Jumat, 08 Oktober 2010

Masalah-Masalah Pemuda Kristen

MASALAH YANG DIHADAPI PEMUDA MASA KINI
Diringkas oleh: Sri Setyawati

Saat pemuda dan orang dewasa bekerja bersama-sama di hadapan
Allah, mereka akan menjadi sesuai apa yang Allah inginkan.
Tidak ada yang lebih menantang dibanding kehidupan orang muda.
Masa depan mereka terbuka dan batas-batas yang ada lebih luas.

Salomo menasihatkan, "Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu ..."
(Pengkhotbah 12:1).

Allah sangat memerhatikan pertumbuhan rohani pemuda. Pertumbuhan
mereka menjadi perhatian dan kepentingan utama sehingga teguran ini
disampaikan. Teguran ini semula ditujukan bagi mereka yang masih
muda dan dialamatkan bagi mereka. Ada tujuh fakta yang harus kita
sadari terlebih dahulu.

1. Pemuda itu termasuk orang yang Tuhan perhatikan.
2. Ada banyak masalah yang harus dihadapi pemuda di dunia ini.
3. Mereka akan menjadi tua seiring berjalannya waktu.
4. Pemuda zaman sekarang bukanlah orang yang pertama kali dan juga
bukan satu-satunya orang yang menghadapi masalah.
5. Pemuda bukanlah orang yang lebih remeh atau lebih unggul
dibanding orang dewasa.
6. Ada banyak masalah yang tidak bisa diatasi anak muda karena
mereka belum saatnya menghadapi masalah itu.
7. Ada banyak masalah yang bisa diatasi anak muda. Akan tetapi,
jika masalah-masalah tersebut tidak diatasi sekarang, masalah itu
bisa berkembang semakin besar.

Orang dewasa dan anak muda jelas tidak sama. Pemuda tidak memiliki
respons, kesempatan, ataupun kecakapan yang sama. Pemuda tidak bisa
langsung menjadi dewasa dan orang dewasa tidak bisa menjadi muda
lagi. Orang dewasa memiliki masalah yang tidak bisa diselesaikan
pemuda, demikian juga sebaliknya. Masalah itu tidak lebih berat
ataupun lebih ringan dibanding masalah lainnya.

Ada perbedaan besar antara orang dewasa dan pemuda yang harus kita
ingat. Orang dewasa sudah pernah menjadi pemuda, tapi pemuda belum
pernah menjadi orang dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa memiliki
kelebihan dalam melihat dan mengalami kedua masa itu. Kadang para
pemuda lupa akan hal ini.

Ada masalah-masalah kepemimpinan, tuntunan, pengendalian, dan tugas
yang berkenaan dengan orang dewasa yang belum diperhadapkan pada
pemuda. Bahkan, pemuda mungkin juga dibebani oleh masalah-masalah
yang melebihi kendali mereka. Inilah hidup. Hal ini pun terjadi pada
orang dewasa.

Persiapan

Pemuda menghadapi masalah persiapan. Masa muda adalah masa untuk
mempersiapkan kehidupan yang akan datang. Sebenarnya, seumur hidup
merupakan masa untuk mempersiapkan kekekalan. Khususnya pada masa
muda, inilah saatnya untuk menetapkan standar.

Banyak pemuda yang membuat batas tertinggi selagi muda yang tidak
bisa mereka capai saat mereka menjadi dewasa. Mereka harus
dipersiapkan secara sosial, mental, fisik, dan -- lebih penting lagi
-- secara rohani. Jika persiapannya kurang apalagi mengabaikan sisi
rohani, ini akan sangat mengerikan.

Masa muda adalah masa untuk belajar, meskipun tidak dikhususkan
untuk pemuda. Tidak satu pun orang terpelajar yang tidak dikenalkan
dengan Alkitab.

Saat seseorang menjadi dewasa dia dipaksa masuk ke dalam hidup yang
menuntut kesiapan. Jika para pemuda tidak dipersiapkan dengan baik,
mereka akan mengalami banyak masalah.

Sebelum dibebani dengan tugas dan tanggung jawab orang dewasa, anak
muda memanfaatkan kesempatan untuk mempersiapkan dirinya dalam
banyak hal. Nasihat kita untuk anak muda adalah, "Jangan sia-siakan
kesempatan."

Terlalu Dini

Pemuda sering kali terlalu terburu-buru dalam hidup. Pemuda ingin
menjadi lebih dewasa dari dirinya yang sebenarnya. Anak muda tidak
sabar untuk "tumbuh". Proses pendewasaan tidak dapat dipaksakan
atau hal itu akan menjadi sebuah bumerang. Pertumbuhan dan
perkembangan pasti membutuhkan waktu.

Setiap masa dalam hidup memunyai kelebihannya sendiri-sendiri.
Pemuda harus memberikan yang terbaik saat masih muda dan menuai
hasilnya kelak. Kegagalan pada masa muda akan mengakibatkan masa
tuanya tidak menyenangkan.

Pemuda bukan orang yang setengah dewasa. Mereka benar-benar orang
yang masih muda. Kita harus membiarkan mereka menikmati masa muda
mereka seutuhnya tanpa berusaha membuat mereka menjadi orang yang
setengah dewasa.

Kita sering melihat anak berusia 10 atau 12 tahun berdandan seolah
mereka berusia 25 tahun, remaja menggunakan waktunya seolah mereka
sudah dewasa. Banyak di antara mereka yang memiliki kebebasan dan
kurang pengawasan yang justru hanya menuntun mereka pada kehancuran.

Tidak heran beberapa dari mereka menjadi frustrasi dan mengalami
kepenatan yang luar biasa sebelum mereka memasuki masa dewasa. Kita
dapat memahami mengapa beberapa pemuda menjadi begitu cepat bosan
dengan hidup mereka -- karena mereka dipaksa menjalani hidup seperti
orang dewasa sebelum waktunya.

Tekanan Teman Sebaya

Pemuda pasti menghadapi masalah tekanan sosial yang disebut tekanan
teman sebaya. Ada tekanan besar yang harus dihadapi atas apa yang
dilakukan orang-orang di sekitar mereka. Semua orang -- tua maupun
muda -- tidak bisa melawan tekanan agar bisa diterima dan disukai
orang lain. Ini adalah masalah yang seumur hidup, pemuda harus
belajar mengatasinya sejak dini.

Pemuda harus belajar menjadi diri sendiri dan tidak meniru orang
lain. Mereka perlu belajar berpikir sendiri dan tidak serta-merta
mengikuti jalan hidup orang banyak. Apabila seorang pemuda meniru
orang lain, ia tidak akan pernah menjadi dirinya sendiri.

Tentu saja, semua orang berusaha agar diterima sebagai seorang yang
bermartabat, ramah, berani, adil, baik hati, menyenangkan, dan
sopan. Walaupun demikian, semua orang harus belajar mandiri dan
tidak bergantung pada orang lain untuk berkembang.

Seorang pemuda tidak boleh berkompromi dengan apa yang benar dan
baik di hadapan Allah untuk menyetujui dan hidup sesuai kemauan
seseorang. Bakat pemuda yang harus dikembangkan adalah kemampuan
untuk tetap bertahan sekalipun mereka harus berdiri sendirian. Umat
Allah harus selalu bisa menjadi pribadi yang kuat.

Pemuda perlu menjadikan firman Tuhan sebagai pedoman hidup. Hal yang
paling indah adalah memunyai orangtua yang mengasihi anak mereka dan
mengasihi Tuhan untuk menuntun anak mereka di jalan Tuhan. Jika
Allah tidak diizinkan menjadi penuntun maka orang banyaklah yang
akan menetapkan standar hidup yang justru bisa mencelakakan jiwa
pemuda itu sendiri.

Kemunafikan Orang Dewasa

Pemuda bisa dibingungkan dengan apa yang mereka lihat sebagai
kemunafikan dalam hidup orang dewasa. Seorang yang munafik melakukan
sesuatu untuk dilihat orang lain. Seorang yang munafik mengatakan
yang satu tapi melakukan yang lain.

Anak-anak menganggap apa yang dikatakan dan dilakukan orang dewasa
selalu benar. Tetapi ketika anak muda tumbuh menjadi lebih dewasa,
mereka mulai menyadari bahwa orang dewasa tidak selalu hidup sesuai
dengan apa yang mereka katakan atau apa yang seharusnya. Bahkan
orang-orang yang dipercayai kadang-kadang terbukti sebagai orang
yang sangat mengecewakan dan menyakiti hati mereka.

Respons atas kesiapan ini menyebabkan beberapa pemuda berpikir bahwa
tidak ada satu orang pun yang jujur, peduli, dan berusaha melakukan
apa yang benar. Akan tetapi, respons dan kesimpulan ini salah.
Membuang jauh-jauh semua kebenaran adalah suatu kecerobohan hanya
karena seseorang yang kita percayai tidak hidup sesuai kebenaran.
Itu bukan kesalahan dari kebenaran.

Tidak seorang pun yang sempurna, bahkan orang dewasa sekalipun. Akan
tetapi, tidak semua orang dewasa itu munafik. Tidak setiap orang
yang melakukan kesalahan itu orang yang munafik. Orang dewasa adalah
manusia biasa dan mereka juga menghadapi banyak masalah, cobaan, dan
ancaman yang tidak disadari oleh pemuda.

Hanya Kristus yang sempurna dan hanya Dia patokan untuk mengukur
segala sesuatu. Orangtua sekalipun tidak sempurna. Pengkhotbah dan
tua-tua juga tidak sempurna. Pemuda sendiri pun tidak sempurna. Oleh
karena itu, pemuda harus mengarahkan pandangannya kepada Kristus,
bukan pada manusia.

Masalah Dosa

Pemuda, seperti orang dewasa, menghadapi masalah dosa. Saat
seseorang berbuat dosa, maka dia sedang menjual dirinya kepada
setan. Dosa memisahkan seseorang dari Allah. Seseorang tidak bisa
menjalani hidupnya seperti yang Allah kehendaki bagi hidupnya jika
dia tetap tinggal dalam dosa.

Setiap orang semestinya bertanya, "Apakah aku akan hidup dalam dosa
atau dalam Kristus?" Dalam hal ini setiap orang harus membuat
keputusan pribadi. Kita harus menaati Injil agar bisa sampai kepada
Kristus.

Pemuda zaman ini harus menghadapi masalah dosa zaman ini. Dosa ini
masuk melalui narkoba, minuman beralkohol, godaan amoral,
ketidakjujuran, tidak adanya penghormatan terhadap otoritas, dan
meninggalkan Allah. Walaupun begitu pemuda bisa menghadapi masalah
ini dan mengatasinya jika mereka menyatukan diri dengan Pencipta dan
Hakim mereka.

Mengikuti tren, memberontak terhadap Allah, menelan mentah-mentah
apa saja yang dikatakan oleh dunia mungkin terdengar menyenangkan,
menantang emosi, dan keren, tetapi hidup yang baik hanya bisa
dicapai dengan memiliki kehidupan yang baik seperti yang dikehendaki
oleh Allah.

Solusi

Sama seperti masalah-masalah hidup lainnya, masalah zaman sekarang
dapat dihadapi jika ada dasar dan petunjuk rohani yang kuat dan
alkitabiah. "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya
bersih?" Yakni dengan menjaganya sesuai dengan firman Allah.

Pemuda tidak perlu putus asa atau takut. Hidup dalam Kristus adalah
hidup yang luar biasa, penuh dengan tujuan dan makna, berkat, dan
keuntungan, dan tiap hari menjadi berarti dan produktif.
Masalah-masalah adalah tantangan dan ujian. Masalah-masalah dapat
menjadi batu pijakan, bukan batu sandungan.

Saat pemuda dan orang dewasa bekerja bersama-sama di hadapan Allah,
mereka akan menjadi sesuai apa yang Allah inginkan. Tidak ada yang
lebih menantang dibanding kehidupan orang muda. Masa depan mereka
terbuka dan batas-batas yang ada lebih luas. Semoga Allah menolong
kita dan para pemuda di mana pun berada untuk mengalahkan iblis dan
membawa kemuliaan Allah dalam hidup. (t/Setya)

Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul artikel asli: Today's Youth Facing Today's Problems
Penulis: James W. Boyd
Nama situs: A Burning Fire
Alamat URL: http://www.aburningfire.net/home/Problems.htm
Tanggal akses: 30 Agustus 2010

CAKRAWALA (2) ________________________________________________________

MEMILIH PASANGAN HIDUP

Dalam memilih pasangan hidup, ada dua hal yang harus diperhatikan,
yaitu proses pemilihan dan prinsip kesepadanan. Proses alamiah
dalam memilih pasangan hidup melibatkan penginderaan, rasa
ketertarikan, dan pendekatan, sementara prinsip kesepadanan yang
harus dipegang adalah seiman kepada Yesus, kedewasaan berpikir,
latar belakang budaya, ekonomi/status sosial, dan usia.

Ketika seseorang memasuki masa muda dan meninggalkan usia remaja,
dia akan menghadapi banyak permasalahan. Salah satunya adalah
masalah memilih pasangan hidup.

Sejalan dengan kedudukan pernikahan yang sentral, maka pemilihan
pasangan hidup menjadi sangat menentukan dalam proses kehidupan
manusia, karena bertumbuh-kembangnya suatu keluarga mulai ditentukan
oleh pemilihan pasangan hidup.

Proses Pemilihan

Proses pemilihan pasangan hidup berarti penelusuran langkah-langkah
kegiatan yang ditempuh manusia untuk menemukan dan menentukan
pilihan atas seseorang yang sepadan sebagai pasangan hidup. Dalam
proses pemilihan pasangan hidup, ada beberapa tahapan yang dilalui,
yaitu:

1. Penginderaan

Yaitu pengamatan manusia terhadap lingkungan sekitar dengan
menggunakan indera, dengan tujuan untuk mendapatkan persepsi
tentang lingkungan itu. Salah satu unsur kejiwaan yang turut
menentukan persepsi atas proses pemilihan adalah dorongan untuk
melanjutkan keturunan.

Naluri itulah yang menggerakkan manusia untuk mencari pasangan
hidup. Inilah tingkat awal dari proses pemilihan pasangan hidup
secara bebas. Namun dorongan yang berasal dari bawah ambang
kesadaran tidak berkemampuan memilih yang baik. Kesadaranlah yang
memberikan arah kepada dorongan itu karena kesadaran dapat
membedakan yang baik dan yang buruk.

2. Ketertarikan

Yaitu yang berhubungan dengan penampilan dan dapat dipilah
menjadi ketertarikan naluriah dan ketertarikan rasional.

Ketertarikan naluriah bersifat jasmaniah karena lebih terfokus
pada penampilan fisik yang sehat dari lawan jenis. Ketertarikan
naluriah adalah sesuatu yang wajar mengingat pemilihan pasangan
akan bermuara pada pelanjutan keturunan yang sehat dan
berkualitas untuk mempertahankan dan memperkuat eksistensi
manusia di bumi.

Ketertarikan rasional, yaitu yang berhubungan dengan daya tarik
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan logis.
Pertimbangan-pertimbangan ini berpusat pada kualitas pribadi serta
lebih bersifat psikologis dan dapat dipelajari melalui sikap dan
tingkah laku serta karakter lawan jenis.

3. Pendekatan

Hasil penginderaan dan pilihan berdasarkan ketertarikan hanya
berarti jika disusul dengan langkah-langkah pendekatan, yang
meliputi tahap-tahap:
a. perkenalan sebagai langkah pertama dalam proses dialog dengan
orang yang berkemungkinan menjadi calon pasangan hidup;
b. pertemanan/persahabatan yang dinyatakan dalam bentuk
kebersamaan dalam melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, bahkan
saling menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi dan saling
memerhatikan;
c. pertunangan sebagai kesepakatan bersama antara 2 orang untuk
memasuki pernikahan yang kemudian disetujui oleh keluarga atau
orangtua;
d. pernikahan.

Setelah mencapai tahap pernikahan terjadi pendewasaan yang
meliputi upaya untuk mengembangkan rasa tanggung jawab baik
perorangan maupun bersama-sama.

Prinsip Kesepadanan

Menikah adalah hak asasi seorang manusia. Jikalau seseorang yakin
akan panggilannya atau karena sesuatu hal tidak ingin atau tidak
bisa menikah itu adalah pilihan yang tidak salah. Sebelum menikah,
seseorang harus memastikan apakah pasangannya sudah memenuhi syarat
dan mampu untuk menjadi suami/istri dan orangtua yang baik bagi
anak-anak yang kelak lahir dalam keluarga mereka.

1. Seiman Kepada Yesus Kristus

Dalam buku yang berjudul Tujuh Pilar Pernikahan, Jaliaman
Sinaga mengungkapkan, "Pernikahan yang bahagia didasari oleh
falsafah hidup yang sama. Falsafah hidup yang sama didasari oleh
iman yang sama." Pendapat ini selaras dengan 2 Korintus 6:14,
"Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan
orang-orang yang tak percaya... bagaimanakah terang dapat bersatu
dengan gelap?"

Menikah dengan pasangan yang tidak seiman merupakan pelanggaran
terhadap prinsip-prinsip dasar pernikahan yang ditetapkan Tuhan,
antara lain prinsip kesepadanan. Antara orang beriman dan orang
yang tidak percaya tidak memunyai kesamaan rohani. Tidak mungkin
2 orang yang mencintai dua hal yang bertentangan dapat tetap
merupakan kesatuan yang erat, satu daging.

Memilih pasangan yang bukan orang percaya untuk membangun
pernikahan memiliki konsekuensi negatif bagi orang beriman, yaitu
dapat membahayakan imannya sendiri dan penerusan imannya kepada
anak-anaknya (Maleakhi 2:15).

2. Kedewasaan Berpikir (Intelektualitas)

Komunikasi merupakan salah satu kunci penting dalam pernikahan.
Komunikasi yang baik akan terjalin bila pihak-pihak yang
berkomunikasi memiliki pola pikir dan tingkat pemahaman serta
wawasan yang setara. Kesenjangan pola pikir dan wawasan yang
terlalu besar dapat menimbulkan kemacetan dalam berkomunikasi dan
berpeluang menimbulkan pertentangan karena kesalahpahaman.

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman yang bisa berakibat
pada ketidakharmonisan keluarga, bahkan membuka peluang untuk
terjadinya perceraian maka pasangan yang akan menikah harus
memerhatikan dan mempertimbangkan tingkat perbedaan jenjang
pendidikan dan kemampuan berpikir dari pasangannya.

3. Latar Belakang Budaya

Tradisi budaya seseorang tidak boleh bertolak belakang dengan
tradisi budaya pasangannya karena akan menghambat pembentukan
keluarga yang harmonis secara optimal dan berpotensi menciptakan
konflik keluarga. Misalkan seorang suami berlatar belakang budaya
patrilineal sedangkan istri berlatar belakang budaya matrilineal,
jika tidak ada kesepakatan bersama maka penentuan status kepala
keluarga pasti akan menimbulkan masalah.

4. Ekonomi/Status Sosial

Sekalipun Alkitab mengajarkan untuk tidak membedakan orang
berdasarkan status sosial tetapi tidak jarang dalam kenyataan --
khususnya sehubungan dengan pernikahan -- hal ini tidak dapat
diabaikan begitu saja. Pihak yang berasal dari status sosial yang
dianggap lebih rendah atau golongan ekonomi yang lebih lemah
selalu menjadi pihak yang tertekan. Pasangan suami istri bisa
mengabaikan kesenjangan status dengan penerimaan diri satu dengan
yang lainnya, tetapi seringkali tekanan-tekanan datang dari
anggota keluarga yang lain.

5. Perbedaan Usia

Perbedaan usia antara suami dan istri harus dipertimbangankan.
Secara natur, usia yang lebih tua memiliki potensi untuk lebih
dulu mengalami berbagai gejala kemunduran kesehatan dibanding
yang masih muda. Perbedaan usia yang terlalu jauh tidak akan
terlalu berpengaruh pada usia pernikahan muda (di bawah lima
tahun). Tetapi pada usia pernikahan madya (enam sampai dua puluh
tahun) permasalahan akan mulai muncul dan berpuncak ketika
memasuki usia pernikahan lanjut (dua puluh satu tahun ke atas),
yaitu munculnya banyak masalah yang kompleks.

Alkitab secara eksplisit tidak menentukan siapa yang harus lebih
tua usianya antara suami dan istri, tetapi bagaimanapun juga Adam
diciptakan Tuhan lebih dulu dari Hawa. Sebagai kepala dan
pemegang otoritas tertinggi dalam keluarga, sebaiknya suami
berusia lebih tua dari istri. Tetapi di sisi lain, istri bisa
berusia lebih tua dari suami dengan syarat bahwa otoritas suami
sebagai kepala keluarga harus tetap dihargai dengan penundukan
diri istri.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: GPdI World Today
Penulis: Standly Sampelan
Alamat URL: http://www.gpdibrisbane.org/gwt/?p=887


PEMUDA DAN KARIER

Dalam kehidupan, banyak anak remaja yang bingung mau melanjutkan
sekolah ke mana, yang sudah kuliah pun bingung nantinya akan bekerja
di bidang apa. Di sini diharapkan mereka dapat bergumul menentukan
karier yang harus dia jalani atau profesi yang harus dia tekuni.

Kita harus memiliki konsep yang jelas di manakah tempat kita di
dalam hidup ini. Jikalau kita tidak memiliki pemahaman yang jelas di
manakah tempat kita dalam hidup ini, kita dapat diibaratkan seperti
daun yang tertiup angin. Istilah "tempat" di sini mengacu pada
karunia kita dan jalur karier kita dalam hidup ini. Tidak bisa tidak
jalur karier atau pekerjaan kita itu berpengaruh besar terhadap
tujuan hidup ini. Kalau kita tidak mengetahui jelas apa jalur karier
yang harus kita tempuh, maka akan sukar sekali menetapkan tujuan
hidup kita.

Pencarian dan Penentuan Karier

Tahapan Perkembangan Karier menurut Donald Super

1. Kristalisasi (usia 14 -- 18): pilihan masih samar namun mulai
memikirkan beberapa kemungkinan.

2. Spesifikasi (usia 18 -- 21): beranjak dari beberapa alternatif
yang bersifat umum ke satu pilihan tertentu, namun semua masih
dalam bentuk pertimbangan, belum berupa tindakan konkret.

3. Implementasi (usia 18 -- 25): mengambil keputusan untuk menempuh
jalur karier tertentu, menindaklanjuti keputusan dengan
langkah-langkah konkret.

4. Stabilisasi (usia 21 -- 30): membangun konsep diri yang sesuai
dengan pilihan karier, mulai menancapkan akar pada karier
tersebut, masa pemantapan.

5. Konsolidasi (usia 30 -- 45): mengembangkan karier dan menjadi
bagian dari karier itu.

Kesimpulan

1. Masa keraguan penuh dengan tantangan dan kesempatan. Jika
berhasil, inilah saatnya kita membangun kepercayaan dan jati
diri yang sesungguhnya. Sebaliknya, bila gagal, kita mengalami
frustrasi dan kehilangan kepercayaan diri, jati diri pun tidak
jelas.

2. Masa pertumbuhan iman dihadapkan dengan pilihan untuk melibatkan atau
tidak melibatkan Tuhan dalam proses pencarian dan pemantapan
karier. Jika berhasil, inilah saatnya kita mematangkan iman,
kita bertumbuh dari iman Sinterklas ke iman Salib. Bila gagal,
kita apatis, iman tidak bertumbuh, mengaitkan pemeliharaan Tuhan
hanya dengan berkat kasat mata.

Amsal 3:5-6, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan
janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam
segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: TELAGA.org
Judul transkrip: Pemuda dan Karier (TELAGA No. T143A)
Alamat url: http://www.telaga.org/audio/pemuda_dan_karier

Tidak ada komentar:

Posting Komentar