Jumat, 06 Agustus 2010

Moral Ilahi

Moral Ilahi

Kejadian 1 : 26–31


1:26.Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan
rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di
udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang
merayap di bumi."

1:27Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah
diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

1:28Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah
dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang
merayap di bumi."

1:29.Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala
tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang
buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.

1:30Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala
yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau
menjadi makanannya." Dan jadilah demikian.

1:31.Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.


TUHANmenciptakan manusia menurut gambar dan rupa-NYA dengan tujuan agar manusia
dapat menguasai makhluk-makhluk lain di bumi ini (ay. 26). Ini agar manusia
dapat melaksanakan kehendak TUHAN untuk memerintah bumi ini dan mengelolanya
dengan baik.

Apa maksudnya TUHAN menciptakan manusia "menurut gambar-NYA"? Sejatinya "menurut
gambar-NYA" terutama berorientasi pada moralnya, bukan pada fisiknya. Segambaran
dengan TUHAN ini dimaksudkan agar manusia dapat bertindak dalam kebenaran,
kesucian dan keadilan seperti TUHAN sendiri. Manusia memiliki kemampuan mengerti
kehendak TUHAN—apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. Inilah
keunggulan yang dimiliki manusia, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Itulah
sebabnya manusia pertama tidak perlu diberi hukum dan peraturan, sebab ia mampu
melakukan apapun yang dikehendaki oleh TUHAN. Manusia bisa berbuat baik dalam
ukuran TUHAN tanpa bayang-bayang hukum dan peraturan. Manusia seperti inilah
yang dirancang TUHAN sejak semula.

Sesungguhnya kemampuan untuk segambar dengan ALLAH dan memiliki moral ilahi ini
didapatkan oleh manusia karena TUHAN menghembuskan nafas hidup ke dalam hidung
manusia (Kej. 2:7). Inilah keunggulan yang dimiliki manusia. Nafas hidup dari
ALLAH itu, yang dalam bahasa aslinya נִשְׁמַתחַיּיִם(nishmath khayyim), memberi
kesanggupan kepada manusia untuk mengerti kehendak TUHAN dengan sempurna dan
melakukannya. Jadi kesanggupan ini sudah diberikan TUHAN kepada manusia sejak
semula.

Berarti manusia yang orisinal adalah manusia yang tidak membutuhkan hukum,
peraturan, dan syariat seperti orang Yahudi. Dalam zaman Perjanjian Lama, orang
Yahudi sangat kuat dalam syariat yang mereka sebut mishpatim (undang-undang
sipil). Seluruh kegiatan hidupnya diatur oleh undang-undang sipil tersebut.
Mengapa demikian? Karena memang sebelum TUHAN Yesus datang, orang Yahudi
khususnya—dan manusia pada umumnya—belum diberi kesempatan untuk dapat kembali
kepada rancangan ALLAH yang mula-mula. Belum ada kesempatan untuk memiliki
kesanggupan mengerti kehendak TUHAN—apa yang baik, yang berkenan dan yang
sempurna— secara menyeluruh, apalagi melakukannya. Kalau kesempatan itu sekarang
sudah ada, janganlah kita menyia-nyiakannya. Jangan pula kita meremehkannya
dengan kembali mewajibkan syariat-syariat agamawi. Standar kita sangat tinggi
dan sangat sempurna, yaitu moral ilahi.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
http://virtuenotes.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar