Jumat, 15 Oktober 2010

Peranan Bahasa dalam Tulisan

PESONA BAHASA KOMUNIKATIF


Ingatkah Sahabat cerita Menara Babel dalam Perjanjian Lama? Kisah
ini menggambarkan betapa kacau-balaunya manusia tanpa bahasa yang
komunikatif. Barangkali, yang minta "batu" diberi "paku", yang minta
"paku" justru diberi "batu". Maka patutlah kita syukuri dan
manfaatkan pesona bahasa yang ada pada kita saat ini. Kita diberi
alat komunikasi yang memungkinkan kita untuk berpikir, merangkai
kata dan memahami sesama. Alangkah baiknya jika kita belajar untuk
memakai anugerah ini secara komunikatif.

Dalamr edisi e-Penulis kali ini, kami mengajak Sahabat Penulis
menggali lebih dalam tentang daya tarik bahasa yang komunikatif
dalam artikel "Peranan Bahasa yang Komunikatif dalam Literatur".
Selain itu, kami juga menyajikan tips "Memilih Kata" bagi Sahabat
Penulis yang rindu bergelut dengan kata-kata. Jangan juga lewatkan
tokoh penulis yang memunyai pengaruh luas dalam bidang penerjemahan,
Eugene A. Nida. Semoga sajian edisi ini menambah wawasan Sahabat
Penulis, selamat membaca!

Pimpinan Redaksi e-Penulis,
Truly Almendo Pasaribu
< uly(at)in-christ.net >
http://pelitaku.sabda.org
http://fb.sabda.org/penulis
______________________________________________________________________

Intisari dari komunikasi adalah
berbicaranya satu hati kepada hati yang lain.
-- Elizabeth Yates --

DAFTAR ISI____________________________________________________________

- Dari Redaksi: Pesona Bahasa Komunikatif
- Daftar Isi
- Artikel: Peranan Bahasa yang Komunikatif dalam Literatur
- Tips: Memilih Kata
- Tokoh Penulis: Pahlawan Penerjemahan Alkitab: Eugene A. Nida
- Pena Maya: Xavier Quentin Pranata's Blog

ARTIKEL ______________________________________________________________

PERANAN BAHASA YANG KOMUNIKATIF DALAM LITERATUR
Diringkas oleh: Truly A. Pasaribu

Bahasa bukanlah kumpulan kata yang diambil secara sembarangan.
Bahasa memiliki daya pukau bila disusun dan ditempatkan pada
kedudukan yang komunikatif. Dia mampu "membakar", "menangis" dan
"bergembira". Bahasa yang komunikatif adalah bahasa yang hidup.

"Pada mulanya adalah Firman. Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah." (Yohanes 1:1) Tuhan berbicara kepada
manusia dengan "Kata" (Firman). Dengan Katalah Dia menjadikan segala
sesuatu di dunia ini. Kata itu sendiri menjadi "daging" (Yohanes
1:14, terjemahan lama) dan berada di antara manusia. Tuhan
menciptakan bahasa yang komunikatif untuk manusia, agar dengan
demikian manusia dapat memahami dengan jelas tujuan Kata itu. Kata
yang tidak bermakna menjadikan bahasa tidak bermakna dan membuat
komunikasi tidak berlangsung dengan efektif.

Pengertian Bahasa

Bahasa bukanlah kumpulan kata yang diambil secara sembarangan.
Bahasa memiliki daya pukau bila disusun dan ditempatkan pada
kedudukan yang komunikatif. Dia mampu "membakar", "menangis", dan
"bergembira". Bahasa yang komunikatif adalah bahasa yang hidup.
Bahasa yang hidup di tengah-tengah masyarakat selalu mengikuti
perkembangan manusia itu sendiri.

Bahasa manusia sangat erat kaitannya dengan konsep-konsep, tingkah
laku, kebudayaan, dan aspirasi masyarakat pemakainya. Betapa pun
kunonya tingkat kebudayaan manusia, bahasa tetap cukup memadai dan
komunikatif bagi kepentingan hidup mereka sehari-hari. Sesungguhnya
bahasa berurusan dengan yang "komunikatif" dan yang "tidak
komunikatif". Bahasa yang sudah tidak dipakai lagi berarti tidak
lagi komunikatif dan ditinggalkan masyarakat pemakainya.

Buku-buku, bahan bacaan maupun literatur yang tidak lagi komunikatif
akan membeku dalam khazanah kebudayaan bangsa pemakainya. Kemajuan
ilmu pengetahuan berjalan seiring dengan kemajuan bahasa. Ilmu
pengetahuan memperkaya perbendaharaan kata-kata baru dan juga
mengauskan kata-kata yang tidak dapat mendukung pengertian dalam
perkembangan ilmu itu. Para penulis yang tidak hidup dengan
perkembangan bahasa akan menciptakan bahan bacaan yang tidak
komunikatif. Dapat dikatakan bahwa bahasa adalah proses yang
terus-menerus memproses pengertian-pengertian yang menjalin
komunikasi secara komunikatif di antara manusia yang hidup.

Apa Komunikasi Itu?

Sejak awal kita berbicara tentang sesuatu yang komunikatif. Apa
sebenarnya bahasa yang komunikatif itu? Drs. Onong Uchjana Effendi
dalam buku Dinamika Komunikasi (1986:3) mengatakan, "Komunikasi
berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada
yang lain. Jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan
orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain
perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif." Di
dalam Leksikon Komunikasi lebih lanjut dikatakan bahwa komunikasi
erat kaitannya dengan makna.

Peranan bahasa menjadi komunikatif berkat adanya makna yang
dikandungnya. Setiap orang yang mengadakan komunikasi terpaut dengan
konvensi. Aturan-aturan yang telah disepakati secara bersama oleh
masyarakat pemakainya, lambang-lambang, dan tanda-tanda yang
mendukung sesuatu pengertian. Bila proses itu berlangsung di antara
dua atau tiga orang, maka terciptalah suatu suasana komunikatif. Dan
peranan bahasa yang komunikatif ini sangat penting dalam proses itu.

Pilihan Kata Dalam Lingkup Komunikasi

Sadar atau tidak sadar, dalam komunikasi literatur orang memilih
kata. Demikianlah pengarang berkomunikasi dalam tulisan melalui
pilihan kata yang tepat. Apakah unsur-unsur yang perlu diperhatikan
dalam konteks komunikasi ini? Pilihan kata agar komunikasi menjadi
komunikatif?

Di bawah ini ada beberapa pandangan yang perlu diperhatikan,
unsur-unsur yang harus ada. Marwoto (1985:117-127) menyebutkan
sebagai berikut.

1. Situasi

Unsur ini menyangkut jenis masalah yang hendak disajikan.
Seorang penulis berhadapan dengan pelbagai jenis masyarakat yang
memiliki jati diri sendiri. Dia harus mengetahui keadaan
masyarakat yang ditujunya dan bagaimana kebiasaan mereka
berbicara dan masalah apa yang sering menjadi pokok pemikiran
bagi mereka. Apakah tulisan yang disajikan itu untuk kelompok
orang muda, orang tua, ataukah untuk anak-anak. Apakah tulisan
itu ditujukan kepada golongan tertentu, untuk kelompok awam
ataukah untuk kelompok yang profesional, dan lain-lain.

2. Makna

Pilihan kata itu bermakna leksikal (menurut kamus) ataukah
bermakna gramatikal (menurut tata bahasa) yang bersifat umum,
tepat, dan saksama. Yang dimaksud di sini dengan kata tepat ialah
sesuai dengan sintaksis, sedangkan kata saksama ialah yang sesuai
dan benar dengan yang hendak dikatakan. Karena diksi inilah
seorang pengarang harus memahami masyarakat yang ditujunya.
Eugene A. Nida dalam bukunya "God's Word" (1952:25) mengatakan
bahwa "kata-kata untuk kehidupan yang religius haruslah berakar
pada pengalaman hidup setiap hari orang yang merasakan kehidupan
religius itulah kehidupan, bukan hanya sekadar teori yang rapi
yang terpencil dari bagian kehidupan itu sendiri."

Itulah sebabnya rasul Paulus berbicara mengenai bahasa yang hidup
dalam surat yang ditulisnya kepada jemaat di Korintus (13:1) yang
mengatakan betapa sia-sianya bahasa itu apabila tidak hidup dalam
kehidupan itu sendiri, atau menjadi kehidupan itu. "Sekalipun aku
berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat,
tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang
berkumandang dan canang yang gemerincing."

Penggunaan Kata Secara Efektif

Tulisan yang efektif adalah tulisan yang tepat guna. Penulis
menimbang kata yang digunakannya sesuai dengan kodratnya dan
memadukannya secara ekspresif. Penulis yang malas akan menggunakan
kata-kata klise dengan harapan pembacanya akan langsung mengerti. Dia
mengira bahwa kata-kata yang sudah lazim didengar dan diketahui oleh
masyarakat akan segera memikat perhatian pembacanya dan pemahaman
pun segera diperoleh. Penulis yang malas akan menghasilkan tulisan
yang "malas" pula, alias tidak komunikatif sama sekali. Penulis
harus setiap hari bergumul dengan kata-kata dan memilih kata
spesifik yang mampu memberi warna dalam tulisannya.

Seorang penulis harus jujur kepada dirinya sendiri. Dia mencari
ungkapan-ungkapan yang otentik dengan kata yang bervariasi, bukan
dengan kata-kata klise yang berbunga-bunga. Ini juga mengandung arti
bahwa penulis harus memiliki kata-kata sendiri, yang khas dengan
dirinya dalam berekspresi, sehingga kata-katanya menjadi kuat.
"Alangkah kokohnya kata-kata yang jujur." (Ayub 6:25)

Penerapan Kata yang Efektif dalam Tulisan

Sekarang tibalah kita kepada masalah penerapan kata dalam tulisan
yang efektif. Keefektifan itu berasal dari pikiran kita sendiri.
Dari pikiran yang bening keluarlah buah pikiran yang bening. Dari
pikiran yang tertib akan lahir tulisan yang efektif. Dari mana kita
memperoleh pikiran yang bening? Pada umumnya pikiran yang bening
diperoleh sebagai hasil penelitian dan pandangan yang cermat atas
dunia sekeliling kita.

Hanya orang yang cermat dapat melukiskan sesuatu dengan tepat. Orang
yang cermat akan memandang sekitarnya dengan penuh perhatian, dia
akan membaui sesuatu sebelum dia melukiskan keharumannya. Dia akan
merekam warna, suara, rasa, selera dalam benaknya, dan kemudian
mengolahnya dalam bentuk kalimat. Ada sesuatu yang sedang berproses
dalam benaknya, proses yang mendalam dan terhayati atas lingkungan
yang dapat diekspresikannya dengan rasa dalam bentuk tulisan yang
cocok untuk itu.

Bahasa yang komunikatif sangat erat kaitannya dengan proses yang
berlangsung dalam benak kita. Penulis buku "An Introduction to
Christian Writing", Ethel Herr (1983:41-48) memberi semacam diagram
kepada kita di bawah ini. Diagram itu terbagi atas dua fase sebagai
berikut.

Fase I

Langkah 1: Pancaindera dan pikiran melihat sebuah ide atau sinar ide
atau katakanlah percikan ide.
Langkah 2: Imajinasi mengawetkan dan membentuk ide itu.
Langkah 3: Pena mengongkretkannya dalam "kata-kata".

Fase II

Langkah 1: Pancaindera dan pikiran membaca "kata-kata" itu.
Langkah 2: Imajinasi mengkreasikan kembali serta mengevaluasi ide
penulis.
Langkah 3: Seluruh pribadi merespons dalam gaya hidup.
Langkah 4: Mulut atau pena membagikan ide itu kepada orang lain
dalam bentuk "kata-kata".

Fase-fase ini memberikan gambaran kepada kita bahwa sesuatu yang
hendak dikomunikasikan sudah harus lebih dahulu mengalami proses di
dalam benak kita. Wujudnya yang imajiner dijelmakan dalam
"kata-kata". Kalau yang imajiner ini sudah komunikatif dalam diri
penulis, maka dia pun akan mampu mengungkapkannya dalam bentuk suatu
ekspresi, melalui artikel, cerita, atau buku yang bersifat umum.
Oleh karena itu, penulis harus menguasai kata. Kata dan ide yang
bulat! Dan penulis yang baik "rakus" akan kata-kata; dia tidak akan
puas dengan makna leksikal belaka. Dia akan menyesuaikan kata dengan
kodratnya, dalam hubungan yang komunikatif di tengah-tengah
masyarakat pemakainya. Bahkan, penulis yang kreatif "sakit" akan
kata-kata. Kata-kata sendiri memunyai fungsi sebagai berikut.

1. Kata yang memengaruhi orang dan yang membuat mereka:
a. berpikir atau mengubah pikiran mereka,
b. memperoleh emosi yang kuat,
c. mengembangkan tabiat dan sikap,
d. bertindak, dan
e. membagikan pikiran mereka kepada orang lain.

2. Kata-kata melambangkan ide-ide.
Kata-katalah yang membalut konsep agar pikiran kita segar dan
jiwa sosial kita mendorong kita berbagi rasa dengan orang lain.
Jika kita memilih kata-kata dengan miskin, maka komunikasi
menjadi rusak. Memilih kata-kata yang tepat itu memang amat
penting

3. Pemilihan kata dengan tepat membuat tulisan menjadi:
a. jernih sehingga pembaca tidak perlu menebak-nebak apa yang
dimaksud,
b. tepat agar pembaca dapat percaya, dan
c. terang agar pembaca ikut hanyut dan menikmati karya yang
disuguhkan, ikut mengalami apa yang dialami pengarang atau
penulisnya, turut mengambil bagian dan menyimpulkan sesuai
dengan apa yang dikehendaki penulisnya.

Apa yang Dikatakan Alkitab

Di dalam Alkitab banyak dibicarakan tentang kata. Kata begitu
penting dalam konteks Alkitab sebagaimana telah disinggung dalam
bagian lain tulisan ini. Alkitab berbicara dan mengemukakan kata
kepada semua golongan masyarakat. Ada kata-kata yang bersifat
sastra, ada kata-kata yang amat sederhana yang digunakan rakyat
jelata, ada kata untuk golongan menengah, ada kata untuk anak-anak.
Semua lapisan masyarakat dibicarakan dalam Alkitab, semuanya dengan
kata. Puncak dari semua kata terdapat dalam Alkitab, karena Kata itu
telah menjadi "daging" dan hidup di antara manusia. Sekarang
tergantung pada manusia itu sendiri bagaimana dia mengomunikasikan
pengabaran itu sesuai dengan kondisi masyarakat pemakai bahasa yang
beragam dan majemuk. Bahasa yang tidak cocok untuk satu masyarakat
mungkin cocok untuk masyarakat lainnya. Bahasa yang sederhana
umumnya komunikatif bagi semua golongan masyarakat. Semakin tinggi
ilmu seseorang, semakin sederhana bahasanya dan semakin komunikatif
pembicaraannya.

Alkitab menggambarkan "firman" atau kata-kata itu bagaikan pelita
yang menerangi jalan (Mazmur 119:105). Siapa yang tidak mengenal
"pelita"? Kata dikatakan bagaikan pelita, dan segeralah terbayang di
dalam benak pembaca lampu yang menerangi jalan yang gelap.
Komunikatif, bukan? Di bagian lain dikatakan bahwa "perkataan yang
diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di
pinggan perak." (Amsal 25:11) Sungguh indah, bukan? "Perkataanku
menetes laksana embun, laksana hujan renai ke atas tunas muda, dan
laksana dirus hujan ke atas tumbuh-tumbuhan." (Ulangan 32:2) "Aku
akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam
hati mereka." (Ibrani 8:10)

Nah, pertanyaan yang perlu kita pikirkan adalah: Mana yang lebih
komunikatif? Siapakah Anda? Apa pekabaran Anda? Bagaimana cara
menyampaikannya?

Diringkas dari:
Judul artikel: Peranan Bahasa yang Komunikatif dalam Literatur
Nama buku: Visi Pelayanan Literatur
Penulis: Drs. Wilson Nadeak
Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 1989
Halaman: 33 -- 49

TIPS _________________________________________________________________

MEMILIH KATA DENGAN CERMAT
Diringkas oleh: Truly A. Pasaribu

Seorang tukang kayu menggunakan serutan, pahat, dan gergaji untuk
membuat sebuah perabot rumah. Seorang penulis menggunakan
kata-kata, kalimat, dan alinea-alinea untuk membuat sebuah
artikel atau cerita. Kemampuan menggunakan alat-alatlah yang
membedakan hasil karya hebat dan hasil karya biasa.

Setiap penulis harus belajar menggunakan kata-kata secara tepat. Dia
perlu peka dengan pilihan katanya. Dengan demikian dia seyogianya
mencermati beberapa kelompok kata berikut ini.

1. Kata-Kata yang Usang

Setiap kali Anda tergoda untuk memakai kata-kata usang, cobalah
cari kata lain yang memunyai makna yang mirip. Seorang penulis
menganggap sebuah buku menarik jika buku itu memang menimbulkan
gairah, menggerakkan semangat, berisi informasi, memesona,
mengasyikkan, baru, atau aneh. Dia dapat menyatakan seorang gadis
menarik dengan menuliskan bahwa gadis itu pintar, luwes,
memesona, sigap, atau berbakat. Banyak kata penuh warna yang
dapat digunakan penulis untuk menyatakan seorang anak manis,
seorang ibu jelita, atau sebuah rumah indah. Kemampuan menulisnya
akan meningkat kalau ia menggunakan kata-kata yang banyak
menyajikan citra bagi pembacanya.

2. Kata-Kata yang Tidak Perlu

Penulis perlu menahan diri untuk menulis banyak kata, jika satu
atau dua kata saja sudah cukup. Contohnya, "Menurut
pembicara,...." adalah lebih baik daripada "Pembicara beropini
bahwa...." Seorang penulis yang baik tidak kenal ampun dalam
memangkas kata-kata kosong yang tidak perlu, usang, dan
melelahkan. Setiap kata memiliki tugas masing-masing. Seorang
penulis hendaknya memastikan apakah tiap kata telah melaksanakan
tugas masing-masing secara efisien dan jelas.

3. Kata-Kata Bombastis

Kata-kata bombastis sering kali tidak tepat digunakan. Mereka
seperti pakaian yang kedodoran. Beberapa penulis menggunakan
kata-kata bombastis untuk mengesankan pembacanya atau menutupi
ketidakmampuannya. Semakin berpengalaman seorang penulis, semakin
ia sadar betapa pentingnya menyatakan satu ide dalam kata-kata
yang dimengerti dan ringkas.

K.E. Eapen, kepala Departemen Jurnalisme di Hislop College,
Nagpur, India, di hadapan delegasi peserta Seminar Penulis
Kristen Internasional berkata: "Tidak ada hukum yang mengatakan
bahwa Anda harus menggunakan kata-kata bombastis ketika menulis
atau berbicara. Banyak kata-kata sederhana dan yang bagus yang
dapat digunakan untuk menyatakan semua yang ingin Anda katakan
sama baiknya dengan kata-kata bombastis. Barangkali
diperlukan waktu sedikit lebih banyak untuk menemukan kata-kata
sederhana itu, tetapi ini dapat berarti banyak, karena kita semua
mengenal kata-kata sederhana itu."

"Kata-kata sederhana bergerak lincah sementara kata-kata
bombastis berdiri kaku, atau lebih jelek lagi, menghalangi apa
yang ingin Anda katakan. Tidak benar bahwa kata-kata sederhana
itu tidak bisa mengatakan sesuatu dengan baik."

4. Kata Kerja adalah Kata Kunci

Kalau kata-kata kerja dipilih secara baik, mereka akan
menimbulkan gerak dalam penulisan. Mereka memberi semangat dan
kehidupan bagi kalimat-kalimat, menjadi titik tengah yang
dilingkari oleh kata-kata lainnya.

Alkitab adalah buku yang paling baik untuk diajak konsultasi
dalam latihan menggunakan kata kerja. Pada drama ilahi ini,
kata-kata kerja menyatakan kasih dan kekuasaan Allah. Kata kerja
aktif menyatakan seperti apa Allah itu. Ia mencipta dan
menghancurkan. Ia mengutus, berucap, mengasihi, menyelamatkan,
dan memaafkan. Ia mengadili, memuliakan, dan melihat ke bawah. Ia
melihat, memanggil, mengajari, menenteramkan, menjanjikan,
membuat perjanjian, memenuhi janji, Ia menerangkan, berkehendak,
bekerja, dan tidak berubah.

Dengarlah irama dan alunan kata-kata dalam Mazmur dan lihat
bagaimana kata kerja memberi arti kepada sesuatu yang abstrak.

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala
memberitakan pekerjaan tangan-Nya. Hari meneruskan berita itu
kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada
malam." (Mazmur 19:2-3)

Seorang peserta lokakarya di Green Lake mengungkapkan perasaannya
tentang pentingnya kata-kata:

"Bagiku kata-kata dapat mengubah dunia. Kata-kata lebih berharga
daripada emas atau berlian apabila digunakan secara disiplin dan
baik. Buku-buku yang selama ini ditulis dengan bimbingan Roh
Kudus, akan bertahan selamanya. Alkitab telah membuktikan itu
selama berabad-abad."

Diringkas dari:
Judul artikel terjemahan: Kata-Kata Adalah Alat
Judul buku: Menjadi Penulis: Membina Jemaat yang Menulis
Judul asli buku: Write the Vision
Penulis: Marion van Horne
Penerbit: PT BPK Gunung Mulia, Jakarta
Halaman: 7 -- 10

TOKOH PENULIS_________________________________________________________

PAHLAWAN PENERJEMAHAN ALKITAB: EUGENE A. NIDA
Diringkas oleh: Truly A. Pasaribu

Eugene A. Nida merupakan salah satu orang yang berjasa dalam
revolusi penerjemahan Alkitab. Nida lahir pada 11 November 1914 di
Oklahoma City, Oklahoma, AS. Dia dan keluarganya pindah ke Long
Beach, California ketika dia berumur lima tahun. Dia mulai
mempelajari bahasa Latin di bangku SMA dan rindu menjadi misionaris
dalam bidang penerjemahan Alkitab.

Dia semakin dekat dengan impiannya ketika dia meraih gelar sarjana
dalam bidang bahasa Yunani pada tahun 1963 dari Universitas
California di Los Angeles dengan predikat "summa cum laude". Setelah
itu, dia melanjutkan pendidikannya ke Summer Institute of
Linguistics (SIL). Nida kemudian meraih gelar doktoral dalam bidang
Perjanjian Baru berbahasa Yunani dari Universitas California
Selatan. Pada tahun 1943, dia menyelesaikan studinya dan mendapatkan
gelar Ph.D. dalam bidang ilmu bahasa di Universitas Michigan.

Tahun 1943 merupakan masa-masa sibuk bagi Eugene Nida. Dia menikahi
Althea Sprague dan bekerja di American Bible Society (ABS) sebagai
ahli bahasa. Nida akhirnya menjadi wakil sekretaris untuk divisi
Versi Alkitab, dan kemudian menjadi sekretaris eksekutif untuk
divisi Penerjemahan Alkitab sampai dia pensiun pada awal tahun 1980-an.

Sesaat setelah bekerja di ABS, Nida langsung dikirim untuk mengikuti
serangkaian misi di Afrika dan Amerika Latin. Dia bekerja dengan
para misionaris-penerjemah untuk memecahkan masalah kebahasaan dan
mencari penerjemah lokal. Saat itu, dia menyadari bahwa dia tidak
hanya perlu memeriksa terjemahan, tetapi dia juga perlu mendidik
para penerjemah untuk meningkatkan efektivitas penerjemahan mereka.
Kemudian, dia berkunjung ke berbagai daerah, menyusun lokakarya
pelatihan, serta membangun jaringan penerjemahan dan struktur
organisasi yang akhirnya mendunia: United Bible Societies
Translations Program yang tiada henti-hentinya bekerja dengan
ratusan bahasa daerah di seluruh dunia.

Nida ingin menciptakan suatu teori yang dapat mengomunikasikan Injil
dengan lebih efektif dan menghapuskan segala macam hambatan budaya
dan masalah kebahasaan. Kemudian, dia menulis "Toward a Science of
Translating" (Menuju ke Ilmu Penerjemahan) (Brill, 1964) dan "The
Theory and Practice of Translation" (Teori dan Praktek Penerjemahan)
(Brill, 1969, dengan C.R. Taber). Dua buku yang berpengaruh tersebut
menguraikan teorinya yang dia sebut sebagai "penerjemahan padanan
dinamis yang tidak mengubah makna", yang kemudian disebut
Kesepadanan Fungsional. Teori Nida membantu penerjemah menangkap
makna dan nada yang diusung oleh bahasa sumber tanpa harus terikat
dengan struktur bahasanya. Teorinya ini sangat penting,
revolusioner, dan meyakinkan. Buktinya, ratusan naskah dapat
diterjemahkan dengan efektif karena menerapkan teori tersebut.

Bersama Jan de Waard Nida menulis buku "From One Language to
Another" (Dari Satu Bahasa ke Bahasa Lain) (Nelson, 1986) yang
berisi penjelasan tambahan mengenai teori Kesepadanan Fungsional.
Selain itu, Nida juga meluncurkan berbagai macam buku dan artikel
tentang subjek-subjek penting, seperti penafsiran, semantik,
struktur wacana, serta analisa semantik lengkap tentang
perbendaharaan kata dalam Perjanjian Baru berbahasa Yunani. Nida dan
Louw juga menerbitkan sebuah kamus leksikon bahasa Yunani-Inggris
untuk Perjanjian Baru berdasar pada aspek semantiknya: "The Greek-
English Lexicon of the New Testament based on Semantic Domains"
(UBS, 1988).

Nida dalam karyanya di bidang penerjemahan bahasa daerah menunjukkan
bahwa penerjemah perlu mengutamakan aspek kejelasan komunikasi
dengan menggunakan bahasa dan gaya bahasa yang mudah dipahami untuk
menjangkau orang-orang yang sama sekali belum pernah mengenal Injil.
[Dengan didasari oleh hal itu], maka perjanjian Baru berbahasa
Spanyol yang disebut sebagai Versi Populer diterbitkan pada tahun
1966 di bawah kepemimpinan William Wonderly. Pada waktu hampir
bersamaan, Alkitab Today's English Version (TEV) diterbitkan di
bawah kepemimpinan Robert G. Bratcher, seorang rekan Nida. Versi
[Perjanjian Baru] itu merupakan karya yang sangat sukses. Lusinan
juta salinannya terjual bahkan sebelum [keseluruhan Alkitab selesai
diterjemahkan dan] diterbitkan pada tahun 1976.

Kesuksesan tersebut membuat banyak gereja mengakui efektivitas teori
Kesepadanan Fungsional dalam mengomunikasikan isi Alkitab dengan
jelas. Pada tahun 1986, United Bible Societies (UBS) dan Vatikan
bekerja sama untuk menerapkan prinsip-prinsip Kesepadanan Fungsional
dalam ratusan proyek penerjemahan Alkitab yang sedang dikerjakan.

Eugene A. Nida merupakan seorang pelajar, guru, pemimpin, tokoh
berpengaruh, penyusun konsep, inovator, dan penyusun teori yang
berpengaruh. Dia juga merupakan tokoh yang tiada duanya, baik dalam
sejarah perkembangan UBS maupun dalam hal dampak di seluruh dunia.
Karya, organisasi, dan gagasannya menentukan arah perkembangan dan
penerjemahan Alkitab. Terima kasih untuknya; dunia penerjemahan
Alkitab dan penelitian penerjemahan telah diperkaya dan ditantang
menjadi sebuah bidang studi dan wacana yang menarik untuk digeluti.

Diringkas dari:
Nama situs: Bio Kristi
Judul artikel terjemahan: Biografi Singkat Eugene A. Nida
Alamat URL: http://biokristi.sabda.org/biografi_singkat_eugene_a_nida

Diterjemahkan dari:
Judul asli artikel: Brief Biography of Eugene Nida
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerjemah: Dian Pradana
Nama situs: Eugene A. Nida Institute for Biblical Scholarship
Alamat URL: http://www.nidainstitute.org/

PENA MAYA_____________________________________________________________

XAVIER QUENTIN PRANATA'S BLOG

Setiap orang membutuhkan penyegaran dalam kesehariannya. Bermula
dari menulis buku, Xavier Quentin Pranata, seorang jurnalis yang
turut merintis berdirinya majalah BAHANA dan lulusan STTII ini
memiliki kerinduan untuk membagikan pengalaman pribadinya dengan
Tuhan kepada para pembaca di dunia maya, yang dijabarkan dalam
bentuk cerita, puisi, maupun ulasan buku karangannya.

Dalam situs ini, Anda akan menemukan kisah-kisah inspirasi,
motivasi, renungan, kata-kata mutiara, dan humor segar yang dapat
membangkitkan semangat. Kelebihan dari situs ini ialah isi situs
yang sering diperbarui rata-rata lima postingan setiap kalinya.
Dalam situs ini tersedia kotak pencarian dan peta situs (sitemap)
yang memudahkan pengunjung untuk dapat mencari artikel sesuai dengan
topik yang diinginkan. Bagi para pembaca yang gemar mengoleksi
karya-karya Xavier Quentin Pranata dapat mengikuti perkembangan
terbaru di bagian Rilis Terbaru (New Release). Melalui situs ini,
Anda juga dapat menghubungi penulis melalui email, shoutbox, maupun
dengan mengirimkan komentar. (DIY)

==> http://xavier.web.id

Diambil dari:
Nama situs: SABDA.org
Alamat URL: http://sabda.org/publikasi/icw/1146/
______________________________________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar