Sabtu, 14 Agustus 2010

"Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"


(Yeh 16:1-15.60.63; Mat 19:3-12)
"Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat
zinah." Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti." (Mat 19:3-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Harian Suara Karya 15 Agustus 2009 antara lain memberitakan bahwa di Indonesia setiap tahun ada sekitar 2 juta pasangan menikah dan 200.000 perceraian, berarti 10% pernikahan bercerai. Angka 10% kiranya cukup besar dalam hal ini, apalagi dampak yang akan terjadi dari perceraian. Yang sering menimbulkan perceraian antara lain adanya perbedaan, misalnya beda selera, beda pikiran, beda suku, dst.. Laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain tetapi saling tertarik, saling ingin mendekat dan bersahabat serta mengasihi, tergerak untuk saling melengkapi. Itulah misteri ilahi, yang hendaknya kita imani. Maka hendaknya aneka perbedaan menjadi daya tarik, daya pikat untuk saling mendekat dan mengasihi, jangan menjadi sumber permusuhan atau perpisahan. Ingat bahwa di dunia ini tidak ada yang sama persis alias identik: manusia kembar pun tidak identik, pasangan anggota tubuh kita yang nampak samapun tidak sama persis, misalnya dua buah dada, dua daun
telinga, dua lobang hidung, dua buah pelir, dll. Alasan perceraian adalah kedegilan hati, hati yang membatu dan tak mungkin ditembus dengan peluru. Memang setia pada janji perkawinan selain karena jerih payah atau usaha keras pasangan yang bersangkutan, juga dan terutama merupakan anugerah Tuhan, sebagaimana apa yang berbeda merupakan karya Tuhan. Kesetiaan antara suami-isteri dalam saling mengasihi sampai mati merupakan dasar dan kekuatan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang damai sejahtera.
· "Engkau mengandalkan kecantikanmu dan engkau seumpama bersundal dalam menganggarkan ketermasyhuranmu dan engkau menghamburkan persundalanmu kepada setiap orang yang lewat" (Yeh 16:15), demikian sindiran Tuhan kepada bangsa terpilih melalui nabi Yeheskiel. "Mengandalkan kecantikan untuk bersundal atau melacur' itulah sindirannya. Memang gadis cantik akan lebh mudah melacurkan diri dan pada umumnya akan cepat menjadi kaya raya akan uang dengan menjual dirinya alias melacur. Kecantikan merupakan anugerah Tuhan dan harus kita syukuri dan terima kasihi, jangan dikomersialkan entah dengan pelacuran atau iklan-iklan aneka macam produk. Kecantikan juga merupakan symbol apa yang baik indah, luhur dan mulia di dalam diri kita masing-masing, maka baiklah kecantikan hendaknya menjadi dorongan atau motivasi bagi kita semua, entah yang berssangkutan sendiri yang merasa cantik maupun orang lain, untuk semakin mendekatkan diri kita dengan Tuhan alias
memuji dan memuliakan Tuhan. Dengan kata lain ketika melihat gadis atau perempuan cantik hendaknya dipuji seperlunya saja, tanpa dirayu atau disanjung-sanjung secara berlebihan. Kepada rekan-rekan gadis atau perempuan yang cantik dan pada umumnya menjadi perhatian banyak orang, kami harapkan menjadikan diri sebagai dorongan atau motivasi bagi mereka yang memperhatikan untuk semakin memuji, memuliakan, mengabdi dan menghormati Tuhan. Jauhkan atau hindari gaya atau cara hidup yang merangsang orang lain untuk berpikiran jahat atau berdosa; hendaknya kecantikan anda tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berdosa atau melakukan kejahatan. Jadikan kecantikan anda sebagai sarana atau wahana membangun, memperdalam dan memperkuat persaudaraan atau persahabatan sejati.

" Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur! Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi"
(Yes 12:2-5) Jakarta, 13 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar