benar, mulia, adil, suci, manis dan bijaksana.

"Telah Kauambil pohon anggur dari Mesir, telah Kauhalau bangsa-bangsa, lalu Kautanam pohon itu. dijulurkannya ranting-rantingnya sampai ke laut, dan pucuk-pucuknya sampai ke sungai Efrat.: Mengapa Engkau melanda temboknya, sehingga ia dipetik oleh setiap orang yang lewat? Babi hutan menggerogotinya dan binatang-binatang di padang memakannya.Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu" (Mzm 80:9.12-16)


www.askopgideon.com Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar