Minggu, 01 Agustus 2010

Konsisten memberkati

Konsisten memberkati

Kejadian 50:15-26

Bagaimana kita dapat memiliki hidup yang terus menerus konsisten menjadi
berkat bagi keluarga dan sesama kita? Prinsip apa saja yang harus kita hidupi?

Sesudah kematian Yakub para saudara Yusuf jadi takut. Mereka khawatir bila
pengampunan Yusuf hanya berlaku semasa ayah mereka hidup. Mereka takut bila
Yusuf mendendam dan akan melakukan pembalasan. Maka mereka mengutus orang
menyatakan bahwa Yakub pernah berpesan agar Yusuf mengampuni mereka (17). Padahal dalam narasi
sebelum ini kita tidak menemukan pesan demikian. Sebenarnya bukan hanya Yusuf,
Yakub pun seharusnya marah atas kejahatan mereka. Namun bahwa dalam berkat
profetisnya ia tak pernah mengaitkan dengan perbuatan jahat itu, memperlihatkan
bahwa Yakub sudah mengampuni.

Namun melalui sikap para saudaranya, Yusuf diperhadapkan pada fakta dahsyatnya
akibat dosa pada mereka yang berdosa. Untuk ketujuh kalinya Yusuf menangis,
tangis kasih sempurna. Yusuf lalu menyuarakan pengampunan Ilahi kepada para
saudaranya. Betapa mulia hati Yusuf dan betapa ajaib kasih Ilahi dalam dirinya.
"Janganlah takut, aku inikah pengganti Allah?" (19). Itulah prinsip
yang membuat Yusuf rajin, hidup benar, tidak membalas kejahatan dengan
kejahatan, menanti waktu Allah, tidak berani berbuat dosa, dan mengampuni
dengan konsisten! Ia bukan Allah, tetapi ia tunduk pada kehendak Allah.
Peneguhan kedua ialah pengakuan iman menakjubkan: "kamu mereka-rekakan
kejahatan, tetapi Allah mereka-rekakan kebaikan" (20). Allah bukan saja
mengizinkan, Ia juga hadir dan merencanakan hal baik di dalam dan melalui
kejahatan itu! Hal teramat dalam ini berdampak pada konsistensi Yusuf dalam
mengampuni dan memberkati!

Yusuf tak termasuk bapak leluhur, tetapi hidupnya lebih luhur dari mereka.
Ia mencerminkan hidup, mati, kasih, pengurbanan, dan penyelamatan Tuhan Yesus
Kristus. Kiranya Roh Allah memakai teladan ini dalam memberdayakan kita agar
konsisten mencerminkan Kristus sampai akhir hayat!

|||||| sumber: http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/ ||||||

Ketenangan Sejati

Mazmur 62:26
Mazmur 49-50;
Roma 1

Film Love on Diet mengisahkan tentang seorang gadis
yang mengalami patah hati. Karena tak tahan menanggung sakit hati, ia pun
mencari pelarian. Caranya: dengan terus menerus makan. Akibatnya, tubuh yang
tadinya ideal berubah drastis karena obesitas. Maka, sisa film itu kemudian
membeberkan perjuangannya yang berat untuk mengembalikan berat tubuh idealnya.

Ketika orang tertekan, umumnya mereka mencari
pelarian untuk mengatasinya. Mulai dari makan banyak, belanja gila-gilaan,
menenggak minuman keras, merokok, mengisap narkoba, atau melakukan hal-hal
negatif lain. Sayangnya, semua itu takkan pernah benar-benar mengatasi stres
atau sakit hati. Sebaliknya, justru akan membawa pada masalah lain yang jauh
lebih besar.

Mari kita meneladani Daud. Ketika musuh
mengejarnya, ia berlindung kepada Tuhan. Ia tak berlari ke tempat yang salah,
dan dari Tuhan ia mendapat pertolongan. Dalam hadirat Tuhan, ia menemukan
ketenangan sejati. Kepercayaan kepada Allah (ayat 9), itulah yang membuat hati
Daud tenang, sebab Daud mengenal siapa Allah yang ia sembah. Daud tahu hidupnya
ada dalam perlindungan Allah Mahakuasa yang mengasihinya.

Hidup
tidak akan pernah luput dari masalah. Ketika hati menjadi sesak, jangan lari
pada yang lain. Curahkan isi hati kita kepada Allah saja, melalui doa dan
pujian. Serahkan kekhawatiran dan beban kita kepada Allah. Jika ada sakit hati,
mintalah Allah memampukan kita untuk mengampuni, sebagaimana Dia telah
mengampuni kita. Mintalah kekuatan dan kedamaian dari Allah agar kita dapat
terus melangkah menghadapi tantangan setiap hari.

DUNIA HANYA MENAWARKAN
KETENANGAN YANG SEMU

HANYA DI DALAM KRISTUS
ADA KETENANGAN YANG SEJATI

|||||| sumber: http://www.renunganharian.net/ ||||||

Tidak ada komentar:

Posting Komentar