Sabtu, 14 Agustus 2010

Tanpa Juklak

Tanpa Juklak


Roma 2 : 17–29

2:17. Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum
Taurat, bermegah dalam Allah,
2:18 dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat,
dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak,
2:19 dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka
yang di dalam kegelapan,
2:20 pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam
hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran.
2:21 Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau
mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau
sendiri mencuri?
2:22 Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah?
Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah
berhala?
2:23 Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah
dengan melanggar hukum Taurat itu?
2:24 Seperti ada tertulis: "Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di
antara bangsa-bangsa lain."
2:25 Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika
engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya.
2:26 Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum
Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat?
2:27 Jika demikian, maka orang yang tak bersunat, tetapi yang melakukan hukum
Taurat, akan menghakimi kamu yang mempunyai hukum tertulis dan sunat, tetapi
yang melanggar hukum Taurat.
2:28 Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang
disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah.
2:29 Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan
sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka
pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.


Dalam Alkitab kita tidak akan dapat menemukan TUHAN memberikan juklak (petunjuk
pelaksanaan) atau semacam prosedur operasional dalam pengelolaan bumi ini
kepada manusia. Mulai dari kitab Kejadian, kita melihat bahwa TUHAN tidak
memberikan petunjuk–petunjuk rinci. Fakta ini mengisyaratkan dengan jelas bahwa
manusia telah didesain untuk sanggup melakukan tugas-tugas yang TUHAN
percayakan sekalipun tanpa petunjuk rinci, sebab IA telah memberi kemampuan
kepada manusia untuk mengerti apa pun yang dikehendaki-NYA untuk dilakukan.

Dari fakta ini kita belajar, betapa hebat manusia yang TUHAN ciptakan itu.
Dengan kemampuan yang sangat luar biasa manusia bisa menjadi penguasa bumi ini
secara profesional. Tidak heran kalau alam yang luas, dahsyat dan yang
menyimpan kekayaan nyaris tanpa batas ini bisa dipercayakan ALLAH kepada
manusia. Sayangnya manusia jatuh ke dalam dosa, sehingan tanggung jawab
pengelolaan bumi berubah menjadi nafsu mengeksploitasi bumi tanpa henti yang
berujung pada kerusakan bumi. Pernah terlintas suatu pertanyaan: Seandainya
manusia tidak jatuh ke dalam dosa, namun matahari yang menyinari bumi ini habis
energinya, atau bumi yang ditempati manusia ini tidak sanggup lagi menampung
jumlah manusia sebab manusia berkembang biak dan tidak ada yang mengalami
kematian, bagaimana mengatasi masalah tersebut? Jawabannya sederhana saja,
manusia yang cerdas—walaupun tidak sama dengan TUHAN—akan mampu menjangkau
planet-planet di luar tata surya kita ini. Sekarang saja manusia yang berdosa
bisa mencapai bulan, dan membuat wahana tanpa awak yang bisa keluar dari tata
surya kita. Apalagi kalau tidak jatuh ke dalam dosa, pastilah manusia akan
mampu menjangkau yang lebih luas dan jauh.

Di sini kita bisa mengerti mengapa manusia tidak dimusnahkan oleh TUHAN,
walaupun manusia telah jatuh dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan-NYA.
Sebaliknya, IA memberikan hukum dan peraturan agar manusia tetap eksis sampai
TUHAN Yesusdatang ke dunia, menyelamatkan manusia dan mengembalikan manusia pada
rancangan-NYA. Jadi manusia dilestarikan agar manusia dapat masuk ke dalam
proyek keselamatan ALLAH melalui Yesus Kristusdan manusia dapat dipersiapkan
menjadi manusia baru guna mewarisi langit baru dan bumi baru dengan kecerdasan
yang dipulihkan, selain juga moralnya. Dalam kehidupan yang akandatang di
langit dan bumi baru nanti, manusia harus mengelola langit dan bumi yang baru
yang luasnya tiada batas. Dengan kecerdasan yang TUHAN berikan, manusia akan
mampu mengelola alam semestayang luas ini. Dalam hal ini, hendaknya kita tidak
berpikir bahwa Surga adalah tempat dimana manusia berhenti bekerja. Justru Surga
adalah tempat manusia dikembalikan kepada kodratnya, yaitu bekerja.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
http://virtuenotes.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar