Minggu, 01 Agustus 2010

Jalan Menuju Kebahagiaan adalah Belajar Menjadi Rendah hati

Kunci Menuju Kebahagiaan Belajar
Menjadi Rendah Hati


Matius 5:3, "Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, karena
merekalah yang empunya Kerajaan Sorga."

Pendahuluan

Americans in
Psycology Today melakukan survey dengan memberikan pertanyaan kepada 52.000
orang untuk mengetahui apa yang dapat membuat seseorang menjadi berbahagia.
Jawaban-jawaban yang masuk semuanya berkaitan erat dengan ketertarikan akan
keadaan yang tepat.

Lembaga Survey
ini mendapatkan jawaban bahwa hal-hal yang membuat mereka menjadi
berbahagia adalah: sahabat atau status sosial, kondisi keuangan yang baik;
memiliki rumah atau apartemen; menjadi langsing, cantik dan menarik; berlibur
ke luar negeri; menjadi orang tua, menikah dan memiliki anak; dan sebagainya.

Gambaran
kebahagiaan berdasarkan survey tersebut adalah mendapatkan keadaan yang tepat.
Dengan kata lain, saya bisa menyimpulkan bahwa pola pikiran banyak orang
tentang arti berbahagia adalah "jika dan maka."

·
Jika saya mendapat sekolah, maka saya bahagia

· Jika saya
mendapat pekerjaan, maka saya bahagia

· Jika saya
menikah, saya bahagia

· Jika saya
punya anak, saya bahagia

·
Jika saya punya banyak uang, saya bahagia

Salomo pernah mencari arti kebahagiaan, ia mengejar dan
berusaha dengan segenap kekuatannya mencari kebahagiaan itu sepanjang hidupnya.


Aku berkata dalam hati: "Mari, aku hendak menguji
kegirangan! Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, juga itupun sia-sia." [Peng 2:1]
terjemahan BIS: "Aku memutuskan untuk menyenangkan diri saja untuk mengetahui
apa kebahagiaan. Tetapi ternyata itu pun sia-sia"

Ada 3 [tiga] hal yang dilakukan Salomo untuk mendapatkan
kebahagiaan itu, jika Anda membaca Kitab Pengkotbah pasal 2:

1.
Mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyak;

2. Menikmati kesenangan tanpa
membatasi diri;

3.
Mencapai sukses

Bukankah ketiga hal ini juga yang dikejar abis-abisan
oleh banyak orang sepanjang hidup mereka? Salomo adalah orang yang sangat amat
kaya. Ia menikmati berbagai macam kesenangan. Ia pun seorang yang sangat
berhasil dalam hidupnya.

Kita suka berpikir bahwa dengan mengumpulkan kekayaan
sebanyak-banyaknya maka kita akan berbahagia. seseorang pernah bertanya kepada
orang yang sangat kaya, Howard hughes, berapa banyak uang yang dapat membuat Anda
menjadi bahagia? Ia menjawab, "sedikit lebih banyak lagi uang dari yang ada
sekarang ini." Di sini nampaknya, uang tidak memberikan kebahagiaan sejati
sebab kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang.

Kita pun menikmati berbagai macam kesenangan: berlibur,
shopping, melakukan berbagai kegiatan kesukaan [hobbi] dan sebagainya. Salomo
berkata, "Saya sudah mencoba berbagai macam kesenangan dan saya tidak mengekang
diri untuk menikmati kesenangan."

Mencapai sukses. Jika saya bisa membuat orang berdecak
kagum dengan sukses saya, maka saya akan bahagia. Salomo berkata, "Saya adalah
seorang raja dari sebuah kerajaan besar dan kuat. Saya memiliki budak laki-laki
dan perempuan tetapi, semuanya itu tidak pernanh menjadikan saya berbahagia." Hal
itu ditulisnya dalam Kitab Pengkotbah

"Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah
dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih
payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin;
memang tak ada keuntungan di bawah matahari." [Peng 2:17]

Bayangan dalam pikiran banyak orang berbahagia itu jika
mengalami keadaan yang tepat, namun jalan Tuhan untuk berbahagia adalah jika
kita memiliki sikap hati yang tepat.

Jalan Masuk Pertama Menuju Kebahagiaan: Rendah
Hati

Dalam Matius 5, Tuhan Yesus memberikan kotbah yang
terkenal di atas bukit, di awali dengan kotbah 8 [delapan] kata bahagia. Mengapa
dalam kotbah pembukaan Tuhan Yesus memilih topik bagaimana menjadi berbahagia?
karena kita semua tahu bahwa setiap orang selalu mengejar kebahagiaan tetapi
hanya sedikit yang mendapatkannya.

Suatu kali Tuhan berpikir ingin memberikan kebahagiaan
kepada manusia. Dia memanggil tiga malaikat-Nya untuk meminta pendapat mereka,
"Dimana kebahagiaan itu harus di letakkan?" Malaikat pertama menjawab,
"letakkanlah di bawah dasar samudera, agar tidak sembarang orang bisa
menemukannya." Malaikat kedua menimpali, "Letakkanlah di atas pengunungan
tertinggi, agar lebih mudah ditemukan." Tuhan menjawab mereka, "Janganlah
diletakkan ditempat yang terlalu sukar, nanti hanya sedikit orang yang
menemukannya. Tetapi juga janganlah diletakkan di tempat yang terlalu mudah,
nanti tidak dihargai oleh manusia." Malaikat ketiga membisikkan jawabannya
kepada Tuhan. Tuhan pun mengangguk tanda setuju. Lalu pergilah ketiga malaikat
itu ke dunia, mereka meletakkan kebahagiaan itu di dalam hati manusia, bukan di
luar diri manusia.

Jika kita membaca kotbah Yesus tentang berbahagia, nampak
ada kontradiksi dengan pandangan banyak orang. Yesus mengajarkan jalan menuju
kebahagiaan bukan terletak pada keadaan yang tepat, bukan apa yang sedang
terjadi di luar diri manusia tetapi kebahagiaan itu terletak pada sikap hati
yang tepat, berada di dalam diri kita sendiri.

Kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Anda harus memilih
untuk memiliki sikap yang tepat. Pada dasarnya, Anda bahagia hanya apabila Anda memilih
untuk berbahagia. hidup itu penuh dengan tantangan, kesulitan dan pencobaan. Ada
banyak hal yang berjalan tidak semulus apa yang diduga. Kadang hal-hal yang
baik menjauh dari diri kita. Tetapi, kebahagiaan tergantung pada pilihan
untuk memilih sikap yang tepat.

Jalan pertama menuju kebahagiaan adalah memiliki sikap
yang rendah hati.

Arti Misikin di Hadapan Allah

Matius 5:3, "Berbahagialah orang yang mskin dihadapan
Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga."

Apakah artinya miskin di hadapan Allah? Miskin di hadapan
Allah bukan berarti Anda harus menjadi orang yang rendah diri atau minder,
bukan berarti Anda harus berkata-kata sepanjang hari bahwa saya bodoh, saya
jelek, saya najis, saya tidak layak, saya tidak berharga dan sebagainya. Ingat
Yesus mati di salib untuk menebus manusia sebab manusia itu berharga, mulia,
dan berarti di mata Tuhan.

Arti miskin di hadapan Allah adalah bergantung kepada
Allah, menaruh harapan hanya pada Allah dan percaya kepada-Nya. Yesus sedang
bicara tentang 'kerendahan hati.' Keberanian untuk mengakui bahwa saya belum
memperoleh semuanya, saya belum mengerti semuanya tetapi saya masih mau
belajar, mengejarnya dan mencapainya.

Lawan kata dari miskin di hadapan Allah adalah arogan
atau congkak. Yesus berkata, "Jika kamu arogan dan congkak, kamu tidak akan
pernah menjadi orang yang berbahagia." Rendah hati dan berbahagia itu berjalan
bersama-sama, bagaikan saudara kembar yang tidak bisa dipisahkan satu sama
lainnya. Seperti halnya: kebajikan dan kemurahan Tuhan yang selalu seiring dan
sejalan bersama-sama.

Bagaimana kerendahan hati meningkatkan kebahagiaan sejati

Pertama, kerendahan hati dapat mengurangi stress

Jika saya rendah hati, saya akan menyadari bahwa saya
belum mengerti semuanya dan saya belum mencapai semuanya. Saya tidak mempunyai
solusi atau jawaban untuk semua masalah. Saya berusaha menyelesaikan tugas dan
tanggung jawab saya sebatas kemampuan saya, selanjutnya hal-hal yang tidak bisa
saya selesaikan maka saya mengerti itulah bagian yang akan Tuhan selesaikan.

Jika saya rendah hati, saya tidak akan berpikir bahwa
jika bukan saya yang mengerjakan maka semua menjadi tidak beres. Saya mengerti
batas-batas kemampuan saya.

Jika saya rendah hati, saya tidak akan menuntut diri
saya harus "sempurna" karena saya tahu bahwa Tuhan tidak pernah menuntut
kesempurnaan supaya saya berbahagia.

Saat itu saya hendak berkotbah di salah satu gereja
besar di Jakarta, setelah saya selesai mandi, berpakaian lengkap, lalu menaruh
minyak rambut berupa gel di kepala saya – tibalah saatnya saya hendak menyisir.
Saya berusaha mencari 'benda berharga' itu di tas, di koper, di seluruh kamar hotel
ternyata saya tidak menemukan sama sekali. Ternyata saya lupa membawa 'sisir.'

Apakah saya mau menjadi stress karena masalah sisir? Atau
saya mau belajar rendah hati dengan tidak menuntut harus menyisir? Bukankah
hidup tidak selalu berjalan mulus, kadang ada saja yang 'tertinggal' "kelupaan"
atau 'kesalahan kecil' yang terjadi. Belajar berbahagia berarti belajar
untuk menjadi rendah hati.

Jika saya rendah hati, saya bisa menerima kenyataan
dengan apa yang seharusnya saya inginkan. Saya akan mengerti bahwa di sepanjang
hidup ini selalu ada 'jarak' antara kenyataan hidup dan apa yang seharusnya
terjadi. Kerendahan hati bisa menerima kenyataan hidup dan memilih untuk tetap
berbahagia. Mengapa? Karena Anda mau belajar bergantung kepada Tuhan, Anda percaya
kepada Kasih dan Kebaikan Tuhan.

Anda mungkin tidak mendapatkan pekerjaan yang terbaik
sekarang ini, pernikahan Anda tidak sempurna, tetapi Anda bisa menerimanya –
itulah arti miskin di hadapan Allah.

Saya terkesan sekali membaca kisah seorang guru, bernama
Frank Slazak, yang memiliki impian menjadi seorang astronot. Ia ingin terbang
ke luar angkasa. Ia berhasil lolos seleksi 100 besar dari 43.000 orang pelamar.
Ujian penilaian terakhir dilakukan lewat uji kalustrofobi, latihan ketangkasan,
percobaan mabuk udara. Ia begitu berharap bisa lulus. Ia bertekun di dalam doa.
Lalu tibalah berita yang menghancurkan hatinya. NASA memilih Christina
McAufliffe.

Frank Slazak kalah. Ia mengalami depresi. Rasa percaya
dirinya lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaan dirinya. frank
mempertanyakan semuanya itu. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku yang
mana yang kurang? Mengapa aku diperlakukan begitu kejam? Ia berpaling pada
ayahnya. Ayahnya berkata kepadanya, "Semua terjadi karena suatu alasan."

Selasa, 28 januari 1986, Frank berkumpul bersama
teman-temannya untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati
menara landasan pacu, ia menantang impiannya untuk terakhir kalinya. Tuhan, aku
bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku?
Tujuh puluh detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaannya dan menghapus
semua keraguannya saat Challanger meledak dan menewaskan semua penumpang, lalu
ia teringat kata-kata ayahnya, "Semua teradi karena suatu alasan."

Frank berkata, "Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu,
walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk
kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah;
aku seorang pemenang. Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak,
masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan."

Jika saya rendah hati, saya bisa menghindari stress yang
berkepanjangan sebab kita mau bergantung dan percaya kepada Tuhan. Jika saya
bisa mengurangi stress hal ini berarti saya bisa meningkatkan kebahagiaan hidup
saya.

Kedua, kerendahan hati dapat meningkatkan kualitas
hubungan

Ada berapa banyak dari Anda yang suka berada di
tengah-tengah orang yang congkak, arogan dan egois? Anda tahu bahwa mereka
adalah orang-orang yang mudah tersinggung, senang menghakimi, Anda dibuat
menjadi serba salah, mereka senang memotong cerita Anda dan memberikan cerita
mereka yang lebih bagus. Saya yakin orang yang congkak, egois ataupun arogan
akan sulit membangun hubungan dengan orang lain.

Sifat-sifat tersebut adalah sifat yang merusak hubungan
baik dengan orang baik. Orang yang berpusat kepada diri sendiri adalah orang
yang tidak pernah berbahagia. orang yang tidak berbahagia mereka cenderung
membuat orang lain menjadi tidak bahagia. Mereka menyebarkan kemurungan,
kesusahan dan kegelisahan di hati orang lain.

Ada seorang Ibu yang sering keluar masuk Gereja dalam
usahanya menemukan sebuah gereja yang sempurna demi mendapatkan kebahagiaan
dalam hidupnya. Ibu tersebut masuk ke suatu gereja. Setelah satu bulan di
gereja ini, ia meninggalkannya sambil mengeluh, "Sebenarnya gereja ini cukup
baik, tetapi Gebala Sidangnya sombong dan tidak pernah mendatangi dan menyalami
saya."

Minggu berikutnya, ia masuk ke gereja terdekat lainnya.
Setelah dua bulan di gereja ini, ia memutuskan untuk meninggalkannya sambil
menggerutu, "Gembala Sidangnya tidak sombong, tapi istri Gembala Sidangnya
cerewet, saya tidak tahan lagi!"

Kebetulan masih ada satu gereja lagi yang cukup dekat
dengan rumahnya. Tetapi gereja ini juga belum memuaskan hatinya, ia berkata,
"Gembala Sidangnya baik, istrinya juga baik, tapi musiknya itu lho, kuno."

Demi mencari gereja yang sempurna dan mendapatkan
kebahagiaan sejati, saya rela mencarinya ke mana pun juga." Katanya. Ia
memutuskan untuk pergi ke gereja sahabatnya yang cukup jauh. Tetapi tetap saja
tidak cocok. Katanya, 'Gembala Sidang dan istrinya tidak sombong, musiknya juga
bagus, tapi majelisnya mata duitan, tempo hari ada dua orang anggota majelis
datang ke rumah buat minta modal usaha."

Akhirnya satu bulan kemudian, ia menemukan gereja yang
sempurna. Gembala dan Istrinya, para majelis, musik dan program gerejanya
sangat baik. Setelah beberapa bulan kehadirannya, gereja tersebut menjadi tidak
sempurna lagi. Kenapa?

Karena wanita itu ada di sana.

Siapakah di antara Anda yang suka bergaul dekat dengan
orang-orang yang rendah hati? Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah
menimbulkan kesan seolah-olah mereka lebih hebat. Saat Anda bercerita, mereka
tidak selalu memotong dan memberikan cerita lain yang lebih bagus lagi. Mereka
begitu tertarik dan peduli dengan Anda. Anda merasa dibesarkan hatinya dan
semakin bertambah semangatnya.

Ketika kita rendah hati, bukan berarti kita adalah orang
menjadi yang tidak percaya diri, takut salah, takut disalahkan. Orang yang
rendah hati, ia selalu tertarik dan peduli dengan orang lain, ia selalu
berusaha membuat orang lain itu menjadi 'orang yang penting.'

Dampak dari kerendahan hati, orang lain akan tertarik dan
menyukai Anda, mereka akan suka bergaul dengan Anda. Hubungan Anda menjadi
lebih baik. Jika Anda memiliki hubungan yang baik, maka kebahagiaan Anda akan
meningkat.

Ketiga, kerendahan hati itu mengaktifkan kuasa Allah
untuk melakukan keajaiban dalam hidup kita

Alkitab berkata, "... Allah menentang orang yang congkak,
tetapi mengasihani orang yang rendah hati." [Yakobus 4:6]

Rahasia mengaktifkan kuasa Allah adalah berjalan di dalam
kerendahan hati di hadapan Allah. Tuhan mengasihi orang yang rendah hati. Tuhan
memperlengkapi dengan kuasa-Nya kepada orang yang rendah hati di hadapan-Nya.

Orang yang rendah hati adalah orang yang berani mengakui
ketidakberdayaannya dan memohon Tuhan menolongnya. Orang yang rendah hati
berani mengakui kelemahannya, di sanalah Tuhan memberinya kekuatan dan kuasa.

Bartimeus, seorang pengemis buta yang miskin di kota
Yerikho. Dia adalah salah seorang yang bukan hanya miskin secara materi tetapi
juga miskin di hadapan Tuhan. Ketika Tuhan melawat Yerikho, Bartimeus berteriak
dengan suara nyaring, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" [Lukas 18:38-39]. Ia
berteriak minta Tuhan menolong dia yang tidak berdaya, ia memohon Tuhan
memberinya belas kasihan. Inilah arti miskin di hadapan Allah, rendah hati yang
mengaktifkan kuasa Allah.

Lalu Yesus menghentikan perjalanannya dan bertanya kepada
Bartimeus, " Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" jawab orang itu:
"Tuhan, supaya aku dapat melihat!" Lalu kata Yesus kepadanya: "Melihatlah
engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!" dan seketika itu juga melihatlah
ia, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. [Lukas 18:40-43].

Bartimeus, sebagai seorang pengemis, ia seharusnya
meminta uang recehan saat Tuhan bertanya kepadanya. Namun ia seorang yang
cerdas, ia tidak meminta uang recehan tetapi yang dia minta adalah 'supaya aku
dapat melihat' agar aku dapat mengikuti Engkau kemana pun Engkau pergi, agar
aku dapat mengenal jalan-jalan-Mu ya Tuhan. Bartimues meminta sesuatu yang jauh
lebih penting dari sekedar uang recehan. Tuhan mengubah hidupnya dan masa
depannya.

Tundukkanlah hati Anda, mohonkanlah belas kasihan Tuhan
atas hidup Anda. Mohonkanlah campur tangan Tuhan atas masalah Anda, harapan dan
cita-cita Anda, maka kuasa-Nya akan bekerja mengubah hidup Anda dan masa depan
Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar