Jumat, 06 Agustus 2010

SANG JUARA

SANG JUARA

Campur Tangan Tuhan

Pada tahun 1986, saya menghadiri sebuah acara sosial untuk Thomas
Bradley, walikota Los Angeles, California. Sebagai seorang mantan
juara dunia tinju kelas berat dan aktif dalam beberapa proyek
kemasyarakatan, saya bersedia berpartisipasi dalam acara-acara
tersebut.

Ketika saya meninggalkan acara sosial tersebut dan pulang melalui
jalan tol Santa Monica, kecelakaan yang mengerikan menimpa saya.
Tidak ada yang saya ingat mengenai kecelakaan tersebut sampai ada
orang lain menceritakannya kepada saya. Dia berkata bahwa saya telah
kehilangan ingatan selama 7 tahun karena kecelakaan tersebut. Pada
kenyataannya, saya tidak dapat mengingat kembali kejadian tersebut
sampai tahun 1992.

Dalam catatan polisi terdapat keterangan bahwa mobil saya terseret
kira-kira 50 kaki dan mereka memperkirakan saya sudah tewas. Namun
oleh anugerah Tuhan saya masih hidup sampai sekarang. Mereka pun
memperkirakan saya tidak dapat berjalan, tetapi saya bisa berjalan.
Mereka juga memperkirakan saya tidak dapat berbicara, namun ternyata
saya pun dapat berbicara. Tuhan selalu bersama saya. Ketika saya
berada di rumah sakit, saya bisa beranjak dari ranjang yang mengikat
saya. Bahkan, saya dapat melakukan semua hal yang diperkirakan oleh
dokter tidak dapat saya lakukan lagi, seperti berjalan dan
berbicara. Sementara orang memikirkan bahwa saya tidak dapat berbuat
sesuatu, saya tahu bahwa saya bisa karena saya memunyai suatu
perkataan, "Jika Anda bisa memahaminya dalam pikiran Anda, Anda
dapat meraihnya dengan tubuh Anda". Hal itu pula yang menjadi pola
pikir saya ketika menjadi juara dunia tinju kelas berat, pada saat
saya memukul jatuh Muhammad Ali. Kalimat itu tidak hanya saya
ucapkan, namun saya hidupi pula ketika mengatasi ketidakmampuan saya
untuk berjalan dan berbicara.

Saya belajar sesuatu setelah kecelakaan tersebut. Anda tidak pernah
mengetahui apa yang bisa terjadi pada Anda. Tidak ada janji atau
jaminan bahwa hidup Anda akan berlanjut setiap hari. Karena itu,
saya telah belajar untuk mengasihi kehidupan, rendah hati,
menghormati sesama, dan menolong mereka yang membutuhkan, seperti
memberikan uang kepada yang miskin. Sekarang, ketika saya melihat
seseorang yang sedang membutuhkan, saya menolongnya, sebab Tuhan
sungguh-sungguh memberikan kerendahan hati kepada saya. Saya
menyadari bahwa saya tidak hidup tanpa mengetahui bahwa saya tidak
mampu melakukan segala sesuatu tanpa Tuhan. Dalam perjalanan hidup
saya, memang si Iblis selalu mencoba mengambil hidup saya. Saya
ingat ketika berumur 9 atau 10 tahun, saya bermain di dekat rel
kereta api. Tiba-tiba saya tertabrak kereta api yang tidak diketahui
datangnya dan saya pun terlempar ke tanah. Sukar dipercaya, saya
dapat bangun tanpa satu pun luka goresan.

Saya dan Olahraga

Saya sangat menyukai olahraga. Saya bermain sepak bola dan tinju
untuk Angkatan Laut Amerika Serikat, sebab olahraga membuat saya
merasa istimewa. Saya beruntung karena pertandingan tinju atas nama
Angkatan Laut Amerika Serikat telah membuat saya tidak perlu pergi
ke Perang Vietnam. Pada waktu itu, hanya sayalah anggota marinir
yang menang dalam setiap pertandingan. Saya mempelajari tinju selama
3 bulan, yang biasanya harus ditempuh orang lain selama 3 tahun.

Setelah saya ikut berpartisipasi dalam uji tanding di Pan Amerika,
New York, dan memukul seseorang yang menyangka dirinya dapat menang,
saya mendapat tawaran untuk beralih menjadi petinju profesional.
Saya memiliki tiga pilihan: kembali ke rumah, ke masyarakat
pertanian, atau beralih ke tinju profesional untuk mendapatkan uang.
Saya berpikir akan kembali ke rumah jika saya tidak dapat berbuat
lebih baik, tetapi untuk sementara saya pun memilih untuk beralih ke
tinju profesional.

saya mulai bertinju pada usia 26 tahun -- waktu yang sangat
terlambat karena itu adalah usia rata-rata para petinju untuk
pensiun. Tetapi pada saat itu saya memunyai kesempatan untuk
menantang juara kelas berat dunia termasyhur, Muhammad Ali, saya
tahu bahwa saya akan menang. Pada saat semua orang berpikir bahwa
saya hanyalah seperti petinju lain yang siap kalah, saya tahu bahwa
saya akan memukulnya dan saya melakukannya. Tuhan telah
mempersiapkan saya menjadi orang yang kuat mental dan fisik. Setelah
pertarungan saya dengan Muhammad Ali, saya dipartaikan pada hari
berikutnya sebab seperti dalam kecelakaan kereta api, saya tak
terluka sedikit pun. Saya bicara dengan Muhammad Ali hampir setiap
bulan. Ali sering menelepon saya dan berkata, "Norton, mari kita
bertarung lagi."

Hubungan yang Membaik

Saya juga pernah menderita akibat hubungan yang tidak baik dengan
anak saya, Kenny Jr.. Ia adalah seorang mantan pemain belakang pada
klub Dallas Cowboys dan San Franscisco 49ers. Hal itu terjadi ketika
media membuat komentar bahwa saya tidak senang dengan pernikahan
putra saya dengan seorang wanita berkulit putih. Untuk menyenangkan
saya, menantu saya tersebut menelepon saya untuk memprioritaskan
ulang tahun anak saya yang ke-30. Dia pun menyarankan agar saya
memberikan kejutan kepada anak saya. Ia juga mengatakan bahwa ia
tidak memercayai berita-berita di media massa. Dalam kunjungan
tersebut, saya dan anak saya pun dapat berdiskusi secara terbuka dan
mengesampingkan kebohongan-kebohongan di antara kami. Akhir dari
pesta tersebut adalah bersatunya saya dan anak saya dalam hubungan
yang lebih baik.

Saya telah meninggalkan kejuaraan tinju dunia menuju kepada
kejuaraan firman kelas berat. Kasih anugerah Tuhan selalu menyertai
saya melalui pencobaan dan bencana di dalam kehidupan saya, banyak
lagi yang sudah dilalui.

Sumber asli: Full Gospel Business Men's Voice. Volume 50, No. 4

Diambil dan disunting dari:
Judul majalah: SUARA, Edisi 69, Tahun 2003
Penulis: Ken Norton
Penerjemah: Kasdin Marbun
Halaman: 10 -- 12
______________________________________________________________________

Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat
dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
(Roma 8:18)
< http://alkitab.sabda.org/?Roma+8:18 >

Tidak ada komentar:

Posting Komentar