Selasa, 12 Oktober 2010

Anak-anak ALLAH

Anak-anak ALLAH

Kejadian 6 : 1-6

6:1. Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi
mereka lahir anak-anak perempuan,
6:2 maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu
cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu,
siapa saja yang disukai mereka.
6:3. Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam
manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh
tahun saja."
6:4. Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu
sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan
perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang
gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.
6:5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala
kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
6:6. maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal
itu memilukan hati-Nya.


Sebagai orang Kristen, kita pasti mengaku sebagai anak-anak ALLAH. Namun
pantaskah kita menyebut diri kita anak-anak ALLAH? Rm. 8:14 mengatakan, "Semua
orang, yang dipimpin Roh ALLAH, adalah anak ALLAH." Jadi orang yang tidak
dipimpin oleh Roh ALLAH pasti bukan anak ALLAH.

Tetapi saat kita membaca kembali Perjanjian Lama, ternyata Kej. 6:1–3 menyebut
"anak-anak ALLAH". Timbul pertanyaan, siapakah anak-anak ALLAH di sini? Apa
dasarnya mereka disebut anak-anak ALLAH? Pada waktu itu, ada dua kelompok besar
manusia, yaitu keturunan Kain dan keturunan Set (anak Adam pengganti Habel yang
telah dibunuh oleh Kain). Keturunan Kain adalah keturunan orang-orang
berprestasi dari sudut pandang manusia, namun ternyata pola hidupnya tidak
sesuai dengan kehendak TUHAN: poligami, balas dendam, dan lain sebagainya (Kej.
4:17–26). Keturunan Kain tidak hidup dalam pimpinan Roh TUHAN. Di pihak lain,
ternyata TUHAN masih menopang keturunan Set dengan menaruh Roh-NYA di dalam diri
mereka (Kej. 6:3). Itulah sebabnya keturunan Set disebut anak-anak ALLAH.
Sayangnya keturunan Set (anak-anak ALLAH) melakukan kawin campur dengan
keturunan Kain (anak Manusia), sehingga mereka mulai hidup dalam keinginan
daging dan perbuatan mereka semata-mata melukai hati TUHAN (Kej. 6:5–6). Oleh
sebab itu Roh TUHAN undur dari kehidupan manusia. Sejak itu tidak ada manusia
yang pantas disebut sebagai anak-anak ALLAH.

Pada zaman anugerah ini, TUHAN membuka kesempatan bagi manusia untuk menjadi
anak-anak ALLAH, melalui hidup dalam pimpinan Roh ALLAH. Roh ALLAH berkenan
kembali untuk diam di dalam diri manusia. Inilah yang dijanjikan TUHAN Yesus,
bahwa lebih berguna bagi orang percaya, jika DIA pergi. Sebab jikalau DIA tidak
pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepada orang percaya, tetapi jikalau DIA
pergi, DIA akan mengutus Roh Kudus kepada orang percaya (Yoh. 16:7).

Kita sungguh beruntung karena kita terpilih untuk bisa hidup dalam pimpinan Roh
Kudus. Oleh sebab itu hendaknya kita tidak mendukakan Roh Kudus yang
dimeteraikan kepada kita. Jangan sampai peristiwa di Kej. 6 terulang lagi:
karena manusia selalu hidup dalam kedagingan dan tidak mau hidup dalam pimpinan
Roh Kudus, maka Roh ALLAH undur darinya. Inilah yang disebut sebagai "menghujat
Roh Kudus". Menghujat Roh Kudus berarti menolak karya Roh Kudus yang menuntun
orang Kristen untuk hidup sebagai anak-anak ALLAH. Bila kesempatan ini tidak
dihargai, maka tidak akan ada lagi kesempatan kedua.


Sediakan diri kita untuk dipimpin Roh Kudus, agar kita pantas disebut anak-anak
ALLAH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar