Jumat, 08 Oktober 2010

Kesempatan kedua

Kesempatan Kedua

Hari itu, Ferry Sutrisno pulang kerja menggunakan sepeda motornya seperti
biasa. Tidak terbersit firasat bahwa dirinya akan mengalami kecelakaan maut
yang dapat merenggut nyawanya. "Saat itu jalan tidak terlalu ramai, pas
saya mau muter balik, tidak tahu dari mana, saya tidak sadar apa yang
terjadi, tiba-tiba ada suatu benda yang menabrak saya dari belakang. Saya
hanya merasakan saya melayang-layang di udara dan saya terjatuh," demikian
Ferry menceritakan kronologis kejadian kecelakaan itu. Karena terlempar
dan membentur aspal dengan keras, Ferry mengalami luka yang sangat parah
bahkan kepala dan tubuhnya berlumuran darah. Dalam keadaan setengah sadar,
Ferry berusaha bangun untuk mencari pertolongan. Namun usahanya sia-sia, ia
terkulai tak berdaya, hingga akhirnya beberapa orang yang mendengar suara
rintihannya datang mendekat. Menit demi menit dilalui Ferry, tapi
pertolongan tidak juga berikan. Beruntung adik ipar dan mertuanya segera
datang dan membawanya ke UGD sebuah rumah sakit, namun disana pertolongan
yang dilakukan terkesan tidak serius. Ketika Ferry merenggang nyawa,
kilasan masa lalunya terus berkelebat dalam pikirannya. Bagaimana ia sering
terlibat dalam perjudian, minuman keras, dan prostitusi. Ia menyadari bahwa
Tuhan begitu baik kepadanya, sudah beberapa kali ia mengalami peristiwa
yang nyaris merenggut nyawanya, namun diselamatkan oleh Tuhan agar ia bisa
bertobat, tapi ia tidak pernah melakukannya. "Saat saya berada di
detik-detik menuju kematian itu, saya merasa itu adalah teguran yang keras
yang Tuhan beri buat saya. Hanya satu kalimat yang bisa saya katakan: Tuhan
ampuni saya, tolong selamatkan saya. Saya benar-benar menyesal, saya
benar-benar merasa bodoh karena saya menghabiskan waktu saya untuk berbuat
dosa.." Karena tidak ditangani dengan baik, pihak keluarga memindahkannya
kerumah sakit lain. Disana terungkap bahwa Ferry mengalami luka parah pada
bagian kepala. Bagian tengkorak kepalanya retak dan harus dibuang sebagian,
jika tidak, tulang tersebut dapat melukai otaknya yang dapat merusak saraf,
bahkan membuatnya mengalami kelumpuhan bahkan kematian. Setelah menjalani
operasi, Ferry dipindahkan ke ruang ICU, namun dokter yang menanganinya
masih belum bisa memastikan keselamatannya. "Dokter mengatakan: Kita
tinggal tunggu berapa lama pak Ferry siuman. Tapi namanya di ruang ICU,
segala kemungkinan itu tetap ada," demikian jelas Felistia, istri Ferry.
Namun berkat pertolongan Tuhan, Ferry siuman. Sekalipun saat menjalani masa
pemulihan Ferry sempat merasa putus asa, namun Felistia dengan setia
mendampingi dan mendoakannya. Suatu hari, seorang teman menjenguknya di
rumah sakit. Orang tersebut memberikan nasihat kepadanya seperti ini,
"Ferry, cepat sembuh ya. Jangan keraskan hati, ampuni semua orang yang
telah bersalah kepada kamu. Lembutkan hatimu agar Tuhan menyembuhkan.
Jangan dipikirin lagi siapa yang bersalah atas kecelakaan itu, tapi
ampuni." Kalimat itu selalu terngiang-ngiang dalam benak Ferry. Akhirnya
ia melepaskan pengampunan, dan harapan akan kesembuhan mulai tumbuh dalam
hatinya. Harapan yang ia dapat dari janji Tuhan bukanlah harapan kosong,
semakin hari kondisinya semakin membaik. Bahkan ia bisa pulih seperti sedia
kala. "Kesembuhan yang saya dapatkan, itu adalah mukjizat yang terbesar
dalam hidup saya. Hingga hari ini, saya bisa mengendarai kendaraan sendiri,
dan beraktifitas tanpa ada gangguan sedikit pun pada diri saya." Ferry
mengakui bahwa dulunya ia sombong dan merasa bisa mengendalikan
kehidupannya, namun kecelakaan itu menyadarkannya bahwa dirinya adalah
manusia yang lemah yang membutuhkan Tuhan. "Tanpa Tuhan, saya tidak
berarti apa-apa. Jadi saya sangat bersyukur pada Tuhan Yesus yang telah
memberikan saya kehidupan baru. Kehidupan kedua bagi saya." (Kisah ini
sudah ditayangkan 29 September 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel.)
Sumber : Ferry Sutrisno /jawaban.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar