Jumat, 06 Agustus 2010

Dari Sudut Pandang TUHAN

Dari Sudut Pandang TUHAN


Lukas 18 : 18–27

18:18. Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru yang baik,
apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"

18:19 Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain
dari pada Allah saja.

18:20 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah, jangan
membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan
ibumu."

18:21 Kata orang itu: "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."
18:22 Mendengar itu Yesus berkata kepadanya: "Masih tinggal satu hal lagi yang
harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada
orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah
ke mari dan ikutlah Aku."

18:23 Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia
sangat kaya.

18:24 Lalu Yesus memandang dia dan berkata: "Alangkah sukarnya orang yang
beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.

18:25 Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang
kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."

18:26 Dan mereka yang mendengar itu berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat
diselamatkan?"

18:27 Kata Yesus: "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah."


Pada umumnya orang yang bermoral, santun dan beretika akan mengusahakan dirinya
agar menjadi manusia yang baik. Demikian pula dengan agama-agama pada umumnya,
yang akan berusaha menjadikan umatnya berkepribadian baik. Namun persoalannya
adalah, apakah kebaikan itu? Pernahkah kita mempersoalkan, bagaimanakah manusia
yang baik itu? Apa ukuran kebaikan itu?

Dalam percakapan antara TUHAN Yesus dengan pemimpin yang kaya, sang pemimpin
yang kaya ini bertanya, "Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk
memperoleh hidup yang kekal?" (ay. 18) Ia memperkarakan tentang kebaikan. Ia
ingin tahu, perbuatan manusia yang bagaimanakah yang berkategori baik itu.
Orang kaya ini percaya bahwa perbuatan yang baik akan membuahkan hidup yang
kekal.

Saat berbicara mengenai hidup kekal, biasanya orang mengacu pada kehidupan di
surga nanti. Padahal kekekalan tidak hanya ada di surga; di neraka pun ada.Jadi
ketika Alkitab berbicara mengenai hidup kekal, bukan semata-mata mengacu pada
kehidupan abadi setelah mati, melainkan hidup yang berkualitas, bermutu di
dalam Kerajaan Surga. Apa gunanya kekekalan jika hidup di neraka? Berarti orang
kaya ini bertanya kepada TUHAN Yesus, apa yang harus diperbuatnya supaya
memperoleh hidup yang berkualitas di dalam Kerajaan Surga.

Menjawab pertanyaan itu, Yesus mengemukakan pernyataan bahwa hanya satu yang
baik, yaitu ALLAH saja (ay. 19). ALLAH ah sumber kebaikan. Dari pernyataan ini,
TUHAN Yesus menunjukkan bahwa ukuran kebaikan harus berpijak dari sudut pandang
ALLAH, bukan dari sudut pandang manusia, siapa pun itu. Maka jika orang kaya
ini mengakui bahwa Yesus baik, seharusnya ia mengaku pula bahwa Yesus berasal
dari ALLAH, atau ALLAH sendiri. Oleh sebab itu seyogyanyalah ia tunduk kepada
kehendak TUHAN Yesus, yaitu menjual segala miliknya, membagikan kepada orang
miskin dan datang untuk mengikut TUHAN.Melepas belenggu kekayaan yang mengikat
dirinya, karena jika seseorang terikat akan hal lain selain terikat pada TUHAN,
maka tidak mungkin dirinya dapat mengakui dan terikat pada otoritas TUHAN.
Mengakui otoritas TUHAN Yesus adalah ukuran kebaikan. Kenyataannya ia menolak
melakukan apa yang diperintahkan TUHAN Yesus. Ia tidak mengenal kebaikan yang
ditawarkan oleh TUHAN kepadanya.

Dari sini kita belajar bahwa suatu kebaikan harus ditinjau dari sudut pandang
TUHAN, bukan dari sudut pandang manusia. Ini karena TUHAN lah sang Arsitek
Agung yang menciptakan manusia. DIA lah yang berhak menentukan ukuran kebaikan
itu. DIA lah yang tahu apa sesungguhnya kebaikan itu. Kiranya kisah ini
mengingatkan kita agar memberi diri tunduk kepada otoritas TUHAN Yesus, yaitu
mempelajari dan menerima apa yang diajarkan-NYA, serta melakukannya dengan
tekun dan rela.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
http://virtuenotes.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar